Keluarga Korban Aksi Densus 88 Ini Kukuh Tolak Bantuan Aktivis

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Rabu, 16 Maret 2016 23:00 WIB

Para pelayat mengusung peti mati berisi jenazah Siyono dari mobil ambulans untuk diganti kain kafannya di Klaten, Jawa Tengah, 13 Maret 2016. Belum diketahui dengan pasti apa penyebab kematian Siyono. TEMPO/Dinda Leo Listy

TEMPO.CO, Klaten - Saudara kandung terduga teroris Siyono yang tewas saat diciduk anggota Densus 88, Wagiyono, menolak uluran tangan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk menguak kejanggalan kematian adiknya itu. “Kami menduga keluarganya sudah diperintah kepolisian untuk tidak banyak bicara,” kata Komisioner Komnas HAM Siane Indriani, Rabu 16 Maret 2016. Siane juga gagal membujuk Wagiyono dan Suratmi agar mengizinkan jenazah Siyono diotopsi guna mencari tahu penyebab kematiannya.


Siyono, 33 tahun, warga Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, ditangkap anggota Densus 88 seusai menunaikan salat Maghrib di masjid samping rumahnya pada Selasa 8 Maret 2016. Ayah lima anak itu dikabarkan tewas, Jumat 11 Maret 2016. Polisi berkilah Siyono tewas setelah berkelahi dengan anggota Densus 88 saat dibawa ke suatu tempat.


Kematian Siyono mengundang tanda tanya. Sejumlah ulama dari Solo Raya juga minta Tim Pembela Muslim (TPM) agar mendampingi keluarga Siyono dalam mencari keadilan. “TPM cabang Solo kesulitan menemui pihak keluarga. Sebab, mereka mendadak tertutup seperti ketakutan,” kata Ketua TPM Mahendradatta. Dia menduga keluarga Siyono berada dalam tekanan kepolisian.


Tapi, semua dugaan itu ditepis Wagiyono. Dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berupaya menegakkan keadilan atas kasus Siyono. “Tapi menurut pribadi saya, kenapa baru sekarang? Kenapa tidak sejak adik saya ditangkap,” kata Wagiyono.


Ihwal alasan menolak jenazah Siyono diotopsi, Wagiyono berujar, otopsi mestinya segera dilakukan sejak jenazah Siyono masih berada di RS Jakarta sejak Jumat 11 Maret 2016. “Kalau sudah dikubur baru akan diotopsi untuk apa? Sudah terjadi ya sudah,” ujar Wagiyono.


Wagiyono sejatinya merasakan kejanggalan di balik tewasnya Siyono. Tapi, karena sudah tak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Siyono, keluarganya memilih mengikhlaskan. “Ini sudah Qodarullah (ditakdirkan oleh Allah). Tidak ada yang menekan kami,” kata dia.


Wagiyono justru berpesan agar hikmah dari kematian Siyono bisa dipetik oleh Komnas HAM, TPM, dan siapa saja yang ingin menegakkan keadilan. “Juga bagi siapa saja yang suatu hari nanti kehilangan anggota keluarganya (karena ditangkap Densus 88). Jangan menunggu setelah peristiwanya terjadi. Biar yang dialami Siyono tak terulang lagi pada orang lain,” ujarnya.


DINDA LEO LISTY

Berita terkait

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

13 hari lalu

Israel Diduga Menghalang-halangi Investigasi Pelanggaran HAM dalam Serangan 7 Oktober

Komisi penyelidikan independen terhadap pelanggaran HAM di Israel dan Palestina menuding Israel menghalangi penyelidikan terhadap serangan 7 Oktober oleh Hamas.

Baca Selengkapnya

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

41 hari lalu

MK Serukan Dukungan untuk Palestina di Forum Dunia

MK RI menyerukan dukungan untuk Palestina dalam forum pertemuan Biro World Conference on Constitutional Justice atau WCCJ ke-21 di Venice, Italia.

Baca Selengkapnya

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

46 hari lalu

Anggota Komite HAM PBB Tanya soal Dugaan Intervensi Jokowi di Pilpres 2024: Apakah Sudah Diinvestigasi?

Anggota Komite HAM PBB Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan dugaan intervensi Jokowi di Pilpres 2024 dalam sidang di Jenewa, Swiss.

Baca Selengkapnya

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

47 hari lalu

KontraS Kritik Respons Pemerintah Soal Pemilu dan HAM di ICCPR Jenewa

KontraS menyayangkan respons delegasi Indonesia terhadap berbagai kritik dan pertanyaan dari ICCPR.

Baca Selengkapnya

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

51 hari lalu

International Women's Day, Perempuan Indonesia Bicara Carut-Marut Rezim Jokowi: Tuntut Penegakan Demokrasi

Aliansi Perempuan Indonesia menuntut penegakan demokrasi dan supremasi hukum

Baca Selengkapnya

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

54 hari lalu

Kini Siap Kerja Sama, Mengapa AS Dulu Mencekal Prabowo?

Prabowo Subianto punya hubungan kurang harmonis dengan Amerika Serikat (AS). Dia pernah masuk dalam daftar hitam selama 20 tahun.

Baca Selengkapnya

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

29 Februari 2024

Andri Alapas Terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru 2024-2028, Ketua YLBHI: Persoalan Demokrasi Tantangan ke Depan

Andri Alapas terpilih sebagai Direktur LBH Pekanbaru Periode 2024-2028 pada Kamis, 29 Februari 2024.

Baca Selengkapnya

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

25 Februari 2024

Sederet Intimidasi terhadap Mereka yang Gaungkan Pemakzulan Jokowi

Bagaimana intimidasi dan kekerasan terjadi kepada para pihak yang menggaungkan pemakzulan presiden.

Baca Selengkapnya

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

22 Februari 2024

Alasan KY Perpanjang Masa Pendaftaran Calon Hakim Agung dan Ad Hoc HAM di MA

KY telah menerima 120 pendaftar konfirmasi untuk calon hakim agung.

Baca Selengkapnya