Perajin Ikan Asin Pantura Menganggur, Gara-garanya...  

Reporter

Senin, 29 Februari 2016 09:59 WIB

Nelayan menjual hasil tangkapan ikannya di Pantai Depok, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, 13 Februari 2016. Cuaca ekstrim yang melanda Pantai Selatan membuat nelayan tidak berani melaut terlalu lama. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Subang - Ratusan perajin ikan asin di pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa di Subang, Jawa Barat, nyaris menganggur. Gara-garanya, pasokan bahan baku ikan asin seret. “Kami mengalami darurat bahan baku ikan asin,” kata Enok, perajin ikan asin di Muara Blanakan, kepada Tempo, Senin, 29 Februari 2016.

Perempuan 45 tahunan itu mengatakan, dalam kondisi normal, dia dan keluarganya mampu memproduksi ikan asin dari berbagai jenis ikan mencapai 300-400 kilogram per hari. Namun kini, ucap dia, “Dapat 100 kilogram saja sudah untung.”

Ikan asin yang dia produksi sekarang berjenis buntet, aroma, dan slanget. Bahan baku ikan asin unggulan dari jenis ikan selar, jambal, dan pepetek sudah tak bisa didapatkannya lagi. Selain untuk memenuhi kebutuhan dan pesanan dari Subang sendiri, produksi ikan asin Enok dipasarkan ke Cikampek, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Jakarta.

Menurut Enok, seretnya pasokan bahan baku ikan asin terjadi karena para nelayan tradisional tak bisa melaut. “Mereka menganggur karena sudah beberapa bulan terakhir terjadi angin barat, jadi para nelayan berhenti melaut,” ujar perempuan beranak dua itu.

Tarkam, nelayan tradisional di Muara Blanakan, mengaku terpaksa jeda melaut sejak tiga bulan lalu. Menurut dia, gelombang laut Jawa tinggi dan anginnya sangat kencang. “Kami enggak mau ambil risiko,” tuturnya.

Jika situasi Laut Jawa sedang bersahabat, Tarkam mengatakan selalu berhasil menjaring berbagai jenis ikan bahan baku ikan asin. “Sekarang sama sekali enggak melaut, ya, enggak dapat tangkapan sama sekali,” ucapnya.

Ketua Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Subang Otong berujar, para nelayan di Muara Blanakan dan lainnya tak bisa melaut karena tak memiliki perahu atau kapal besar. Otong menuturkan para nelayan rata-rata hanya memiliki kapal dengan kekuatan 5-10 gross tonnage. “Jadi ya harap maklum,” katanya.

Adapun yang masih bisa melaut dalam kondisi gelombang tinggi dan angin kencang adalah kapal dengan kekuatan di atas 20 gross tonnage. Karena itu, ia mengharapkan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat memberikan bantuan kapal besar buat meningkatkan kemampuan daya saing para nelayan tradisional tersebut. “Jika tidak, nasibnya terus-menerus seperti ini,” ucap Otong.

NANANG SUTISNA




Berita terkait

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

1 hari lalu

Menteri KKP Ajak Investor Asing Investasi Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP mengajak investor untuk investasi perikanan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

4 hari lalu

KKP Tangkap Kapal Malaysia Pencuri Ikan yang Tercatat sudah Dimusnahkan tapi Masih Beroperasi

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menangkap kapal pencuri ikan berbendera Malaysia. Kapal itu tercatat sudah dimusnahkan tapi masih beroperasi

Baca Selengkapnya

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

5 hari lalu

KJRI Kuching Minta Malaysia Bebaskan 8 Nelayan Natuna yang Ditangkap

KJRI mengatakan, APPM mengatakan 3 kapal nelayan Natuna ditangkap karena melaut di dalam perairan Malaysia sejauh 13 batu dari batas perairan.

Baca Selengkapnya

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

8 hari lalu

Tiga Kapal Nelayan Tradisional Indonesia Kembali Ditangkap Otoritas Malaysia

Tiga kapal nelayan Indonesia asal Natuna ditangkap oleh penjaga laut otoritas Malaysia. Dituding memasuki perairan Malaysia secara ilegal.

Baca Selengkapnya

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

8 hari lalu

Pantau Pemanfaatan Kuota BBL, KKP Manfaatkan Sistem Canggih

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik yang memuat hulu-hilir pengelolaan pemanfaatan BBL.

Baca Selengkapnya

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

12 hari lalu

Asal-usul Tradisi Lomban Setiap Bulan Syawal di Jepara

Tradisi Lomban setiap bulan Syawal di jepara telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

13 hari lalu

Polisi Gagalkan Penyelundupan Sabu dari Malaysia, Pelaku yang Menyamar Nelayan Diupah Rp 10 Juta per Kg

Bareskrim Polri menangkap lima tersangka tindak pidana narkotika saat hendak menyeludupkan 19 kg sabu dari Malaysia melalui Aceh Timur.

Baca Selengkapnya

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

19 hari lalu

Walhi dan Pokja Pesisir Kaltim: Teluk Balikpapan Rusak akibat Pembangunan IKN

Walhi dan Pokja Pesisir Kalimantan Timur sebut kerusakan Teluk Balikpapan salah satunya karena efek pembangunan IKN.

Baca Selengkapnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

22 hari lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan Buka Pendaftaran Taruna 2024, Simak Jalur dan Syaratnya

Kementerian Kelautan dan Perikanan buka pendaftaran peserta didik 2024. Cek di sini caranya.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

23 hari lalu

Sejumlah Permasalahan Perikanan Jadi Sorotan dalam Hari Nelayan Nasional

Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengungkap sejumlah permasalahan nelayan masih membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

Baca Selengkapnya