BNPT: Bom Thamrin Letupan Kegagalan Teror 25 dan 30 Desember  

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Sabtu, 16 Januari 2016 16:37 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Deputi II Bidang Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Teroris Inspektur Jenderal Arief Darmawan mengatakan ada perubahan modus operandi dari kelompok teroris di Indonesia saat ini. "Dulu, zaman Jamaah Islamiyah, mereka terorganisasi rapi, sekarang enggak," kata Arief saat ditemui di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 16 Januari 2016.

Ia juga mengatakan, karena tak terorganisasi, sekarang kelompok teroris bergerak serampangan. "Sekarang itu mereka kayak 'Kamu bisa gerak enggak? Kalau bisa, lakukan. Kamu bisa buat bom enggak? Kalau bisa, lakukan', seperti itu," ujarnya.

Mengenai usul agar BNPT melakukan evaluasi atas kejadian teror pada Kamis lalu, Arief menjelaskan pihaknya terus melakukan evaluasi atas kerja-kerja yang telah dilakukan. "Secara periodik, kami lakukan evaluasi itu," ucapnya.

Ketika ditanya apakah ada ancaman spesifik yang akan terjadi berikutnya, Arief hanya mengatakan bahwa para teroris itu pasti berencana menebar teror di mana pun. "Seperti yang terjadi kemarin, itu kan letupan dari kegagalan mereka pada tanggal 25 dan 31 (Desember)."

Saat ditanya apakah Indonesia membutuhkan bantuan dari luar negeri, ia menuturkan hal itu bisa saja dilakukan. Sebagai contoh, ada pertukaran informasi soal kelompok-kelompok teror. "Tukar data melalui badan yang ada, seperti PBB dan Interpol."

Mengenai koordinasi dengan pihak-pihak terkait, seperti polisi, TNI, dan BIN, Arief menyatakan sebenarnya koordinasi itu sudah terjalin dengan baik selama ini. "Koordinasi sudah baik, kok," ia menuturkan.

Adapun pengamat terorisme, Wawan Purwanto, mengatakan aparat keamanan perlu memperhitungkan para pendatang baru yang tergabung dalam kelompok-kelompok bersenjata. Menurut dia, tidak ada jaminan bila pemimpin kelompok telah dilumpuhkan akan membuat situasi menjadi kondusif.

Wawan mencontohkan, saat gembong kelompok radikal di Poso, Daeng Koro, tewas pada April 2015, ada perkiraan bahwa kelompoknya akan melemah, tapi hal tersebut kurang tepat karena tidak memperhitungkan para pendatang baru. “Perhitungannya tidak lantas yang sudah ada saja, tapi juga para new comer-nya,” tutur Wawan saat dihubungi Tempo, Sabtu, 16 Januari 2016.

Kemarin, personel gabungan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia, tim 2 TNI Hambus Paniki 433, dan tim Carli 5 Brimob terlibat baku tembak dengan kelompok bersenjata pimpinan Santoso Abu Wardah di Poso, Sulawesi Tengah. Dalam baku tembak tersebut, satu orang dari pihak Santoso tewas. Sampai saat ini, polisi masih mengidentifikasi jenazah tersebut.

Wawan menambahkan, bila yang tewas Santoso, hal itu belumlah cukup. Menurut dia, Santoso memiliki banyak jaringan sehingga semua harus dibuat menyerahkan diri. “Selama teman-temannya masih ada, belum bisa dikatakan selesai,” ucapnya.

DIKO OKTARA | AHMAD FAIZ

Berita terkait

Bom Gereja Katedral Makassar, Ini Rentetan Bom Bunuh Diri 5 Tahun Terakhir

28 Maret 2021

Bom Gereja Katedral Makassar, Ini Rentetan Bom Bunuh Diri 5 Tahun Terakhir

Publik kembali dikejutkan dengan bom Gereja Katedral Makassar. Setidaknya sejak 2016 lalu serangkaian bom bunuh diri terjadi di Tanah Air.

Baca Selengkapnya

Cerita 29 Tahun McDonald's Sarinah, Saksi Bisu Teror Bom Thamrin

8 Mei 2020

Cerita 29 Tahun McDonald's Sarinah, Saksi Bisu Teror Bom Thamrin

McDonald's Sarinah, yang mulai beroperasi sejak 1991, bakal tutup pada 10 Mei 2020. Menjadi saksi bisu teror bom Thamrin dan kerusuhan 22 Mei 2019.

Baca Selengkapnya

Kisah Denny Mahieu, Penyintas di Teror Bom Sarinah 4 Tahun Lalu

14 Januari 2020

Kisah Denny Mahieu, Penyintas di Teror Bom Sarinah 4 Tahun Lalu

Salah satu penyintas korban bom Sarinah, Inspektur Satu Denny Mahieu mengaku sudah berdamai dengan peristiwa teror itu.

Baca Selengkapnya

Diduga Terlibat Teror Bom di Thamrin, Densus 88 Bekuk 2 Teroris

23 Agustus 2019

Diduga Terlibat Teror Bom di Thamrin, Densus 88 Bekuk 2 Teroris

Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri meringkus 2 terduga teroris jaringan Jamaah Ansharu Daulah Jawa Timur, yang terkait ke teror bom di Thamrin.

Baca Selengkapnya

Pengacara: Aman Abdurrahman Imbau Anak Buahnya Hijrah ke Suriah

19 Mei 2018

Pengacara: Aman Abdurrahman Imbau Anak Buahnya Hijrah ke Suriah

Pengacara Aman Abdurrahman membantah kliennya melakukan lima aksi teror, seperti yang dituduhkan jaksa.

Baca Selengkapnya

Aman Abdurrahman Dituntut Mati, Ini 6 Hal yang Memberatkan

18 Mei 2018

Aman Abdurrahman Dituntut Mati, Ini 6 Hal yang Memberatkan

Lima serangan teror pada Januari-Juni 2017 terbukti atas perintah Aman Abdurrahman sebagai pimpinan Jamaah Ansharut Daulah.

Baca Selengkapnya

Aman Abdurrahman di Persidangan Sebut Indonesia Negara Kafir

17 Mei 2018

Aman Abdurrahman di Persidangan Sebut Indonesia Negara Kafir

Aman Abdurrahman dinilai sebagai aktor intelektual sejumlah serangan teror bom di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Thamrin Ditutup, Film 22 Menit Didukung Kepolisian

15 April 2018

Jalan Thamrin Ditutup, Film 22 Menit Didukung Kepolisian

Selain di Jalan Thamrin, syuting film 22 Menit juga digelar di sebuah lapangan di Cikeas, Kabupaten Bogor.

Baca Selengkapnya

Jalan Thamrin Jadi Lokasi Syuting Film Terinspirasi Bom Sarinah

15 April 2018

Jalan Thamrin Jadi Lokasi Syuting Film Terinspirasi Bom Sarinah

Film berjudul 22 Menit terinspirasi peristiwa bom Sarinah di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Baca Selengkapnya

Sidang Bom Sarinah: Adi Jihadi Mengaku Dibaiat di UIN Ciputat

13 Maret 2018

Sidang Bom Sarinah: Adi Jihadi Mengaku Dibaiat di UIN Ciputat

Aman Abdurrahman didakwa menjadi otak serangkaian serangan teror di Indonesia, termasuk bom Sarinah dan Terminal Kampung Melayu.

Baca Selengkapnya