Contoh vaksin palsu yang disita polisi, 23 Juni 2016. TEMPO/Rezki
TEMPO.CO, Jakarta - Setidaknya ada 12 vaksin yang dipalsu kompolotan Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Pelaksana tugas Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Tengku Bahdar Johan Hamid mengungkapkannya kepada wartawan setelah rapat dengan Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan, Jakarta, Senin, 27 Juni 2016.
"Ada 12, saya lupa apa saja," kata Tengku Bahdar sambil memperlihatkan daftar 12 vaksin yang dipaksukan.
Berdasarkan data hasil koordinasi dengan Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), diketahui daerah-daerah ditemukan vaksin palsu yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Adapun produk yang dipalsukan berasal dari PT Biofarma, PT Sanofi Group dan PT. GlaxoSmithKline.
Berikut adalah jenis-jenisnya:
1. Vaksin Engerix B untuk hepatitiis B 2. Vaksin Pediacel adalah vaksin kombinasi untuk diphteri, tetanus, pertussis, polio dan Hib (haemophillus influenza) 3. Vaksin Eruvax B untuk hepatitiis B 4. Vaksin Tripacel untuk difteri, pertusis & tetanus untuk anak 5. Vaksin PPD RT 23 untuk tes Mantoux 6. Vaksin Penta-Bio untuk Difteri, Tetanus, Pertusis, Hepatitis B Rekombinan, Haemophilus influenzae tipe b. 7. Vaksin TT untuk tetanus 8. Vaksin Campak 9. Vaksin Hepatitis B 10. Vaksin Polio bOPV 11. Vaksin BCG 12. Vaksin Havrix untuk hepatitis A
Pada Juli 2016, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa vaksin pertama untuk mencegah demam berdarah tersedia untuk masyarakat di seluruh dunia yang berusia 9 sampai 60 tahun. Ini berita baik bagi Indonesia, tempat demam berdarah mempengaruhi lebih dari 120 ribu orang dengan beban biaya US$ 323 juta (sekitar Rp 4,3 triliun) setiap tahun.
