Irianto Lambrie, Gubernur Kalimantan Utara. TEMPO/Fajar Januarta
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) Irianto Lambrie menuturkan kendala yang dihadapi daerahnya untuk mengembangkan investasi pariwisata adalah krisis listrik. Saat ini pasokan listrik Kalimantan Utara belum tercukupi. Karenanya, pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terus digenjot.
“Sampai sekarang masalahnya listrik. Makanya saya bangun banyak PLTA,” ujar Irianto saat berkunjung ke kantor Tempo di Jakarta, Kamis, 10 Maret 2016.
Padahal, dia berujar, potensi pariwisata yang dimiliki daerahnya sangat besar. Daya tarik alam Kalimantan Utara, seperti Tarakan dan Tawau, memiliki hamparan pantai luas, hutan lindung, serta area sungai berarus deras yang jernih. “Kami ingin genjot pariwisata karena budaya kami sebenarnya unik, ada budaya Dayak juga,” kata Irianto.
Pembangunan PLTA dilakukan di dua sungai besar di Kalimantan Utara, yaitu di Sungai Kayan dan Sungai Malinau. PLTA Sungai Kayan berkapasitas 6.000 megawatt, sedangkan PLTA Sungai Malinau berkapasitas 4 .000 megawatt.
Khusus proyek pembangunan PLTA Kayan dikerjakan oleh PT Kayan Hydro Energy dengan menggandeng beberapa investor. Salah satunya investor Cina, China Power Investment (CPI). Total investasinya mencapai US$ 20 miliar. PLTA itu masing-masing membutuhkan lima blok bendungan.
Menurut Irianto, masalah listrik menjadi fokus utama karena bersinggungan erat dengan fasilitas infrastruktur yang dibutuhkan untuk menjaring investor dan wisatawan yang ingin berkunjung ke Kalimantan Utara. “Misalnya, kalau orang mau bikin hotel, listriknya aja belum ada sekarang,” ucapnya.
Momentum Silahturahmi dalam Mubes VI Persekutuan Dayak Lundayeh
27 September 2019
Momentum Silahturahmi dalam Mubes VI Persekutuan Dayak Lundayeh
Pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) VI Persekutuan Dayak Lundayeh dan Festival Seni Budaya Dayak Kalimantan Tahun 2019 resmi digelar. Pelaksanaan Mubes tahun ini mengangkat tema "SDM dan Budaya Maju, Wujudkan Daya Saing Dayak Lundayeh Dalam Bingkai NKRI".