Jadi Dirjen Kebudayaan, Apa Program Hilmar Farid..

Reporter

Selasa, 26 Januari 2016 19:18 WIB

Mendikbud Anies Baswedan bersalaman dengan Direktur Jenderal Kebudayaan yang baru, Hilmar Farid seusai dilantik di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, 31 Desember 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid merupakan pejabat eselon satu pertama hasil lelang jabatan. Sebagai orang non birokrat, Hilmar punya sejumlah program di bidang kebudayaan yang jadi keunggulannya sehingga bisa menyisihkan pesaingnya.

Seperti apa program Hilmar di bidang kebudayaan, termasuk persoalan museum-museum di Indonesia yang kerap tidak terawat? Hilmar yang dilantik pada 31 Desember 2015 lalu, menjawabnya dalam wawancara dengan Tim Tempo, Selasa, dua pekan lalu di ruang kerjanya.

Ketika melamar, Anda sudah punya program dan bayangan akan melakukan apa sebagai Dirjen Kebudayaan?
Untuk sekarang tidak bisa mengubah program karena sudah ditetapkan tahun lalu. Saya punya peluang nanti di APBN Perubahan untuk menggeser di sana-sini. Tapi secara substansial tidak mungkin, karena nanti panjang urusannya dengan DPR. Sekarang hanya bisa menambah bobot dan fokus. Misalnya program internalisasi nilai yang beneficiary-nya puluhan ribu. Saya ingin tahu, secara sosial, geografis, dan ekonomi di mana puluhan ribu dan apa yang dikerjakan. Fokusnya bisa digeser dan bobotnya bisa ditambah. Itu yang bisa saya lakukan.

Dasar berpikirnya adalah program Pak Jokowi soal pluralisme dan multikulturalisme. Ada urusan karakter bangsa. Tindakan untuk melahirkan orang pluralis, ya, harus perbanyak baca buku. Dorong kebudayaan inklusif, di mana ada unsur keterlibatan dan menyeberang batas: entah etnik, agama, dan sebagainya. Kecenderungannya sekarang makin membentuk bungkus sektarian yang kuat dan puak-puak terpisah.

Contohnya rumah dipagar tinggi-tinggi, tempat makan dipisah, dan lain-lain. Dan ini tidak hanya soal identitas. Teman-teman difabel misalnya. Ternyata, 1 dari 10 orang Indonesia punya kebutuhan khusus. Tapi di jalan-jalan, mal, sekolah, kita tidak pernah melihat mereka. Tanpa kita sadari, ruang yang kita bangun ini sangat eksklusif. Mereka tidak bisa mengakses. Tidak bisa hidup sama seperti kita. Buat saya, itu jauh lebih mengerikan ketimbang segregasi identitas tadi.

Konkretnya, apa yang bisa Anda lakukan?
Taman-taman budaya akan direvitalisasi, kasih ruang untuk teman-teman berkebutuhan khusus tadi. Saya tidak punya cetak biru untuk mereka. Tapi, yang paling mudah, datangkan mereka dan ajak ngobrol. Tanpa sadar kita membuang sumber daya yang luar biasa: 1 dari 10 orang. Di Singapura para difabel bekerja, membersihkan, cuci piring di tempat-tempat makan. Dan itu sederhana, cuma butuh aturan semacam peraturan gubernur atau peraturan menteri tenaga kerja. Itu kebudayaan, soal mind set memandang dunia.

Hal lain soal museum. Jumlah pengunjung museum di Indonesia paling rendah di Asia Tenggara. Salah satu masalah yang membuat orang tidak pergi ke museum karena tidak tahu museum. Bukan hanya tidak tahu programnya, tapi di mana letaknya, buka pada hari apa. Agak mengherankan, ketidaktahuan itu begitu luas di tengah serbuan informasi digital ini.

Menurut saya, itu suatu keanehan. Kita bisa tahu apa yang terjadi di Machu Picchu (Peru) sana, tapi tidak tahu Museum Nasional bukanya kapan. Itu aneh. Jadi, yang akan dilakukan adalah sebut saja sebuah terobosan kelembagaan dengan menyerbu publik dengan informasi yang sudah tercatat. Susah kita berharap anak-anak minta pergi ke museum. Mereka mengunjungi museum kalau ada perintah guru. Nah, kita mau membalik itu: bikin anak-anak meminta ke guru atau orang tua, "Saya mau pergi ke museum". Jadi, itu yang saya bayangkan, perubahan sikap terhadap lingkungan sosial, kultural.

Museum juga tidak terpelihara dengan baik. Contohnya Museum Keramik, ada barang seni yang jadi ganjalan pintu.
Saya sudah cek, bukan cuma di sana, ada yang lebih mengerikan. Maksudnya begini, problem di dalam birokrasi karena jumlah yang begitu banyak. Untuk mengurus suratnya saja sudah pekerjaan raksasa. Lihat CV untuk penempatan orang saja baru bisa selesai dalam waktu enam bulan. Saya bukannya mau memaklumi, tapi memang harus mencari cara. Kalau buat saya, semacam pendidikan yang terus-menerus harus tertanam dalam birokrasi itu. Kirim saja ke luar negeri, lihat bagaimana cara satpam di sana menjaga museum.

Sudah banyak yang dikirim ke luar negeri ke berbagai museum, tapi balik ke Indonesia tidak berkembang juga.
Dalam banyak kasus, orang yang dikirim sudah dilatih tapi dipindah, bukan lagi di posisi yang memerlukan keahlian yang dia dapatkan di sana. Jadi, tadi saya bilang, pergerakan ini tugasnya direktur, men-direct itu semua.

Apakah ada persoalan kekurangan anggaran?
Pesan saya ke direktur-direktur sederhana, kita mau dikasih duit berapa saja tidak akan cukup untuk mengurus kebudayaan. Dan kita tidak bakal punya duit cukup. Itu menjadi starting point. Dengan sumber daya yang terbatas itu bagaimana kita tetap bekerja efektif. Buat saya, salah satu PR pertama adalah memastikan aliran informasi lancar, sehingga tahu apa yang terancam dan harus diprioritaskan. Dan saya membuka nomor khusus untuk semua karyawan, sampai eselon 4, total 300-an. Silakan kemukakan apa problemnya, kasih saya opsi. Kebijakan atau langkah apa yang harus diambil. Jangan berharap saya akan tahu semua, bangun pagi tiba-tiba saya tahu apa yang harus saya lakukan.



TITO SIANIPAR

Berita terkait

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

3 Juni 2023

FSGI Catat Setiap Pekan Terjadi 1 Kekerasan Seksual di Sekolah

Selama awal 2023, telah terjadi 22 kasus kekerasan seksual di lingkungan sekolah dengan jumlah korban 202 anak.

Baca Selengkapnya

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

6 April 2023

MWA UNS Tetap Gelar Pelantikan Rektor, Kemendikbud: Acara itu Ilegal

Kemendikbud mengatakan acara pelantikan yang dilakukan MWA UNS adalah ilegal.

Baca Selengkapnya

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

5 Desember 2022

Bangunan Bambu di KTT G20, Mahakarya Otentik Anak Bangsa

Pengerjaannya hanya tiga pekan. Hujan dan angin menjadi ujian berharga Bamboo Dome, sehari sebelum Presiden meninjau.

Baca Selengkapnya

Sempat Diundur, Pengumuman Kampus Mengajar Angkatan 4 Diumumkan Besok 8 Juli 2022

7 Juli 2022

Sempat Diundur, Pengumuman Kampus Mengajar Angkatan 4 Diumumkan Besok 8 Juli 2022

Pengumuman disampaikan pada 7 Juli 2022 melalui akun Instagram Kampus Mengajar.

Baca Selengkapnya

MA Menangkan Kemendikbud Terkait Aturan Pencegahan Kekerasan Seksual

19 April 2022

MA Menangkan Kemendikbud Terkait Aturan Pencegahan Kekerasan Seksual

MA menolak gugatan uji materiil terhadap Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Baca Selengkapnya

IPB University Raih Nilai Kinerja Anggaran Terbaik Versi Kemendikbud

17 Maret 2022

IPB University Raih Nilai Kinerja Anggaran Terbaik Versi Kemendikbud

IPB University meraih nilai 94,41 dengan predikat sangat baik. Disusul oleh Universitas Pendidikan Indonesia dengan nilai 91,33 (sangat baik).

Baca Selengkapnya

Kementerian Pendidikan Buka Pendaftaran Guru Penggerak, Cek Syaratnya

15 Maret 2022

Kementerian Pendidikan Buka Pendaftaran Guru Penggerak, Cek Syaratnya

Pendaftaran program guru penggerak dibuka pada 14 Maret hingga 15 April 2022. Seleksi ini terbuka untuk guru TK, SD, SMA, SMK, dan SLB.

Baca Selengkapnya

Kementerian Pendidikan Sesalkan Konflik Rektor dan Dosen SBM ITB

10 Maret 2022

Kementerian Pendidikan Sesalkan Konflik Rektor dan Dosen SBM ITB

Kementerian Pendidikan meminta agar rektor dan dosen SBM ITB berdialog mencari solusi. Kemendikbud meminta agar tak mengorbankan mahasiswa.

Baca Selengkapnya

Mau Magang di Kantor Mas Menteri Nadiem Makarim? Ini Syarat dan Formasinya

4 Maret 2022

Mau Magang di Kantor Mas Menteri Nadiem Makarim? Ini Syarat dan Formasinya

Kementerian Pendidikan yang dinaungi Nadiem Makarim membuka program praktik kerja lapangan dengan enam formasi seperti humas dan konten kreator.

Baca Selengkapnya

Kementerian Pendidikan-INKA Targetkan 9 Bus Listrik Rampung untuk G20

2 Maret 2022

Kementerian Pendidikan-INKA Targetkan 9 Bus Listrik Rampung untuk G20

Kementerian Pendidikan dan PT INKA menargetkan pembuatan 9 bus listrik selesai dan dapat digunakan pada saat KTT G20 pada akhir 2022.

Baca Selengkapnya