Massa Antikomunis Tolak Hasil Simposium Membedah Tragedi 65

Reporter

Kamis, 28 April 2016 21:34 WIB

Massa yang tergabung dari berbagai ormas, termasuk FPI, berunjuk rasa dan membakar bendera PKI di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, 28 April 2016. Mereka menolak Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan permintaan maaf atas peristiwa 30 September 1965. TEMPO/ARTIKA

TEMPO.CO, Surabaya - Massa gabungan berbagai organisasi masyarakat di Jawa Timur berunjuk rasa menolak kebangkitan ideologi komunisme di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis, 28 April 2016. Mereka mereaksi keras diselenggarakannya Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta pada 18-19 April lalu.

Pengunjuk rasa terdiri dari Front Pancasila, Forum Madura Bersatu, Muhammadiyah, Pelajar Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Laskar Sapi Jagat, Gerakan Nasional Patriot Indoensia, Center for Indonesian Community Studies, serta Front Pembela Islam.

Namun dari semua elemen, massa FPI terlihat paling banyak. Mereka datang menggunakan dua truk, dua bus, dan lima minibus. "Kami siap berada di barisan terdepan melawan PKI. Kita tolak bangkitnya komunisme di Indonesia," kata salah satu orator.

Di tengah unjuk rasa, mereka membakar dua bendera merah bergambar palu dan arit, simbol komunisme. "Ganyang PKI," seru massa sambil mengumandangkan takbir.

Direktur Center for Indonesian Community Studies Arukat Djaswadi sekaligus tokoh yang dituakan dalam unjukrasa tersebut mengatakan bahwa PKI bukan korban, tapi pelaku kudeta 1965. Menurutnya, partai berlambang palu dan sabit itu melakukan makar dengan membubarkan kabinet Gotong Royong pada masa kepemimpinan Presiden Sukarno. "Salah besar kalau ada yang mengatakan PKI sebagai korban," ujar dia.

Arukat menolak segala bentuk pemahaman bahwa pelanggaran HAM pada 1965 dilakukan oleh negara. Dia juga menolak mengakui bahwa PKI sebagai korban. "Karena dengan mengakui itu semua mereka punya legitimasi untuk menghidupkan kembali PKI."

Arukat meminta Presiden Joko Widodo agar tak perlu meminta maaf atas peristiwa tersebut. Sebagai kepala negara dan pemerintahan, katanya, Jokowi diminta tidak membuka celah atas bangkitnya PKI. "Karena dapat mengancam keutuhan Pancasila dan NKRI," kata Arukat. "Siapapun yang menghidupkan PKI, akan berhadapan dengan rakyat."

ARTIKA RACHMI FARMITA

Berita terkait

Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

29 September 2017

Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

Meski pemiliknya menyatakan tak bertujuan menyebarkan komunisme dengan memasang bendera berlogo palu arit aparat tetap memintanya mencopot

Baca Selengkapnya

Direktur PFN Akui Film G 30 S PKI Dibuat Sesuai Selera Orde Baru  

16 September 2017

Direktur PFN Akui Film G 30 S PKI Dibuat Sesuai Selera Orde Baru  

Menurut Elprisdat, film bisa dijadikan sesuatu untuk mengukur isu. Dia juga mengatakan film dapat membandingkan yang terjadi di masa lalu dan sekarang

Baca Selengkapnya

PFN Tak Masalah Bila Film G 30 S PKI Diputar Kembali

14 September 2017

PFN Tak Masalah Bila Film G 30 S PKI Diputar Kembali

Elprisdat menuturkan keinginan warganet di media sosial agar
film G 30 S PKI diputar lagi tidak masalah.

Baca Selengkapnya

Ditanya Soal Kasus Munir, Wiranto: Bicara Pembangunan Saja

8 September 2017

Ditanya Soal Kasus Munir, Wiranto: Bicara Pembangunan Saja

Wiranto ogah berkomentar soal penyelesaian kasus pembunuhan Munir yang terjadi 13 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Staf Khusus Presiden Temui Wiranto Bahas Keamanan Papua  

4 September 2017

Staf Khusus Presiden Temui Wiranto Bahas Keamanan Papua  

Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, menemui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto di kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Senin.

Baca Selengkapnya

Kasus First Travel, Wiranto Menduga Ada Kelemahan Regulasi

29 Agustus 2017

Kasus First Travel, Wiranto Menduga Ada Kelemahan Regulasi

Wiranto menyebut ada kelemahan regulasi yang berujung pada pengulangan kasus penipuan First Travel.

Baca Selengkapnya

Indonesia dan Cina Perkuat Kerja Sama Bidang Polhukam

25 Agustus 2017

Indonesia dan Cina Perkuat Kerja Sama Bidang Polhukam

Kerja sama Indonesia dan Cina terus meningkat sejak
ditandatanganinya Kemitraan Strategis Komprehensif pada 2013.

Baca Selengkapnya

Wiranto Paparkan Pentingnya Konektivitas Kelautan

25 Agustus 2017

Wiranto Paparkan Pentingnya Konektivitas Kelautan

Wiranto menyoroti kelebihan Indonesia yang memiliki enam juta kilometer persegi yurisdiksi maritim.

Baca Selengkapnya

Wiranto Bahas Soal Perompakan di Simposium Keamanan Maritim

25 Agustus 2017

Wiranto Bahas Soal Perompakan di Simposium Keamanan Maritim

Dibutuhkan satu struktur yang membahas pengembangan kapasitas keamanan maritim dengan melibatkan negara-negara lain.

Baca Selengkapnya

Wiranto Minta Dunia Internasional Perkuat Kerja Sama Maritim

25 Agustus 2017

Wiranto Minta Dunia Internasional Perkuat Kerja Sama Maritim

Dibutuhkan satu struktur yang membahas pengembangan kapasitas keamanan maritim.

Baca Selengkapnya