Korban Trafficking, Komnas Perempuan Minta Eksekusi Merry Ditunda

Reporter

Selasa, 26 Juli 2016 16:25 WIB

Ketua Komnas Perempuan, Azriana menyampaikan kata sambutan dalam acara peresmian Prasasti Tragedi Mei 98 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta Timur. Azriana mengapresiasi langkah Pemprov DKI yang merupakan awal bagi pemerintah untuk mengakui tragedi Mei 1998 TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Anti-kekerasan terhadap Perempuan menolak rencana eksekusi tahap ketiga, terutama terhadap terpidana mati Merry Utami. Ketua Komnas Perempuan Azriana mengaku telah menyurati Presiden Joko Widodo terkait dengan hal tersebut.

"Yang kami harapkan, Presiden menunda hukuman mati terhadap MU. Saat ini dia sudah dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Dalam bayangan kami, bisa saja dia masuk daftar terpidana yang akan dieksekusi mati tahap ketiga," kata Azriana di Komnas Perempuan, Selasa, Jakarta, 26 Juli 2016.

Azriana berharap Jokowi mempertimbangkan masukan berupa lembar fakta terkait dengan kasus Merry yang diajukan Komnas Perempuan. Menurut Azriana, Komnas Perempuan menilai hakim yang menangani kasus Merry tidak memahami kasus perempuan itu yang dari penilaian Komnas Perempuan mengandung unsur perdagangan manusia.

"Setiap kali perempuan di Indonesia terlibat dalam sindikat narkoba, kita tidak bisa melihat secara hitam dan putih saja," ucap Azriana.

Merry awalnya didekati pria bernama Jerry dan berpacaran. Lalu Merry diminta ke Nepal untuk jalan-jalan dititipi tas, yang disebut sebagai contoh untuk dijual kembali. Pada 31 Oktober 2001, di dalam tas tersebut ditemukan heroin seberat 1,1 kilogram oleh petugas Bandara Soekarno-Hatta.

Ketua Subkomisi Reformasi Hukum dan Kebijakan Komnas Perempuan Sri Nurherwati menuturkan tiga dari lima terpidana mati kasus narkoba memiliki ciri yang sama dengan kasus Merry, yakni dititipi tas.

Azriana mengatakan perempuan Indonesia sebagian besar bekerja di sektor informal yang minim sekali perlindungan dan rentan direkrut secara tidak sadar. Menurut dia, ke depan, negara harus mengenali keterkaitan antara perdagangan manusia dan rekrutmen sindikat narkoba.

"Dipelajari secara komprehensif. Semoga Presiden memberi kesempatan grasi," ucapnya.

AKMAL IHSAN | KS




Berita terkait

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

11 hari lalu

Politikus Senior PDIP Tumbu Saraswati Tutup Usia

Politikus senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan aktivis pro demokrasi, Tumbu Saraswati, wafat di ICU RS Fatmawati Jakarta pada Kamis

Baca Selengkapnya

AS Prihatin atas Rekaman Eksekusi Israel di RS Al Shifa, Tapi Kecam Hamas

35 hari lalu

AS Prihatin atas Rekaman Eksekusi Israel di RS Al Shifa, Tapi Kecam Hamas

Pasukan Israel pada Senin mundur dari kompleks rumah sakit terbesar Al Shifa di Gaza itu setelah pengepungan selama dua pekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

46 hari lalu

Beredar Video Seorang Suami Diduga Sekap Istri di Kandang Sapi, Komnas Perempuan Bilang Begini

Beredar video yang memperlihatkan seorang istri diduga disekap di kandang sapi oleh suaminya di Jember, Jawa Timur. Komnas Perempuan buka suara.

Baca Selengkapnya

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

59 hari lalu

Korban Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila Tidak Mendapat Perlindungan dan Komunikasi dari Kampus

Amanda Manthovani, pengacara 2 korban kekerasan seksual diduga oleh Rektor Universitas Pancasila nonaktif mengaku tak ada perlindungan dari kampus.

Baca Selengkapnya

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

3 Maret 2024

Komnas Perempuan Minta Polisi Patuhi UU TPKS Saat Usut Dugaan Kekerasan Seksual Rektor Universitas Pancasila

Komnas Perempuan mendorong polisi mematuhi UU TPKS dalam mengusut perkara dugaan kekerasan seksual oleh Rektor Universitas Pancasila.

Baca Selengkapnya

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

3 Maret 2024

Dugaan Kekerasan Seksual di Universitas Pancasila , Komnas Perempuan Minta Rektor Tak Laporkan Balik Korban

Komnas Perempuan meminta Rektor Universitas Pancasila tidak melaporkan balik korban dugaan kekerasan seksual.

Baca Selengkapnya

Kasus Pelecehan Seksual Diduga oleh Rektor Universitas Pancasila, Komnas Perempuan Dorong Polisi Gunakan UU TPKS

27 Februari 2024

Kasus Pelecehan Seksual Diduga oleh Rektor Universitas Pancasila, Komnas Perempuan Dorong Polisi Gunakan UU TPKS

"Komnas Perempuan mengapresiasi keberanian perempuan pelapor/korban untuk bersuara."

Baca Selengkapnya

Polisi Mulai Penyelidikan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Pimpinan Universitas Pancasila

24 Februari 2024

Polisi Mulai Penyelidikan Kasus Dugaan Pelecehan Seksual yang Dilakukan Pimpinan Universitas Pancasila

Polisi sedang menyelidiki kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Rektor Universitas Pancasila di lingkungan kampus.

Baca Selengkapnya

Debat Capres: Anies Baswedan Soroti Kekerasan Terhadap Perempuan, Catcalling dan Upah Setara Pria dan Wanita

6 Februari 2024

Debat Capres: Anies Baswedan Soroti Kekerasan Terhadap Perempuan, Catcalling dan Upah Setara Pria dan Wanita

Anies Baswedan soroti persoalan isu perempuan saat debat capres soal catcalling, pemenuhan daycare, kekerasan terhadap perempuan, dan upah setara

Baca Selengkapnya

30 Warga Palestina yang Ditahan Israel Ditemukan Tewas Diborgol di Sekolah Gaza

1 Februari 2024

30 Warga Palestina yang Ditahan Israel Ditemukan Tewas Diborgol di Sekolah Gaza

Israel menolak memberikan informasi tentang nasib warga Palestina yang ditahan di Gaza, kata LSM lokal

Baca Selengkapnya