Banjir Informasi, Media Kehilangan Fungsi Kontrol Sosial

Reporter

Minggu, 13 Maret 2016 16:05 WIB

Aktivis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) memberikan pamflet kepada Pangdam Jaya, Mayjen TNI Agus Sutomo saat memperingati World Press Freedom Day (WPFD) 2015 di kawasan Taman Menteng, Jakarta, 3 Mei 2015. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Perkembangan dunia industri media, khususnya media digital, yang bertumpu pada kecepatan membuat informasi seolah hanya menjalankan satu fungsi, yaitu informatif bersandar pada kecepatan. Padahal, pers Indonesia seharusnya tak hanya memenuhi hak Informasi publik, tapi juga mengoptimalkan fungsi edukasi dan kontrol sosial.

Ketua Bidang Perempuan dan Kelompok Marjinal, Aliansi Jurnalis Independen, Yekhti Hesthi Murthi menilai banjir informasi karena produksi berita setiap detik ini menjauhkan peran pers dan media terhadap posisi idealnya. Jurnalis sebagai entitas penting dan bagian penting pers seolah berperan hanya sebagai penampung pernyataan narasumber, tanpa pemahaman mendalam, dan larut dalam konflik.

"Tidak banyak media yang mampu membaca ada apa di balik sebuah peristiwa, dan bagaimana menyuguhkan berita yang jernih bagi masyarakat," ujarnya dalam diskusi "Peran Media dalam Mempengaruhi Wacana Publik atas Diskriminasi dan Pelanggaran Hak-Hak Kelompok Minoritas" di Cikini, Jakarta, Minggu, 13 Maret 2016.

Teknologi yang dimaknai hanya sebagai kecepatan, menurut Hesthi, membuat media akhirnya terjebak menjadi suara bagi kelompok dominan. Padahal, lanjut dia, dengan fungsi kontrol terhadap kebijakan, dan privilege yang begitu besar di era reformasi, tanggung jawab moral media sebagai penyambung lidah bagi masyarakat marjinal yang tidak mendapat ruang berbicara dalam kehidupan bernegara seharunya semakin kokoh.

Hesthi melanjutkan, dalam realita, masalah kelompok marjinal hanya tersentuh ketika muncul air mata atau darah. Diskriminasi terhadap kelompok marjinal bukan lagi menjadi hal menarik untuk diangkat, ketika dianggap tidak ada masalah baru yang kasatmata. "Media terjebak pada hiruk pikuk konflik permukaan," ucapnya.

Di sisi lain, media tidak mempunyai daya tahan lebih guna terus bersuara untuk diskriminasi atau hak-hak kelompok minoritas. Hal ini disebabkan adanya perbedaan keyakinan, gender, atau ideologi terpenuhi oleh negara.

MAYA AYU PUSPITASARI

Berita terkait

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

2 hari lalu

7 Tahun Berdiri, AMSI Dorong Ekosistem Media Digital yang Sehat

Selama tujuh tahun terakhir, AMSI telah melahirkan sejumlah inovasi untuk membangun ekosistem media digital yang sehat dan berkualitas di Indonesia.

Baca Selengkapnya

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

2 hari lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

31 hari lalu

3 Anggota TNI AL di Halmahera Selatan Lakukan Penganiayaan Jurnalis, Begini Kecaman dari Dewan Pers, AJI, dan KontraS

Penganiayaan jurnalis oleh 3 anggota TNI AL terjadi di Halmahera Selatan. Ini respons Dewan Pers, AJI, dan KontraS. Apa yang ditulis Sukadi?

Baca Selengkapnya

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

36 hari lalu

AJI Ternate Kecam Penganiayaan terhadap Jurnalis di Bacan

Kekerasan yang dilakukan anggota TNI Angkatan Laut itu merupakan bentuk penghalangan terhadap kerja jurnalistik yang tidak sepatutnya terjadi.

Baca Selengkapnya

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

36 hari lalu

Indeks Keselamatan Jurnalis 2023: Ormas dan Polisi Paling Berpotensi Lakukan Kekerasan

Ormas dan kepolisian dianggap paling berpotensi melakukan kekerasan terhadap jurnalis.

Baca Selengkapnya

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

22 Februari 2024

Respons AJI dan LBH Pers terhadap Perpres Publisher Rights yang Diteken Jokowi

AJI dan LBH Pers meminta Perpres Publisher Rights yang telah disahkan Presiden Jokowi dijalankan secara akuntabel.

Baca Selengkapnya

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

14 Februari 2024

AJI dan Monash University Imbau Pentingnya Penghapusan Ujaran Kebencian di Masa Pemilu 2024

Ujaran kebencian berpotensi memicu perselisihan sosial. Ujaran kebencian juga dapat berujung pada stigma, persekusi, dan kekerasan.

Baca Selengkapnya

Respons Ketua BEM UGM Soal 3 Pakar Hukum dan Sutradara Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi

13 Februari 2024

Respons Ketua BEM UGM Soal 3 Pakar Hukum dan Sutradara Dirty Vote Dilaporkan ke Polisi

Ketua BEM UGM tanggapi pelaporan ke polisi terhadap sutradara dan 3 pakar hukum pemeran di film Dirty Vote. Ia khawatir terhadap kebebasan berpendapat

Baca Selengkapnya

Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

13 Februari 2024

Kasus Ujaran Kebencian Meningkat Terhadap Kelompok Minoritas Sepanjang Pemilu 2024

Ujaran kebencian terbanyak ditujukan terhadap kelompok Yahudi, disusul kelompok penyandang disabilitas.

Baca Selengkapnya

AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi

11 Februari 2024

AJI dan Mahasiswa Kediri Gelar Mimbar Bebas Darurat Demokrasi

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri bersama organisasi mahasiswa menggelar mimbar bebas bertajuk 'Darurat Demokrasi' di Kediri, Minggu, 11 Februari 2024.

Baca Selengkapnya