Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, memberikan keterangan kepada media terkait perkembangan upaya pembebasan 10 Warga Negara Indonesia (WNI) dari kelompok Abu Sayyaf di Filipina di Ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, Jakarta, 5 April 2016. Pemerintah mengutamakan opsi dialog dalam pembebasan 10 WNI tersebut. TEMPO/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Bekasi- Orang tua penumpang kapal tug boat Henri yang disandera kelompok militan di Filipina, Melati Ginting, berencana menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, akhir bulan ini. Mereka juga berencana menyambangi kantor Kementerian Luar Negeri.
"Saya lihat di TV, Abu Sayyaf mengeksekusi sandera," kata Melati Ginting, ibu dari Mohamad Aryanto Misnan. "Saya deg-degan, langsung lemas."
Aryanto Misnan merupakan satu dari sepuluh penumpang kapal tug boat Henri yang disandera kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina. Kedatangan Melati ke Istana Negara tak lain untuk menyampaikan perasaan seorang ibu yang anaknya menjadi sandera kelompok militan di Filipina kepada Presiden. "Setiap hari saya menangis memikirkan kondisi anak," ujar warga perumahan Taman Narogong Indah, Rawalumbu, Bekasi, ini.
Dia mengaku lemas setelah mendapat informasi melalui televisi bahwa kelompok Abu Sayyaf mengeksekusi sanderanya dari Kanada. Keluarga semakin tak tenang. Melati menuturkan setiap hari dia mencari informasi perkembangan proses pembebasan sandera melalui media online, cetak, dan elektronik.
Melati meminta pemerintah Indonesia segera membebaskan para sandera asal Indonesia, termasuk Kapten Ariyanto. "Anak saya sudah sepuluh hari lebih disandera," tuturnya.
Ia berharap tak ada masalah dengan anaknya selama ditawan, apalagi mendapat perlakukan kasar dari para milisi yang menyandera. Meski demikian, ia tetap kepikiran setiap hari ihwal kondisi anaknya di hutan Filipina. "Enggak bisa tidur, adiknya yang kecil setiap hari murung," ucapnya.
Kapal berbendera Indonesia kembali dibajak kelompok militan bersenjata Filipina di perairan perbatasan antara Filipina dan Malaysia pada 15 April lalu. Dari sepuluh anak buah kapal, empat orang masih disandera. Sebanyak sepuluh warga Indonesia juga disandera oleh kelompok Abu Sayyaf pada 26 Maret lalu dan hingga kini belum dibebaskan.