Cara Jokowi Menjawab Soal Kuburan Massal & Panama Papers

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Selasa, 26 April 2016 20:46 WIB

Presiden Jokowi bersama Wapres Jusuf Kalla sebelum memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, 25 April 2016. Jokowi sempat mengunjungi sejumlah negara Eropa seperti Inggris, Belanda dan Jerman. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo punya cara sendiri menjawab pertanyaan penting soal dua isu besar di pekan ini. Presiden bahkan sempat membuat gemas wartawan di Istana Merdeka Jakarta yang mencecarnya dengan pertanyaan soal penyelesaian kuburan massal dalam kasus tragedi 1965 dan masuknya nama pejabat tinggi negara di Panama Papers.

Selasa 26 April 2016 siang, Jokowi baru saja membuka rapat Sensus Ekonomi di kompleks Istana Merdeka. Wartawan sudah menunggunya dan mulai bertanya, dua isu penting itu. Melihat wartawan dan mendengar pertanyaan itu, Jokowi bukannya berhenti dan segera menjawab. Ia malah memilih menghindari wartawan.

Jokowi tidak menyatakan menolak atau menjawab pertanyaan seperti hanya pejabat publik. Ia bikin cara baru: mundur. Mundur yang dimaksud bukan mengundurkan diri dari jabatan, melainkan berjalan ke belakang.

Selangkah demi selangkah dia menjauh dari awak media yang mencegatnya dan melontarkan pertanyaan tentang keberadaan pejabat publik di Panama Papers serta Kuburan Massal PKI. Ekspresi Jokowi tak seperti pejabat yang hendak kabur saat berjalan mundur. Wajahnya tetap serius dengan sorot mata tajam dan bibir ditekuk ke atas seolah-olah memikirkan jawaban.

"Hmm, bagaimana? Apa?" kata Jokowi sambil terus berjalan mundur. Tak satupun jawaban keluar dari mulutnya. Mereka memintanya tak kabur, tapi Jokowi tak menghentikan langkah mundurnya. Setelah posisinya cukup jauh dari awak media, barulah Jokowi melempar senyum. Ia melambaikan tangan dan meminta pertanyaan disampaikan lain waktu. Wartawan pun berteriak kesal, dibikin gemas oleh ulah Presiden.

Beberapa pekan terakhir terungkap sejumlah nama populer termasuk pejabat publik di Panama Papers. Panama Papers adalah sebutan proyek konsorsium global jurnalis investigasi (ICIJ) yang membongkar bocoran dokumen berisi daftar klien Mossack Fonseca, sebuah firma hukum di Panama yang banyak membantu pendirian perusahaan cangkang di negara suaka pajak.

Tempo, satu-satunya media dalam negeri yang tergabung dalam proyek investigasi global tersebut, menemukan sejumlah konglomerat hingga penyelenggara negara dalam daftar klien tersebut. Dua di antaranya adalah Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Harry Azhar Azis dan Menteri Koordinator Politik Hukum Keamanan Luhut Panjaitan.

Harry tak membantah pernah mendirikan perusahaan cangkang di British Virgin Islands. Namun menurut dia perusahaan itu tak pernah aktif, apalagi memiliki aset. Adapun Luhut menampik menjadi bos di sebuah perusahaan di Republik Seychelles, Afrika Timur, yang didirikan oleh orang-orang dekatnya pada 2006.

ISTMAN MP | AGOENG

Berita terkait

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

12 menit lalu

Apa Itu Presidential Club yang Diusulkan Prabowo?

Presidential Club berisi para eks presiden Indonesia yang akan saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menjaga silaturahmi dan menjadi teladan.

Baca Selengkapnya

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

4 jam lalu

Microsoft Investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, Bagaimana dengan di Indonesia?

Microsoft siap investasi Rp35,6 triliun di Malaysia, bagaimana dengan rencana investasinya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

6 jam lalu

Timnas Indonesia U-23 Bersiap Jalani Laga Playoff Olimpiade Paris 2024, Jokowi Optimistis Skuad Garuda Menang Lawan Guinea

Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Guinea di laga playoff Olimpiade Paris 2024 pada Kamis, 9 Mei mendatang.

Baca Selengkapnya

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

16 jam lalu

Sekjen Gerindra Tepis Anggapan Jokowi Jadi Penghalang Pertemuan Prabowo dan Megawati

Justru, kata Muzani, Presiden Jokowi lah yang mendorong terselenggaranya pertemuan antara Prabowo dan Megawati.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

17 jam lalu

Pengamat Sebut Ide Prabowo Bentuk Presidential Club Bagus, tapi Ada Problem

Pengamat Politik Adi Prayitno menilai pembentukan presidential club memiliki dua tujuan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

18 jam lalu

Jokowi Teken UU Desa, Pengamat Soroti Anggaran hingga Potensi Politik Dinasti

Salah satu poin penting dalam UU Desa tersebut adalah soal masa jabatan kepala desa selama 8 tahun dan dapat dipilih lagi untuk periode kedua,

Baca Selengkapnya

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

22 jam lalu

Membedah 5 Poin Krusial dalam UU Desa yang Baru

Beleid itu menyatakan uang pensiun sebagai salah satu hak kepala desa. Namun, besaran tunjangan tersebut tidak ditentukan dalam UU Desa.

Baca Selengkapnya

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

23 jam lalu

Relawan Jokowi Imbau PDIP Tak Cari Kambing Hitam Setelah Ganjar-Mahfud Kalah Pilpres

Panel Barus, mengatakan setelah Ganjar-Mahfud meraih suara paling rendah, PDIP cenderung menyalahkan Jokowi atas hal tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

1 hari lalu

Respons Jokowi hingga Luhut Soal Komposisi Kabinet Prabowo

Jokowi mengatakan dia dan pihak lain boleh ikut berpendapat jika dimintai saran soal susunan kabinet Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

1 hari lalu

Sorotan Media Asing Soal Luhut Buka Kemungkinan Kewarganegaraan Ganda bagi Diaspora , Apa Alasan dan Syaratnya?

Menkomarinves Luhut Pandjaoitan buka kemungkinan kewarganegaraan ganda untuk diaspora. Apa saja alasan dan syaratnya?

Baca Selengkapnya