Eks anggota Gafatar asal Mojokerto, Jawa Timur, dipulangkan ke desa asalnya di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mojokerto. TEMPO/Ishomuddin
TEMPO.CO, Sidoarjo – Mantan pentolan Gerakan Fajar Nusantara Jawa Timur, Supardan, 43 tahun, menolak jika disebut sebagai Gubernur Gafatar Jawa Timur. "Itu hanya peristilahan mereka saja," kata Supardan kepada Tempo, Senin, 1 Februari 2016.
Namun Supardan mengakui bahwa dia termasuk dalam jajaran pengurus Gafatar Jawa Timur. Supardan mengaku hanya sebatas koordinator wilayah. Posisi itu dia duduki sejak 2012 untuk menggantikan Arif Cahyono.
Menurut dia, sejak Agustus 2015, Gafatar resmi dibubarkan. "Sebagai gantinya, kami sepakat membentuk kelompok tani di Mempawah, Kalimantan Barat," ujar warga asli Bojonegoro yang tinggal di Desa Bangah, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Jawa Timur, tersebut.
Selama dia menjadi koordinator wilayah, secara keseluruhan, ada sekitar 2.200 simpatisan dan anggota eks Gafatar di Jawa Timur. Dari jumlah itu, 1.200 di antaranya anggota aktif. "Tapi anggota yang baru berangkat ke Mempawah baru 700-an orang," tuturnya.
Pada pekan lalu, sebelas orang yang diduga sebagai pengurus teras Gafatar diperiksa dan diambil sidik jarinya oleh polisi. Polisi menyelidiki sejauh mana keterlibatan mereka dalam merekrut anggota Gafatar.
Sebelas orang itu berasal dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka sempat tertahan di Asrama Transito Dinas Tenaga Kerja Jawa Timur karena dianggap berbeda dengan eks anggota Gafatar lain yang rata-rata hanya korban rekrutmen.
Supardan sendiri dipulangkan ke keluarganya pada Rabu pekan lalu. Saat ini dia tinggal di rumah keponakannya di Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran, Sidoarjo. Rumah miliknya, yang terletak di Desa Bangah dijual sebelum dia berangkat ke Mempawah Desember 2015.