Gerakan Selamatkan Jogja Desak Polisi Tindak Ormas Intoleran  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Selasa, 10 Mei 2016 10:51 WIB

Pemutaran dan diskusi film memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia di AJI Yogyakarta 3 Mei 2016 dibubarkan polisi.

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gerakan Warga Selamatkan Jogja mengecam pembubaran pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta oleh polisi dan organisasi masyarakat intoleran. Acara itu digelar untuk memperingati Hari Kebebasan Pers Dunia atau World Press Freedom Day di Kantor Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta pada Selasa malam, 3 Mei 2016.

Gerakan Selamatkan Jogja mendesak agar Kepala Polda Daerah Istimewa Yogyakarta mencopot Kepala Bagian Operasional Polresta Yogyakarta, Sigit Haryadi, beserta Kepala Satuan Intel Polresta Yogyakarta Komisaris Wahyu Dwi Nugroho dan Kepala Polsek Umbulharjo Komisaris Tri Adi dari jabatannya. Gerakan tersebut juga mendesak Kepala Polda DIY mengeluarkan surat instruksi kepada seluruh jajarannya dari tingkat polda sampai polsek untuk menindak tegas dan menangkap pelaku dari ormas-ormas intoleran. "Selama ini, mereka bertindak bak aparat negara," kata Ketua AJI Yogyakarta, Anang Zakaria, Selasa, 10 Mei 2016.

Kepala Bagian Operasional Polresta Yogyakarta Komisaris Sigit Haryadi memimpin pembubaran acara tersebut. Alasannya, rangkaian acara WPFD memutar film berjudul Pulau Buru Tanah Air Beta besutan sutradara Rahung Nasution yang berpotensi menimbulkan konflik, karena muncul penolakan dari organisasi masyarakat Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan TNI/Polri (FKPPI) dan Front Anti-Komunis Indonesia (FAKI) Yogyakarta.

Ada sejumlah alasan mengapa film itu diputar dalam perayaan Hari Kebebasan Pers Dunia. Pertama, karena negara hingga detik ini tidak pernah melarang pemutaran film tersebut. Negara bahkan telah memfasilitasi adanya simposium nasional korban tragedi 1965 yang arahnya menyelesaikan kasus 1965 dengan cara rekonsiliasi. Cuplikan film tersebut bahkan pernah diputar di televisi nasional MetroTV dalam program Mata Najwa.

Selain itu, AJI menilai film dokumenter tersebut merupakan produk jurnalistik yang berbeda dengan film komersial yang dikemas secara fiksi. "Produk jurnalistik tersebut layak dibedah dan dikritik layaknya produk jurnalistik lainnya, seperti berita di media cetak, online, dan elektronik," kata Anang Zakaria.

Namun aparat Kepolisian DIY menabrak apa yang telah menjadi konsensus di tingkat pusat. Pada 3 Mei malam, polisi bekerja sama dengan ormas intoleran membubarkan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta dalam acara WPFD. Kepala Bagian Operasional Polresta Yogyakarta Sigit Haryadi menegaskan bahwa pembubaran ini diperintahkan oleh Kepala Kepolisian DIY Brigadir Jenderal Prasta Wahyu Hidayat.

Pernyataan Sigit bertolak belakang dengan apa yang dikatakan Kepala Polda Prasta ketika diwawancarai jurnalis. Kepala Polda menyatakan tidak pernah menginstruksikan anak buahnya membubarkan acara tersebut. Namun bukti rekaman video menunjukkan bahwa mantan Kepala Satuan Intel Polresta Yogyakarta itu jelas-jelas menyebut Kepala Polda menginstruksikan pembubaran.

Perilaku Sigit ketika datang ke kantor AJI Yogyakarta dan memaksa membubarkan acara bertentangan dengan janji Kepala Polda Prasta dalam sejumlah pemberitaan. Sigit nyelonong masuk, berteriak, serta membentak panitia dan peserta acara. "Padahal, Kepala Polda Prasta pernah menyatakan Yogyakarta menjadi kota yang mengedepankan toleransi," kata Anang.

Kepala Polda berjanji akan bersikap tegas terhadap pihak-pihak yang melakukan tindakan atau gerakan intoleransi. Prasta juga menegaskan DIY ramah bagi semua orang. Dari catatan Gerakan Warga Selamatkan Jogja, bukan kali ini saja Sigit Haryadi berulah. Sigit telah membubarkan sejumlah kegiatan di Yogyakarta. Di antaranya acara Jagongan Media Rakyat di Jogja National Museum pada 2014. Waktu itu, agenda acara adalah mendiskusikan melek media guna menanggulangi konten-konten radikalisme.

Sigit juga membubarkan pemutaran film Senyap di kantor AJI Yogyakarta pada 2014. Ketika ada aksi gerakan pro-demokrasi di McDonald pada 2016, Sigit juga melontarkan kata-kata rasis. Sigit mendikotomi warga Yogyakarta asli dan pendatang. Dalam acara pemutaran film Pulau Buru, Sigit juga melontarkan kata-kata rasis.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

1 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

1 hari lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

30 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

31 hari lalu

Dewan Pers Ungkap Kronologi Penganiayaan Jurnalis oleh TNI AL: Dipukul hingga Dicambuk Selang

Dewan Pers mengungkap motif penganiayaan oleh 3 anggota TNI AL itu. Korban dipaksa menandatangani 2 surat jika penganiayaan ingin dihentikan.

Baca Selengkapnya

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

32 hari lalu

Jurnalis Dianiaya 3 Anggota TNI AL, Dewan Pers Desak Tiga Hal

"Dewan Pers akan memantau betul peristiwa ini, memastikan proses hukumnya berjalan, dan memastikan korban dalam perlindungan," ujar Arif Zulkifli.

Baca Selengkapnya

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

32 hari lalu

Anggota TNI Diduga Siksa Jurnalis di Halmahera Selatan, KontraS: Tak Manusiawi

Danlanal Ternate meminta maaf atas insiden kekerasan terhadap wartawan yang terjadi di Bacan, Halmahera Selatan.

Baca Selengkapnya

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

35 hari lalu

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

Kekerasan yang dilakukan anggota TNI Angkatan Laut itu merupakan bentuk penghalangan terhadap kerja jurnalistik yang tidak sepatutnya terjadi.

Baca Selengkapnya

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

35 hari lalu

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

Ormas dan kepolisian dianggap paling berpotensi melakukan kekerasan terhadap jurnalis.

Baca Selengkapnya

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

22 Februari 2024

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

AJI dan LBH Pers meminta Perpres Publisher Rights yang telah disahkan Presiden Jokowi dijalankan secara akuntabel.

Baca Selengkapnya

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

14 Februari 2024

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

Ujaran kebencian berpotensi memicu perselisihan sosial. Ujaran kebencian juga dapat berujung pada stigma, persekusi, dan kekerasan.

Baca Selengkapnya