TEMPO.CO, Bandung - Megawati Soekarnoputri, Rabu, 25 Mei 2016, kembali ke kampusnya yang pernah ditinggalkannya pada 1967, yaitu Universitas Padjadjaran, Bandung. Rabu ini, ketua umum partai pemenang Pemilihan Umum 2014, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, itu menerima gelar kehormatan doktor honoris causa dari kampus tempat dia pernah menimba ilmu.
Hadir dalam acara pemberian gelar itu di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri Kabinet Kerja, dan menteri Kabinet Gotong-Royong. Berdiri di atas panggung, Megawati bicara soal kenangannya saat memulai kuliah di Unpad.
Dia menerangkan, sebenarnya memilih kuliah di Fakultas Psikologi. Namun ayahnya, Presiden Sukarno, ingin dia masuk Fakultas Pertanian. "Tiga hari saya berdebat dengan ayah saya," kata Megawati di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur, Bandung.
Baca: Mega Singgung 'Sampingan' di Sekeliling Ahok, Siapa Mereka?
Sukarno menginginkan dia masuk Fakultas Pertanian dengan alasan Indonesia membutuhkan orang yang serius memikirkan kedaulatan pangan. Apalagi kondisi rakyat Indonesia saat itu sedang dalam kemiskinan dan paceklik. "Akhirnya, saya mengikuti saran beliau, dan kuliahlah saya di kampus ini," ucap Mega.
Kemudian Megawati menjelaskan keterpaksaannya tak merampungkan kuliah. Situasi politik pada 1965-1967, semasa dia kuliah, memaksanya meninggalkan bangku kuliah. Tapi Mega tak menerangkan secara detail alasannya meninggalkan kuliah. Dia terdiam lama, tak meneruskan kalimatnya.
Meski begitu, Mega mengaku banyak belajar di kampus itu, termasuk belajar politik. "Saya terharu sekaligus bangga. Keseluruhan kenangan saya pun kembali pada peristiwa pertama ketika saya dilantik sebagai mahasiswi di tempat ini," ujarnya.
Baca juga: Ahok Pilih Jalur Independen, Mega Bahas Deparpolisasi
Mega lantas bercerita kenangannya semasa ikut masa prabakti mahasiswa (mapram) di kampus. Ia menyebut kawan seangkatannya yang hadir, di antaranya Iwan Abdurahman, yang merupakan musikus, pencipta lagu, sekaligus pencinta alam yang namanya tersohor di Bandung. "Pak Iwan ini adalah sahabat saya. Saya katakan ini bukan nostalgia, tapi nostalgila."
Mega mengisahkan masa-masa mudanya bersama Iwan. Kala itu selama masa orientasi mahasiswa, para peserta diharuskan memakai sepeda. Sedangkan Mega tidak begitu mahir bersepeda, sehingga harus ditemani.
"Rumah saya itu kan di tempat tinggi. Pada waktu itu, saya harus pakai sepeda. Karena jalannya naik-turun, harus selalu ada teman laki-laki. Yang mendampingi saya ini Pak Iwan. Beliau sangat spesial saya sebut. Sayangnya, dia mau menemani saya karena saya sogok pakai makanan," tutur Mega yang membuat hadirin tergelak.
WIDIARSI AGUSTINA