Sambut Nyepi, Hadrah dan Barongsay Dipentaskan di Pura

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Minggu, 14 Februari 2016 19:44 WIB

Rangkaian pemberkatan pratima-pratima (altar) di Pura Pantai Ngobaran, kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, dalam upacara Melasti, Senin (25/2). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Nuansa sejuk muncul dalam Sarasehan Lintas Agama di Gedung Santi Sasana, Pura Jagadnatha, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu malam, 13 Februari 2016. Salah satu rangkaian acara, yang digelar oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Yogyakarta untuk menyambut Hari Raya Nyepi pada Maret mendatang, itu dibuka dengan pentas Hadrah.

Sembilan mahasiswa anggota Grup Hadrah perwakilan dari Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Yogyakarta membuka acara itu dengan lantunan shalawat. Mereka menyelingi pentas setengah jamnya dengan lagu berbahasa Jawa "Lir Ilir." Pembacaan puisi berisi kritik terhadap beragam aksi intoleran seperti penyerangan rumah ibadah memungkasi pentas itu.

Selain Hadrah, di sela acara itu juga ada sajian Tari Topeng dari Keluarga Putra Bali Purantara Yogyakarta yang bercerita tentang budaya toleransi. Pementasan Barongsay oleh Komunitas Seni Pambers menutup sarasehan yang dihadiri oleh 300-an perwakilan enam agama resmi dan aliran kepercayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Anggota Paruman Welaka, PHDI DIY, Pande Made Kutanegara mengatakan sarasehan itu digelar untuk merefleksikan problem intoleransi di Yogyakarta. Di depan peserta sarasehan, Antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengingatkan jejak kultur toleransi sesungguhnya tertanam sejak lama di sejarah Yogyakarta. "Di zaman awal Mataram Islam, pernah ada puluhan ahli pande besi yang didatangkan dari Bali ke Yogyakarta," kata Kutanegara.

Para ahli pande besi itu, merupakan cikal-bakal komunitas orang kalang di kawasan Kotagede. Di kemudian hari, komunitas ini populer di Yogyakarta karena kekuatan ekonominya yang besar. Kutanegara mencatat komunitas ini juga memiliki tradisi Ogoh-Ogoh Kalang yang merupakan warisan tradisi dari Bali.

Dia menyimpulkan budaya toleransi sebenarnya memiliki banyak jejak yang masih terlihat di Yogyakarta sampai sekarang. "Kini juga masih ada kampung bugisan atau kampung pecinan yang mencerminkan keragaman etnik di Yogyakarta," ujar Kutanegara.

Akan tetapi, dia mengimbuhkan, ada perkembangan kontras di masa kekinian ketika gejala intoleransi merebak di Yogyakarta. Dia mengutip hasil laporan survei Diklat Kemenag pada tahun lalu yang menyimpulkan angka toleransi di Yogyakarta baru mencapai 75,36 persen. "Artinya, diperkirakan ada sekitar 25 persen masyarakat yang dianggap masih bersikap intoleran," kata dia.

ADDI MAWAHIBUN IDHOM

Berita terkait

Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

48 hari lalu

Arti Rahajeng Rahina Nyepi dan Maknanya yang Mendalam

Kalimat rahajeng rahina Nyepi sering diucapkan saat Nyepi. Kalimat ini memiliki makna yang bagus. Lalu, apa arti rahajeng rahina Nyepi?

Baca Selengkapnya

5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

23 Agustus 2023

5 Arca Yang Tersisa di Indonesia

Diantara banyak arca yang pernah ada, inilah 5 jenis arca yang tersisa di Indonesia

Baca Selengkapnya

Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

2 Agustus 2023

Momen Tingkatkan Kebajikan di Hari Raya Galungan

Hari Raya Galungan jatuh pada 2 Agustus 2023, momen tepat untuk mengamalkan nilai-nilai dharma secara utuh dan berimbang sesuai ajaran Hindu.

Baca Selengkapnya

Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

23 Mei 2023

Arca Ganesha di Gunung Bromo Hilang, Begini Makna Dewa Ganesha Bagi Umat Hindu?

Arca Ganesha di Gunung Bromo hilang, dikabarkan jatuh ke kawahnya. Ini riwayat Dewa Ganesha bagi umat Hindu.

Baca Selengkapnya

Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

20 Maret 2023

Pelajari Nilai-nilai Kehidupan Warga Desa Penglipuran di Bali

Bali yang masih kental kearifan lokal memiliki beragam desa adat salah satunya Desa Penglipuran. Bagaimana nilai-nilai kehidupan warganya?

Baca Selengkapnya

Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

27 Juli 2022

Kemenag Salurkan Beasiswa untuk 1.540 Mahasiswa Hindu

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Kementerian Agama menyalurkan beasiswa bagi 1.540 mahasiswa Hindu di berbagai perguruan tinggi.

Baca Selengkapnya

Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

14 Juli 2022

Mengenali Meditasi Kundalini dan Manfaatnya

Kundalini dalam Bahasa Sansekerta berarti melingkar, merujuk jenis meditasi sepenuhnya membangkitkan potensi kesadaran

Baca Selengkapnya

Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

22 April 2022

Asal-usul Istilah Lebaran untuk Menyebut Hari Raya Idul Fitri

Terdapat beberapa versi pendapat lain seputar asal-usul penggunaan istilah Lebaran.

Baca Selengkapnya

Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

27 Maret 2022

Mengenal Reinkarnasi, Keyakinan Lahir Kembali Setelah Kematian

Beberapa agama meyakini konsep kelahiran kembali setelah kematian atau reinkarnasi.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

2 Maret 2022

Anies Baswedan Sebut Akan Cari Solusi Soal Kekurangan Guru Agama Hindu di DKI

Ketua SDHD DKI Jakarta, Made Sudarta, mengatakan kekurangan guru agama Hindu mempersulit siswa-siswi mendapat pendidikan agama di sekolah umum.

Baca Selengkapnya