Sejumlah mantan anggota Gafatar berkumpul di tempat penampungan sementara di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah, 25 Januari 2016. Warga yang ditampung di asrama ini akan menjalani pendataan dan cek kesehatan. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
TEMPO.CO, Boyolali - Ada tiga pemerintah provinsi yang belum bisa dikonfirmasi ihwal rencana penjemputan warganya yang menjadi pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan masih ditampung di Asrama Haji Donohudan, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
“Tiga pemerintah provinsi itu Kalimantan Barat, Lampung, dan Sumatera Utara,” kata Kepala Sub-Bidang Pemilu, Pendidikan, dan Budaya Politik Kesatuan Bangsa Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Jawa Tengah Haerudin pada Senin, 1 Februari 2016.
Dari total 779 anggota Gafatar yang masih ditampung di Asrama Haji Donohudan, Haerudin mengatakan sebanyak 166 orang berasal dari Lampung dan 126 orang dari Sumatera Utara. Bahkan 346 orang dari Kalimantan Barat.
Haerudin berharap, ketiga pemerintah provinsi itu bisa segera menjemput warganya yang sudah hampir 5 hari tinggal di Asrama Haji Donohudan sejak dipulangkan dari Kalimantan pekan lalu. “Kalau sesuai dengan jadwal, mereka (638 anggota Gafatar asal tiga provinsi itu) dijemput pemerintah daerah asalnya sejak Ahad lalu,” kata Haerudin.
Sedangkan anggota Gafatar dari Jawa Tengah yang masih ditampung di Asrama Haji Donohudan di antaranya berasal dari Kabupaten Grobogan (empat orang), Cilacap (dua orang), dan Tegal (satu orang). “Malam ini kami akan menerima 35 warga (anggota Gafatar) asal Jawa Tengah yang dipulangkan dari Rumah Perlindungan Trauma Center, Jakarta, menggunakan satu bus,” kata Haerudin.
Menurut Haerudin, sebanyak 35 pengikut Gafatar asal Jawa Tengah itu sudah menginap di Jakarta Jakarta selama sekitar 3 hari. Setibanya di Asrama Haji Donohudan, 35 anggota Gafatar akan didata asalnya untuk segera dijemput oleh pemerintah daerah masing-masing.
Kepala Kesbangpol Boyolali Supama mengatakan pihaknya sudah memulangkan 36 anggota Gafatar asal Boyolali, Ahad lalu. “Mereka diterima dengan baik oleh keluarga dan tetangganya. Belum ada satu pun yang meminta transmigrasi,” kata Supama.
Supama juga mengimbau seluruh kepala desa dan camat memantau aktivitas para anggota Gafatar yang baru saja dipulangkan ke kampung halaman masing-masing. “Mereka itu korban. Kami tidak ingin mereka tergoda rayuan lagi untuk kedua kalinya,” kata Supama.