Greenpeace Luncurkan Peta Pemantau Kebakaran Hutan  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Rabu, 23 Maret 2016 04:19 WIB

Ratusan mahasiswa Universitas Riau berunjuk rasa sebagai bentuk keprihatinan terhadap bencana kabut asap kebakaran lahan dan hutan, di Kota Pekanbaru, Riau, 23 Oktober 2015. Mahasiswa menuntut Presiden Jokowi bersikap tegas dalam penegakan hukum pembakaran hutan. ANTARA/FB Anggoro

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia meluncurkan peta digital online yang memungkinkan publik memantau kebakaran lahan dan deforestasi. Peta ini mampu memperlihatkan secara lengkap siapa pemilik lahan yang terdeteksi api. Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia, Teguh Surya, mengatakan peta interaktif bernama Kepo Hutan diciptakan untuk mendukung program pemerintah. "Apalagi krisis asap kembali terjadi dengan munculnya 500 titik api dalam beberapa hari terakhir," katanya dalam siaran pers, Selasa, 22 Maret 2016.

Peta interaktif Kepo Hutan memberi keleluasaan bagi masyarakat luas untuk melihat informasi terperinci mengenai konsesi perusahaan. Selain itu, dapat dilihat keterkaitannya terhadap lahan gambut, titik-titik api, dan peringatan deforestasi.

Bambang Widjojanto, penasihat hukum kebijakan publik, mengatakan platform peta baru akan mengungkap banyak hal tentang tata kelola hutan Indonesia yang belum sepenuhnya terbuka. Transparansi, kata Bambang, merupakan bukti pemerintahan yang akuntabel dan dapat memberantas korupsi. Menurut dia, jika semua orang mendapat akses informasi untuk melihat dari siapa saja hak atas hutan dialihkan dan kepada siapa hak itu diberikan, peta-peta itu akan mampu mencegah kerugian sumber daya negara yang timbul dari korupsi dalam hal konsesi serta meningkatkan kepatuhan dalam tata kelola lahan.

Peta interaktif dirancang menggunakan teknologi open source dari Global Forest Watch. Peta pertama menyediakan kumpulan data komprehensif perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, dan pengusahaan kayu alam, serta izin pertambangan batu bara.

Greenpeace telah mengumpulkan data konsesi dari berbagai sumber, termasuk peta berbentuk cetak dan PDF. Kemudian didigitalisasi menjadi peta digital yang dapat digunakan dalam analisis geospasial (format shapefile). Format shapefile sangat dibutuhkan sebagai bahan analisis.

Data kompilasi yang dimiliki Greenpeace juga disandingkan dengan data-data lain, yang juga tersedia pada platform, seperti data titik api, jenis tutupan hutan, kedalaman gambut, deforestasi, serta sebaran habitat orang utan dan harimau.

"Kami telah melakukan upaya terbaik untuk mengumpulkan seluruh data yang tersedia dalam satu platform interaktif," ujar Teguh. Namun, dia berujar, informasi publik mengenai siapa yang mengontrol hutan melalui peta konsesi mutakhir dalam format shapefile yang dapat dianalisis akan lebih baik.

Teguh berharap, pemerintah mengabulkan permintaan resmi untuk merilis data tersebut. Karenanya, Greenpeace tidak perlu melanjutkan sengketa informasi ke Komisi Informasi Pusat.



MAYA AYU PUSPITASARI

Berita terkait

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

4 jam lalu

Massa Aksi Desak Bank Setop Beri Pendanaan Buat Energi Kotor Seperti Batu Bara, Mengapa?

Energi kotor biasanya dihasilkan dari pengeboran, penambangan, dan pembakaran bahan bakar fosil seeperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

3 hari lalu

Greenpeace Sebut Pembukaan Lahan Hutan untuk Sawit Pemicu Utama Deforestasi

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau GAPKI mengklaim ekspor ke luar negeri turun, terutama di Eropa.

Baca Selengkapnya

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

5 hari lalu

Kebun Sawit Anak Usaha Sinarmas Diduga Terabas Cagar Alam Kelautku Kalimantan Selatan

Kebun sawit PT SKIP Senakin Estate, anak usaha Sinarmas, diduga menerabas hutan Cagar Alam Kelautku, Kalimantan Selatan.

Baca Selengkapnya

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

5 hari lalu

Ratusan Ribu Hektare Sawit Ilegal Kalimantan Tengah akan Diputihkan, Dinas Perkebunan Mengaku Tidak Dilibatkan

Lebih dari separo lahan sawit di Kalimantan Tengah diduga berada dalam kawasan hutan. Pemerintah berencana melakukan pemutihan sawit ilegal.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

9 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Alih Muatan Ikan Ilegal, Greenpeace Desak Pemerintah Hukum Pelaku dan Ratifikasi Konvensi ILO 188

Greenpeace meminta KKP segera menghukum pelaku sekaligus mendesak pemerintah untuk meratifikasi Konvensi ILO 188 tentang Penangkapan Ikan.

Baca Selengkapnya

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

9 hari lalu

Greenpeace Apresiasi KKP Tangkap Kapal Transhipment dan Mendesak Usut Pemiliknya

Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah KKP yang menangkap kapal ikan pelaku alih muatan (transhipment) di laut.

Baca Selengkapnya

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

25 hari lalu

Kepala OIKN Klaim Pembangunan IKN Bawa Manfaat untuk Semua Pihak, Bagaimana Faktanya?

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Bambang Susantono klaim bahwa pembangunan IKN akan membawa manfaat bagi semua pihak.

Baca Selengkapnya

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

29 hari lalu

Penggemar K-Pop Minta Hyundai Mundur dari Investasi penggunaan PLTU di Kalimantan

Penggemar K-Pop global dan Indonesia meminta Hyundai mundur dari investasi penggunaan PLTU di Kalimantan Utara.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

37 hari lalu

Terpopuler: Grab Evaluasi SOP Pelayanan Buntut Kasus Pemerasan, Pesawat Jet Pribadi Harvey Moeis untuk Sandra Dewi

Terpopuler: Grab Indonesia evaluasi SOP pelayanan buntut kasus pemerasan, deretan barang mewah dari Harvey Moeis untuk artis Sandra Dewi.

Baca Selengkapnya

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

40 hari lalu

Komitmen Iklim Uni Eropa Dipertanyakan, Kredit Rp 4 Ribu Triliun Disebut Mengalir ke Perusak Lingkungan

Sinarmas dan RGE disebut di antara korporasi penerima dana kredit dari Uni Eropa itu dalam laporan EU Bankrolling Ecosystem Destruction.

Baca Selengkapnya