TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil akan memasukkan model mesin pengelolaan sampah dari perusahaan asal Kanada, Enerkem, sebagai salah satu opsi menggantikan teknologi insinerator dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang saat ini masih berpolemik. PLTSa ini dianggap tidak ramah lingkungan.
"Teknologi baru PLTSa. Teknologi baru ini akan saya tawarkan untuk dijadikan alternatif pilihan PLTSa non insinerator," kata Ridwan Kamil di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Kota Bandung, Selasan 8 Maret 2016.
Ridwan Kamil mengatakan, teknologi yang ditawarkan Enerkem jauh lebih ramah lingkungan. "Mirip-mirip biodigester. Tapi teknologinya beda," ucapnya.
Jika nantinya pemerintah pusat menyetujui, mesin pengolahan sampah dengan nilai investasi Rp. 1,5 triliun tersebut akan dipilih menggantikan PLTSa insinerator yang tender proyeknya telah dimenangkan oleh PT. Brill.
"Saya akan ambil keputusan cepat. Tunggu Perpres dari Presiden, kalau selesai langsung saya eksekusi saja," tuturnya.
Selain PLTSa, Pemkot Bandung menggandeng perusahaan asal Jepang, Japan Enviromental Sanitation Centre (JESC), akan membangun biodigester level kecamatan di Pasir Impun Kota Bandung. Biodigester juga menjadi salah satu opsi yang diberikan pemerintah pusat untuk menggantikan insinerator.
"Yang Jepang skala kecamatan, dari Kanada ini skala kota, kita pakai mana aja teknologi paling keren," ujarnya.