Kisah Baratayuda di Balik Tragedi Salim Kancil  

Reporter

Kamis, 3 Maret 2016 04:34 WIB

Kronologi Pembunuhan Salim Kancil. (Ilustrasi: TEMPO/KENDRA PARAMITA)

TEMPO.CO, Lumajang - Konflik terkait dengan keberadaan tambang pasir liar di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-Awar, Pasirian, Lumajang, Jawa Timur, diibaratkan kisah dalam Mahabarata, yakni saudara saling berhadapan. Konflik di Watu Pecak berujung pada terbunuhnya Salim Kancil serta penganiayaan Tosan.

"Konflik itu menyisakan luka batin berkepanjangan, baik di kubu korban maupun kubu para pelaku," kata Abdul Hamid, tokoh penentang tambang pasir liar saat berbincang dengan Tempo, Selasa, 1 Maret 2016.

Hamid mengatakan pertarungan kepentingan antara kelompok pro tambang dan kontra tambang seperti pertarungan Baratayuda di medan Kurukshetra. Kubu kontra ialah Salim Kancil dan Tosan. Sedangkan kubu para pelaku atau pro tambang adalah bekas Kepala Desa Haryono serta Ketua Tim 12, Mad Dasir.

Sama halnya dengan perang Baratayuda, pada pertarungan kepentingan di Desa Selok Awar-Awar, sesama saudara atau kerabat bertengkar soal tambang.

Hamid dan Ikhsan, peletak dasar perlawanan terhadap penambangan pasir di Selok Awar-Awar, ternyata masih kerabat dekat Mad Dasir, pentolan Tim 12 yang merupakan pengikut Hariyono. Hamid adalah salah satu dari sejumlah orang yang menjadi target penyerangan Tim 12 beserta antek-anteknya. "Saya sebenarnya masih saudara Mad Dasir," kata Hamid.

Di sisi lain, Salim Kancil yang terbunuh dikenal juga masih kerabat dekat Hariyono.
"Kancil dan Pak Si (Sapari) masih kerabat dekat Haryono," kata Hamid.

Sapari, kata Hamid, juga menjadi target sasaran penyerangan Tim 12 pada hari terjadinya tragedi Salim Kancil, Sabtu pagi, 26 September 2015. Sedangkan Tosan bukan warga asli Desa Selok Awar-Awar. Ia baru belakangan ini bergabung dengan kelompok penentang tambang pasir.

Hamid menceritakan, awal menentang illegal mining, yakni pada Maret 2015, ia bersama Pak Si, Mad Sapi'I, pergi ke Jakarta untuk mencurahkan perhatiannya kepada ICW, Walhi, dan Presiden Jokowi. "Saya naik bus. Dua teman saya hanya bersandal jepit," kata Hamid.

Uang saku yang digunakan pergi ke Jakarta saat itu berasal dari hasil menjual gudel alias anak kerbau milik Pak Si. "Laku Rp 4 juta. Berangkatlah kami ke Jakarta," kata Hamid. Di Kantor ICW, Hamid dan dua temannya diarahkan ke Walhi.

Setelah kembali ke Lumajang, Mat Sapi'i diintimidasi oleh Tim 12 sampai ketakutan dan tak lagi aktif dalam gerakan menentang penambangan. "Mat Sapi'i mundur, masuk lah Salim Kancil."

Tosan aktif bergabung pada bulan ketujuh, 2 bulan sebelum tragedi. Hal ini diakui oleh Tosan dalam persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya. Kisah pertentangan saudara ini diungkapkan Hamid di hadapan majelis hakim dalam sidang kasus Salim Kancil.

Hamid, secara pribadi, memaafkan Mat Dasir cs. "Namun secara hukum mereka harus mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Hamid.



DAVID PRIYASIDHARTA

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 jam lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

1 hari lalu

Rektor UPN Veteran Yogyakarta: Jumlah Pendaftar Prodi Teknik Pertambangan Naik 3 Kali Lipat

Rektor UPN Veteran Yogyakarta Irhas Effendi menyebut ada fenomena cukup menarik dari para peserta UTBK SNBT 2024 di kampusnya.

Baca Selengkapnya

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

4 hari lalu

LPDP Buka Beasiswa Prioritas ke NEU, CSU dan UST untuk Bidang Pertambangan

Tujuan beasiswa LPDP ini untuk mencetak tenaga kerja untuk memenuhi program hilirisasi industri berbasis tambang mineral di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

7 hari lalu

Hari Bumi dan Hari Kartini, Petani Kendeng Ungkit Kerusakan Karst yang Memicu Banjir

Kelompak masyarakat peduli Pegunungan Kendeng memgangkat isu kerusakan lingkungan pada Hari Bumi dan Hari Kartini/

Baca Selengkapnya

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

9 hari lalu

10 Perusahaan Timah Terbesar di Dunia, Ada PT Timah

Berikut ini deretan perusahaan timah terbesar di dunia berdasarkan jumlah produksinya pada 2023, didominasi oleh pabrik Cina.

Baca Selengkapnya

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

12 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

15 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

25 hari lalu

JATAM Laporkan Menteri Investasi Bahlil ke KPK, Ini Sebabnya

Jaringan Advokasi Tambang melaporkan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

26 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

26 hari lalu

Ramai soal Korupsi Timah Rp 271 Triliun, Begini Fluktuasi Saham TINS dan Analisisnya

Pergerakan saham PT Timah Tbk. atau TINS terpantau berfluktuatif usai terkuaknya kasus korupsi tata niaga timah di wilayah IUP. Begini analisisnya.

Baca Selengkapnya