Ribuan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) melakukan long march saat menggelar unjuk rasa di Jakarta, 6 Februari 2016. Dalam aksinya mereka menuntut pencabutan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun 2015 dan menghentikan PHK massal. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Surabaya - Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) berencana membentuk partai politik untuk menyuarakan perjuangan para buruh. Rencana itu bakal menjadi salah satu keputusan Kongres dan Musyawarah Nasional V FSPMI di Surabaya pada 8-10 Februari 2016.
"Musyawarah nasional akan melahirkan langkah pembentukan organisasi kemasyarakatan yang berujung pada partai politik," kata Sekretaris FSPMI DPW Jawa Timur Jazuli di lokasi Munas di Surabaya pada Selasa, 9 Februari 2016. Acara ini dihadiri 2.000 buruh.
Jazuli menjelaskan, partai politik yang belum dirumuskan namanya itu, diharapkan bisa bertarung di pemilihan umum 2019. Menurut dia, pembentukan parpol buruh dianggap mendesak karena saat ini tak ada parpol yang benar-benar bisa mewadahi aspirasi mereka.
"Kami sadar bahwa kebijakan pemerintah selama ini--mulai upah hingga jaminan sosial--ditentukan oleh elite politik," ujar Jazuli. Sebaliknya, kata dia, saat Peraturan Pemerintah Nomor 78/2015 dinilai merugikan buruh, elite parpol tak berani menyuarakan.
FSPMI mengklaim pembentukan parpol buruh tersebut mendapat dukungan dari banyak pihak. Sedikitnya 230 ribu anggota buruh dari semua serikat pekerja di Indonesia sudah mendorong adanya parpol sejak Rapimnas tiga tahun terakhir.
"Sudah saatnya buruh bersuara karena kami tiga tahun belakangan ini tidak hanya peduli soal isu-isu buruh, tapi juga isu-isu publik, seperti kesehatan dan pendidikan." Terlebih, kata Jazuli, lebih dari 40 persen rakyat Indonesia merupakan kalangan buruh formal.
Sembari mempersiapkan pembentukan ormas menuju format parpol, FSPMI akan melakukan proses edukasi politik kepada para anggotanya. "Kami berikan pendidikan parpol dan tanamkan jiwa parpol yang benar dulu, berproses agar semakin hari semakin berkembang besar dan kuat," ujarnya.
Jazuli menambahkan, meski nanti berbentuk parpol, FSPMI akan tetap menjaga kemurnian gerakan buruh sebagai basis pergerakan rakyat dan kelas pekerja. "Kami juga tidak hanya untuk kepentingan buruh, tapi juga masyarakat Indonesia. Parpol hanya alat untuk mencapai kesejahteraan," tuturnyaa.