Konflik Cina Selatan: DPR akan Gelar Rapat Gabungan

Reporter

Senin, 20 Juni 2016 20:34 WIB

Foto satelit bagian tengah landasan di pulau Subi Reef, Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan, 8 Januari 2016. Tiongkok membangun pangkalan militer di kepulaun yang measih menjadi sengketa tersebut. REUTERS/CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digital Globe

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Luar Negeri Dewan Perwakilan Rakyat Tantowi Yahya mengatakan DPR akan menggelar rapat gabungan untuk fokus membahas penyelesaian konflik laut Cina Selatan. Rencananya rapat tersebut akan mengundang Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan dan mitra-mitra kerja komisi lainnya yang relevan. Tapi, belum ada kepastian mengenai jadwalnya.

"Tidak ada agenda lain, rapat khusus isu itu sehingga lebih komprehensif," kata Tantowi saat ditemui selepas rapat kerja bersama Menteri Luar Negeri Retno LP. Marsudi di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 20 Juni 2016.

Sebelumnya TNI Angkatan Laut telah menangkap satu kapal ikan asing berbendera Cina di perairan Natuna, Kepulauan Riau karena diduga illegal fishing pada Jumat lalu. Dalam aksi tersebut didahului dengan aksi tembakan peringatan dan tembakan ke haluan kapal.

"Dilaporkan ada 12 kapal ikan asing di wilayah Natuna," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Edi Sucipto.

Menurut Tantowi, di perairan Laut Cina Selatan, kapal-kapal asing kerap masuk ke zona Indonesia dengan alasan yang sama. Pihak Indonesia menganggap mereka masuk ke wilayah kita, sementar pemerintah Cina berpendapat mereka masih berada di wilayah tradisional mereka. Untuk itu, kata dia, pemerintah Indonesia dan Cina harus duduk bersama menyelesaikan masalah saling klaim wilayah ini.

Sementara itu, Menteri Retno menambahkan apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ialah bentuk penegakkan hukum dan sudah tepat. Sebab hal tersebut sesuai dengan hukum internasional. Sikap tersebut menunjukkan konsistensi pemerintah Indonesia. "Bila terulang lagi, sikap yang sama akan dilakukan," tuturnya.

Retno menjelaskan tidak ada dasar yang dapat dijadikan pertimbangan oleh Cina, untuk menyebut daerah tersebut sebagai traditional fishing ground mereka. "Sesimpel itu," katanya.

Retno menambahkan antara Indonesia dengan Cina tidak ada overlapping claim dalam bentuk apapun. Dan dalam wilayah teritorial tidak ada istilah overlapping.

Selama ini, kata Retno, overlapping claim Indonesia hanya ada dengan Vietnam dan Malaysia tentang landas kontinen dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). "Khusus dengan ZEE saat ini tengah dinegoisasikan," paparnya.

AHMAD FAIZ

Berita terkait

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

1 jam lalu

Respons DPR atas Rencana Prabowo Bentuk Presidential Club

Anggota DPR Saleh Partaonan Daulay menilai perlu usaha dan kesungguhan dari Prabowo untuk menciptakan presidential club.

Baca Selengkapnya

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

11 jam lalu

Anggota Dewan Minta Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Tarif KRL

Anggota Komisi V DPR RI Suryadi Jaya Purnama mengatakan kenaikan tarif tidak boleh membebani mayoritas penumpang KRL

Baca Selengkapnya

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

2 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

2 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

2 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

3 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

4 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

5 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

5 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

5 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya