Lutung Jawa (Trachypithecus auratus). Foto: flickr.com
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Jawa Timur, Sunandar Trigunajasa, mengatakan telah melakukan penyelidikan kasus pembantaian Lutung Jawa di Lumajang. "Pelakunya masih kami cari," kata Sunandar kepada Tempo.
Sunandar belum bisa memberikan pernyataan secara detail ihwal pelaku serta hasil penyelidikannya. "Kami bekerja sama dengan kepolisian untuk mengungkap kasus ini," ujar Sunandar.
Dalam upaya mengungkap kasus pembantaian satwa dilindungi ini, Balai masih berupaya untuk menemukan barang bukti. Sebab, menurut Sunandar, susah untuk menjerat pelaku jika barang buktinya tidak ada.
Kesulitan soal barang bukti ini, Sunandar menambahkan, juga pernah terjadi dalam kasus pembantaian kucing hutan beberapa waktu lalu, yang pelakunya juga warga Lumajang. "Jangan sampai terulang lagi," kata Sunandar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ketua Pro Fauna Indonesia Rosek Nursahid mengatakan telah melaporkan aksi pembantaian Lutung Jawa ini ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam serta Kepolisian.
Menurut Rosek, awalnya Pro Fauna mengetahui foto pembantaian Lutung Jawa yang diunggah di Facebook. Dalam foto tersebut ada lebih dari tiga Lutung Jawa yang sudah mati dipikul dengan kayu. Dalam gambar tersebut juga diperlihatkan bagaimana kemudian lutung itu dikuliti.
Ada dugaan, pembantaian lutung Jawa ini terjadi di Desa Sidomulyo, Kecamatan, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang. "Diduga Lutung Jawa ini diburu dari kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru," kata Rosek. Hutan di Pronojiwo sebagian masuk kawasan TN BTS dan Perhutani.
Rosek menduga pembantaian itu terjadi pada awal 2016 ini. Pelaku diduga memburu satwa dilindungi itu dengan senapan api yang dimodifikasi berkaliber besar sehingga memiliki daya bunuh yang besar juga.
Aksi pembantaian Lutung Jawa ini merupakan tindak pidana. Pelakunya bisa dijerat hukuman penjara 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Hal ini diatur dalam UU Nomer 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.