Sabda Sultan Yogya Dinilai Hadiah Tahun Baru Penuh Duka

Reporter

Sabtu, 2 Januari 2016 04:24 WIB

GKR Ratu Hemas mendampingi Ngarso Dalem Sri Sultan HB X pada saat menjelaskan serta meluruskan isi Sabda Raja di Panembahan, Yogyakarta, 8 Mei 2015. Sri Sultan menuturkan Buwono jika diartikan "jagat alit". Sedangkan Bawono artinya "jagad besar". TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Yogyakarta - Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh tiba-tiba menyampaikan sabdaraja menjelang tutup tahun 2015 di Sitihinggil Keraton Yogyakarta pada 31 Desember 2015.

Isi sabdaraja tersebut dinilai adik tirinya, Gusti Bendara Pangeran Haryo (GBPH) Yudhaningrat akan menimbulkan kepanikan lagi karena ada pihak-pihak yang pro dan kontra.

“Saya kira ini hadiah tahun baru yang penuh mendung (duka) di Yogyakarta,” kata Yudhaningrat saat ditemui di kediamannya di Ndalem Yudhaningratan Yogyakarta, Kamis, 31 Desember 2015.

Lantaran berdasarkan informasi teman dan saudara Yudhaningrat yang datang, ada empat poin isi sabdaraja. Pertama, sabda tersebut disampaikan atas dasar perintah Tuhan dan para leluhur Sultan. Kedua, tahta kerajaan hanya bisa diwariskan kepada keturunannya.

Ketiga, apabila adik-adik, kerabat, dan abdi dalem tidak mematuhi perintah Sultan, maka akan dicopot dari kedudukannya. Keempat, ketidakpatuhan itu disertai keharusan keluar dari bumi Mataram. “Saya sama Kangmas Prabu (GBPH Prabukusumo) berencana mau cari kontrakan,” kata Yudhaningrat sambil tertawa.

Dia mempertanyakan isi sabdaraja yang dinilai selalu bertentangan dengan paugeran. Dia mencontohkan, yang memberi izin tinggal di Ndalem Yudhaningratan adalah ayahnya, almarhum Sultan HB IX dengan hak anggadhuh.

Kemudian yang disebut bumi Mataram itu meliputi wilayah Keraton Yogyakarta dan Surakarta. “Bumi Mataram yang dimaksud Pak Bawono itu yang mana?” tanya Yudhaningrat.

Yudhaningrat menolak hadir di Sitihinggil meskipun diundang melalui telepon oleh Sekretaris Sultan sekitar pukul 08.00 pada hari yang sama. Dia diminta hadir dengan mengenakan baju peranakan.

Lantaran Sultan juga tak mengenakan baju kebesaran raja warna hitam seperti ketika menyampaikan sabdaraja pada 31 April 2015 dan dhawuhraja pada 5 Mei 2015. Melainkan mengenakan baju surjan dengan warna dasar putih bermotif bunga warna-warni dan blangkon warna hijau.

Sedangkan permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Hemas mengenakan kebaya kuning dan anak sulungnya, GKR Mangkubumi berkebaya hijau muda. “Yang bilang (bersabda) kan Bawono, bukan Buwono. Jadi kami tidak mengenal,” kata Yudhaningrat yang bersama semua adik laki-laki Sultan tidak menghadiri.

Semenjak Sultan mengeluarkan sabda raja dan dhawuh raja terdahulu, adik-adik Sultan menyatakan sikap menolak. Mereka menilai sabda raja dan dhawuh raja itu melanggar paugeran atau peraturan keraton.

Isi sabda raja saat itu antara lain perubahan nama Sultan Hamengku Buwono X menjadi Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh. Sedangkan isi dhawuh raja antara lain mengubah nama anak sulungnya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi.

Nama Mangkubumi sering diidentikkan sebagai gelar putra mahkota. Ada kekhawatiran adik-adik Sultan apabila Sultan yang bertahta nantinya dipegang seorang perempuan yang berarti melanggar paugeran. “Sabdaraja (31 Desember 2015) itu kan ingin meluluskan putrinya, Pembayun (menjadi raja selanjutnya),” kata Yudhaningrat.

Adik-adik Sultan berencana akan mensikapi sabdaraja terbaru itu. Namun mereka menunggu kejelasan isi sabdaraja secara tertulis.

Penghageng Puralaya (makam raja-raja Mataram) Imogiri - Kotagede Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Hastananingrat yang hadir di Sitihinggil membenarkan poin-poin sabdaraja tersebut.

Namun poin yang dibacakan Sultan yang diingatnya hanya dua, yaitu soal tahta kerajaan yang tidak diwariskan kepada bukan keturunannya dan hukuman berupa pencopotan jabatan kepada abdi dalem yang tidak mematuhi perintah Sultan. “Kalau soal kepatuhan itu hal yang wajar ya. Kami sudah tahu,” kata Hastaningrat.

Sementara itu, menurut Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta KRT Jatiningrat alias Romo Tirun yang tidak hadir karena tidak diundang, bahwa yang berwenang untuk mencopot kedudukan abdi dalem adalah Parentah Ageng yang dipegang oleh anak kedua Sultan, GKR Condrokirono.

Hanya saja harus melalui mekanisme yang berlaku, seperti adanya pemberian teguran terlebih dahulu. Sebelumnya, jabatan Parentah Ageng alias semacam Sekretaris Negara itu dipegang almarhum adik kandung Sultan, GBPH Joyokusumo. “Harus diingat, abdi dalem itu bukan abdi perorangan. Tapi abdi budhaya. Artinya, abdi keraton sebagai kelembagaan,” kata Tirun menegaskan.

Sabdaraja yang disampaikan Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh berlangsung tertutup. Setelah itu, Sultan tidak muncul di ruang publik. Dia mendelegasikan pelantikan pejabat eselon III dan IV Pemerintah Provinsi DIY kepada Sekretaris Daerah. Media belum mendapat konfirmasi dari Sultan terkait sabdaraja dan penolakan adik-adiknya.

PITO AGUSTIN RUDIANA


Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

4 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

11 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

12 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

16 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

19 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

27 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

31 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

31 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya