Aktivis Duduki Crane Batu Bara di Pembangkit Listrik Cirebon  

Reporter

Minggu, 15 Mei 2016 13:33 WIB

Aktivis lingkungan hidup dari Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup, dan Jaringan Advokasi Tambang menggelar aksi damai menuntut pemerintah meninggalkan penggunaan batu bara di atas crane pelabuhan PLTU Cirebon, Jawa Barat, 15 Mei 2016. Foto: Greenpeace

TEMPO.CO, Jakarta – Sebanyak 12 pegiat lingkungan hidup menggelar aksi damai di crane pelabuhan batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon, Jawa Barat, pada Minggu, 15 Mei 2016.

Mereka anggota dari komunitas Greenpeace, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam).

Juru kampanye media Greenpeace, Hikmat Soeriatanuwijaya, mengatakan kegiatan ini digelar sejak subuh. Kapal yang mereka panjat itu adalah MBP 1301 Banjarmasin, pengangkut batu bara dari Kalimantan. Para aktivis ini sengaja memblok kegiatan "unloading" batu bara yang akan digunakan di PLTU.

"Kami mendesak pemerintah supaya meninggalkan pemakaian batu bara dan beralih ke energi terbarukan," kata Hikmat saat dihubungi Tempo, Minggu, 15 Mei 2016.

Ia mengatakan penggunaan energi berbahan fosil sangat merusak lingkungan dan membahayakan kesehatan. Juga membuat dampak perubahan iklim makin parah.

Menurut Hikmat, Indonesia adalah salah satu negara yang dikaruniai sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah. "Hasil penelitian Greenpeace, di energi terbarukan, kita punya sinar matahari yang berlimpah sepanjang tahun, belum lagi tenaga angin, dan mikrohidro," ucapnya.

Hikmat menilai pemerintah belum serius mengembangkan energi terbarukan. "Masih sangat fokus ke penggunaan energi fosil, padahal energi ini sangat kotor dan merusak lingkungan dan kesehatan," katanya.

Ia menjelaskan, ada 42 PLTU yang beroperasi di Indonesia. Semuanya menghasilkan polutan-polutan berbahaya. Misalnya, mengandung merkuri yang sangat kecil sehingga orang-orang tak terasa mengisapnya.

Ada pula polutan berjenis arsenik yang bisa menyebar sampai radius 500-1.000 kilometer dari lokasi PLTU. "Jadi, selama ini udara yang kita hirup kemungkinan ada senyawa-senyawa berbahaya dari pembakaran batu bara," kata Hikmat.

Ia mengatakan sebagai manusia modern kita memang butuh listrik. Namun ada solusi yang lebih ramah lingkungan sebagai pembangkit listrik. "Dan sudah ada di depan mata kita," ujar Hikmat. Ia mencontohkan, Indonesia menempati rangking pertama negara terkaya energi mikrohidro.

Cadangan panas bumi dunia juga 40 persen berada di Indonesia. Angin, kata dia, juga sangat potensial dan masuk peringkat atas karena Indonesia negara kepulauan. "Kita sudah punya garis pantai yang melimpah, bisa dimanfaatkan dengan positif.

Greenpeace, Walhi, dan Jatam merekomendasikan untuk mengurangi ketergantungan dan pemakaian bahan bakar kotor secara bertahap. Dan beralih ke energi terbarukan secara bertahap. "Kami jelaskan bahwa aksi ini untuk masa depan kita semua, masa depan anak cucu kita," ujar Hikmat.

Aktivis yang menaiki kapal itu menjelaskan tujuan mereka kepada pekerja di crane. "Sampai saat ini mereka mengerti, polisi juga sudah banyak di lokasi. Tetapi aksi kami adalah aksi damai tanpa kekerasan," kata Hikmat. Mereka menunggu tanggapan dan pernyataan dari pemerintah.

REZKI ALVIONITASARI

Berita terkait

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

19 jam lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

1 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

6 hari lalu

Wisata Bahari Kejawanan Paling Banyak Dikunjungi Wisatawan saat Libur Lebaran di Cirebon

Selama 11-15 April di libur Lebaran, ada lebih dari 50 ribu wisatawan yang berkunjung ke Kota Cirebon.

Baca Selengkapnya

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

10 hari lalu

Inilah 3 Profesi yang Diyakini Bill Gates Tak Bisa Digantikan AI

Pendiri perusahaan teknologi Microsoft, Bill Gates, mengatakan bahwa ada tiga profesi yang tahan dari AI. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

16 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

21 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

29 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

31 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

31 hari lalu

Rp 19.842 triliun Kredit Global ke Grup Perusahaan Berisiko Iklim, Ada RGE dan Sinarmas

Walhi dan Greenpeace Indonesia mengimbau lembaga keuangan tidak lagi mendanai peruhasaan yang terlibat perusakan lingkungan dan iklim.

Baca Selengkapnya

Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

32 hari lalu

Pulau Balang Tidak Masuk IKN, Otorita Klaim Lebih mudah Jaga Dugong dan Pesut

Tetap saja pembangunan IKN dinilai akan membuat tekanan terhadap habitat satwa liar. Dan bukan hanya dugong dan pesut, tapi 23 spesies.

Baca Selengkapnya