Sejumlah personil Brimob berpatroli rutin di Dusun Gantinadi, Desa Tangkura, Poso Pesisir, Poso, Sulteng, 14 Maret 2015. Kapolda Sulteng, Brigjen Idham Azis, mengatakan sepanjang Januari-Maret 2015, sebanyak 12 warga Poso ditangkap terkait kelompok jaringan teroris pimpinan Santoso. ANTARA/Zainuddin MN
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Republik Indonesia mengindikasikan kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah, telah terpecah.
"Mereka sedang terpencar. Indikasi kami, mereka kini sudah terpecah-pecah," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Rabu, 27 April 2016.
Menurut Boy, hal ini dibuktikan dengan temuan kelompok-kelompok kecil yang mulai terpisah dan menyerang polisi. Adapula anggota Santoso yang menyerahkan diri. Karenanya, kuat dugaan kelompok Santoso kini terdesak dan terpecah.
"Tentu mencari mereka sudah tidak sulit lagi. Kini terpencar-pencar, yang dari Uighur ajanyerang sendiri dan menyerahkan diri kemarin juga sendiri," ujar Boy. Mereka terdesak dan tidak nyaman sehingga memilih terpencar dan tidak bertahan di gunung. Menurut Boy, kondisi kontur pegunungan yang sulit membuat teroris terpencar.
"Ada yang bertahan sampai titik darah penghabisan, tapi ada juga yang akhirnya enggak tahan dan terpencar-pencar," ujar Boy. Boy mengatakan satu orang yang menyerah itu berinisial I. Sedangkan dari kelompok yang terpencar tersebut, satu di antaranya berhasil ditembak mati, kemudian sisanya melarikan diri.
Salah satu korban tewas bernama MF dan merupakan warga negara asing, yaitu dari Uighur, Cina. Dia tewas ketika menyerang Satuan Tugas Operasi Tinombala dengan parang.
Pada Minggu, 24 April 2016, Satgas Operasi Tinombala menembak mati seorang anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah.
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
2 hari lalu
TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali
TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.