Mirip Mary Jane, TKW Asal Ponorogo Dijebak Kasus Sabu-sabu

Reporter

Kamis, 28 Januari 2016 04:34 WIB

Ilustrasi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat

TEMPO.CO, Ponorogo - Rita Krisnawati, 27 tahun, tenaga kerja wanita asal Ponorogo, mengalami nasib yang sama seperti Mary Jane, buruh migran asal Filipina yang terancam eksekusi hukuman mati lantaran terjebak sindikat narkotik internasional. Rita merupakan tenaga kerja wanita yang didakwa membawa empat kilogram sabu-sabu dan tertangkap di Bandara Malaysia pada 2013.



Juru bicara Jaringan Buruh Migran Indonesia, Karsiwen, mengatakan Rita merupakan korban dari sindikat narkotik internasional. Karena kemiskinan, Rita dimanfaatkan menjadi kurir. "Rita merupakan satu dari 112 orang yang terancam hukuman mati karena terjerat kasus narkoba di Malaysia," kata Karsiwen. (Baca berita terkait: TKW Asal Ponorogo Terancam Hukuman Mati di Malaysia)

Rita mulai mengadu nasib ke luar negeri melalui PT Putra Indo Sejahtera Madiun pada 2013. Waktu itu, dia hanya bekerja selama 3 bulan sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong karena tidak cocok dengan majikan.

Pihak agensi, Karsiwen, melanjutkan mengirim Rita ke Macao untuk menunggu proses pencarian majikan baru. Karena tak kunjung mendapatkan bos, Rita bermaksud pulang rumahnya di Ponorogo. Saat itulah istri Dwi Nugroho ini ditawari tenaga kerja wanita asal Indonesia untuk menjalankan usaha penjualan baju dan kain.

Tanpa pikir panjang, Rita menerima tawaran tersebut. "Sesuai dengan arahan temannya, Rita disuruh mengubah perjalanan dari Makau ke New Delhi, India. Di sana, seseorang memberinya koper yang katanya berisi pakaian," tutur Karsiwen.

Rita disuruh membawa tas berisi sabu-sabu itu ke Bandara Malaysia dan seseorang akan mengambilnya. Di tempat ini, Rita ditangkap karena dalam tas yang dibawanya ditemukan empat kilogram sabu-sabu.

Poniyati, 55 tahun, warga Desa Gabel, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, berharap Presiden Joko Widodo turun tangan membebaskan anaknya, Rita, dari hukuman mati di Malaysia. (Baca: Jokowi Diminta Bantu TKW Ponorogo Terancam Hukuman Mati)

"Saya minta tolong pada Pak Jokowi agar Rita bisa dibebaskan (dari hukuman) dan dipulangkan ke rumah," kata Poniyati saat ditemui di kediamannya, Rabu, 27 Januari 2016.

Poniyati meyakini anaknya tidak bersalah dalam kasus narkotik tersebut. Sesuai dengan informasi yang diterima saat mengikuti beberapa agenda persidangan di pengadilan Malaysia, kata Poniyati, Rita sama sekali tidak mengetahui ada sabu-sabu di dalam tas. "Dia hanya dititipi temannya," ujarnya kepada Tempo. (Baca juga: Curhat Mary Jane dari Buruh di Saudi Hingga Eksekusi Mati)





NOFIKA DIAN NUGROHO

Berita terkait

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

19 hari lalu

Nurul Huda Disiksa Majikan di Oman, Rentannya Pelanggaran HAM pada PMI di Timur Tengah

Nurul Huda menggugah perhatian publik. Video curhatnya tentang pengalaman disiksa oleh majikannya di Oman menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

26 hari lalu

Beda Sikap Migrant Watch dan Migrant CARE Soal Dugaan TPPO Berkedok Magang Mahasiswa

Migrant Watch menilai kasus magang ke Jerman lebih tepat dikatakan sebagai kesalahan prosedur penempatan mahasiswa ketimbang TPPO.

Baca Selengkapnya

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

32 hari lalu

Ferienjob: Praktik Lancung TPPO Berkedok Magang hingga Guru Besar Menjadi Tersangka

Dengan iming-iming magang di Jerman, para pelaku melakukan TPPO dengan menjebak dalam program Ferienjob

Baca Selengkapnya

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

33 hari lalu

TPPO Modus Ferienjob, Migrant CARE Ungkap Sindikat Pernah Sasar Siswa SMK

Kasus TPPO menyasar dunia pendidikan. Selain Ferienjob, kasus perdagangan orang sempat masuk ke sekolah (SMK) menggunakan modus lain.

Baca Selengkapnya

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

36 hari lalu

Migrant Care: PPLN Kuala Lumpur Tak Paham Aturan Pemilu, Hak Politik Ratusan Pekerja Migran Terabaikan

Migrant Care menyatakan PPLN Kuala Lumpur menunjukkan bobroknya penyelenggara pemilu dan tunduk pada keinginan parpol.

Baca Selengkapnya

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

47 hari lalu

Banyak Data Tidak Sesuai, Migrant Care Minta KPU Buka DPT PSU di Kuala Lumpur

Migrant Care menemukan hanya segelintir pemilih yang tercatat dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) hadir saat pencoblosan ulang di Kuala Lumpur Malaysia

Baca Selengkapnya

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

48 hari lalu

PSU Kuala Lumpur Digelar Hari ini, Migrant Care Sebut Jumlah Pemilih Menciut

Migrant Care menyoroti berkurangnya jumlah pemilih dalam pemungutan suara ulang yang akan digelar di Kuala Lumpur.

Baca Selengkapnya

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

57 hari lalu

Cerita Awal Mula Migrant Care Mencium Adanya Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia

Migrant Care, mengungkap dugaan praktik jual beli surat suara pemilu di Malaysia. Surat suara pemilu itu dijual dari harga 25-50 Ringgit Malaysia

Baca Selengkapnya

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

27 Februari 2024

Terungkap Modus Dugaan Jual Beli Surat Suara di Malaysia, Ini Respons Bawaslu-KPU

Migrant Care mengungkap modus dugaan jual beli surat suara di Malaysia. Harga per satu surat suara dihargai sekitar Rp 90 ribu-120 ribu.

Baca Selengkapnya

Migrant Care Sebut Belum Terungkap Pengirim 1.900 Surat Suara Tercoblos di Malaysia

26 Februari 2024

Migrant Care Sebut Belum Terungkap Pengirim 1.900 Surat Suara Tercoblos di Malaysia

Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mempertanyakan sistem pemungutan suara menggunakan metode pos.

Baca Selengkapnya