Warga Kendeng di depan tenda pengunjuk rasa di kawasan pabrik PT Semen Indonesia, Rembang, Jawa Tengah, 17 Agustus 2015. Tempo/Stefanus Teguh Pramono
TEMPO.CO, Rembang - Puluhan warga Rembang, yang selama ini menolak pabrik semen didirikan, melaksanakan salat Idul Fitri 1437 Hijriah di alam terbuka di depan tenda yang biasa mereka sebut Tenda Perjuangan, Rabu, 6 Juli 2016.
Tenda Perjuangan didirikan warga sekitar 2 tahun lalu sebagai aksi penolakan terhadap pendirian pabrik PT Semen Indonesia.
Salat Id dimulai pukul 06.30 hingga 08.00 WIB di jalan menuju lokasi pabrik PT Semen Indonesia. Mereka menggelar tikar sebagai alas untuk salat Id. Laki-laki ada di barisan depan, diikuti perempuan di barisan belakang, yang rata-rata memakai mukena warna putih.
Aktivis Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, Joko Prianto, mengatakan mereka salat Id di dekat pabrik PT Semen Indonesia untuk menunjukkan tekad menentang pendirian pabrik semen. “Kami tidak akan pernah pulang sebelum pabrik semen mundur dari bumi Rembang. Jadi hari-hari biasa atau Lebaran kami akan tetap di sini,” kata Joko.
Di lokasi itu tampak beberapa spanduk penolakan pabrik semen. Ada spanduk yang berbunyi: Tenda Perjuangan, Tolak Pabrik Semen, Berjuang di Jalan Tuhan, Kendeng Njejekke Adil.
Kali ini yang menjadi imam dan khotib adalah Ustadz Ahmad Salim dari Desa Bitingan, Kecamatan Sale, Kabupaten Rembang. Dalam khotbahnya, dia menyoroti pandangan Islam mengenai kelestarian alam. Menurut dia, manusia harus menjaga alam demi masa depan. “Alam diciptakan Allah untuk dijaga, bukan dirusak,” tuturnya.
Setelah salat Id, warga bersalam-salaman, kemudian berdoa bersama, lalu makan kudapan yang dibawa beberapa warga.