Mi Instan dan Rokok Bikin Orang Yogya Miskin

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Jumat, 22 Januari 2016 19:55 WIB

mie instant. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Yogyakarta - Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2015 naik 8,31 persen dibanding periode yang sama pada 2014.

Kepala BPS DIY Bambang Kristianto mengatakan garis kemiskinan pada September 2015 adalah Rp 347.721 per kapita per bulan. Peningkatan garis kemiskinan sejalan dengan inflasi pada September 2014 ke September 2015 sebesar 5,23 persen.

Kemiskinan menggambarkan kondisi penduduk yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok. Garis kemiskinan adalah batas minimum pengeluaran per kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan nonmakanan. “Komoditas makanan menyumbang kemiskinan lebih besar ketimbang komoditas nonmakanan,” kata Bambang, Jumat, 22 Januari 2016.

Terdapat lima komoditas yang menyumbang garis kemiskinan di perkotaan, yakni beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam ras, dan mi instan. Sedangkan di perdesaan komoditas penyumbangnya adalah beras, daging ayam ras, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan gula pasir. Komoditas nonmakanan yang turut memberi andil pada kemiskinan, yakni perumahan, bensin, listrik, dan perlengkapan mandi. Ada pula biaya pendidikan.

Bambang mengatakan komoditas makanan menyumbang 70,9 persen pada 2015 dan 71,42 persen pada 2014. Sedangkan jumlah penduduk miskin tahun 2015 sebanyak 485 ribu orang. Indeks kemiskinan dan keparahan pada September 2015 hanya mengalami sedikit penurunan. Indeks kemiskinan pada September 2015 sebesar 2,0. Sedangkan pada September 2014 sebesar 2,3. Indeks keparahan kemiskinan tahun 2015 sebesar 0,4 dan 0,6 pada September 2014.

Direktur Magister Ekonomi Pembangunan UGM Tri Widodo mengatakan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun dampaknya belum dinikmati oleh penduduk yang tidak memiliki modal. Dia mencontohkan maraknya pembangunan hotel dan mal yang tidak inklusif terhadap sektor rill. Kelompok pemilik modal dalam jumlah besar merupakan kelompok yang paling diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi itu. “Kekayaan orang kaya semakin menumpuk,” kata Tri.

SHINTA MAHARANI

Berita terkait

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

5 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

9 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

9 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

9 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

9 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

9 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

9 hari lalu

Sri Mulyani Bertemu Managing Director IFC, Apa Saja yang Dibicarakan?

Sri Mulyani melakukan pertemuan bilateral dengan Managing Director IFC Makhtar Diop di Washington DC, Amerika Serikat. Apa saja yang dibicarakan?

Baca Selengkapnya

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

12 hari lalu

Prabowo Bertemu Tony Blair Bahas Strategi Pengentasan Kemiskinan hingga Pemberdayaan Ekonomi Lokal

Tony Blair dan Prabowo Subianto berdiskusi membahas isu-isu global dan strategi untuk mewujudkan visi Indonesia menjadi negara maju

Baca Selengkapnya