Bongkar Tabu, Kementerian Agama Teliti Gerakan Komunisme Islam di Solo

Reporter

Jumat, 20 November 2015 14:21 WIB

Pidato Presiden Sukarno di hadapan para pendukung PKI yang menunjukkan bagaimana komunisme juga menjadi kekuatan yang membawa Indonesia menuju identitas Negara yang kuat, dengan semangat nasionalis, agama dan komunis. wikipedia. org

TEMPO.CO, Semarang - Para peneliti Kementerian Agama di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang mengkaji gerakan komunisme Islam yang terjadi di Surakarta mulai 1914 sampai 1942. Kajian gerakan yang mengulas peran Haji Misbach dengan gerakan perlawanan kolonial di Surakarta itu membongkar peristiwa yang selama ini dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.

"Kajian ini memberikan pemahaman di masyarakat bahwa munculnya komunisme di Surakarta dari era 1914 hingga 19126 berbeda dengan komunis era berikutnya," kata Samidi, peneliti lektur dan khazanah keagamaan, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang, seusai membedah buku gerakan komunisme Islam Surakarta, Jumat, 20 November 2015.

Ia sengaja mendatangkan penulis buku Syamsul Bakri untuk membedah hasil penelitian komunisme dan Islam di Surakarta. Hasil kajian buku itu menunjukkan gerakan komunis yang ditulis berbeda dengan komunis di era 1948 dan 1965.

"Pada era 1914 komunis sangat berbaur dengan agama dan menjadi ideologi besar," tambah Samidi.

Menurut Samidi, kajian itu menjadi tambahan bagi data lembaganya yang hendak meneliti studi kasus munculnya bendera komunis di Boyolali dan Surakarta belum lama ini. Saat diskusi bedah buku itu, ia menyatakan tak takut ada tekanan karena penelitian itu bagian dari program kerja lembaganya.

"Penulisan sejarah itu bagian dari bahan penelitian. Apalagi tema komunisme Islam," jelas Samidi.

Samidi berharap kajian tentang sejarah komunisme menjadi pencerahan publik dan mengupas perbedaan sejarah yang dipelintir oleh kekuasaan.

Syamsul Bakri, penulis buku gerakan komunisme Islam di Surakarta sejak 1914 sampai 1942, saat diskusi menyatakan tokoh ulama Haji Misbach, pendiri Muhammadiyah, sebagai aktor PKI Solo.

"Misbach dan Dahlan (pendiri Muhamadiyah) sangat akrab mendirikan jamaah-jamaah, bahkan protes penahanan Haji Misbach oleh kolonial dilakukan pertama kali oleh Dahlan," kata Syamsul Bakri.

Dalam bukunya ditunjukkan bahwa Haji Misbach memahami komunisme dari tulisan Marco Kartodikromo dan terbitan majalah koran pergerakan saat itu. "Misbach sebagai santri suka membaca bacaan umum, berbeda dengan kalangan santri saat itu," tambah Syamsul.

Syamsul menyebutkan di Surakarta Misbach juga secara resmi mendirikan PKI selain menjadi ketua SI merah. Namun Syamsul menegaskan, PKI Solo yang dipimpin Misbach sangat independen dan tak mau diatur oleh PKI pusat.

Kondisi itu membuat PKI di Surakarta dinilai menjadi organisasi sosial yang lebih berbahaya daripada PKI di daerah lain. Tercatat selain beranggotakan orang-orang abangan, PKI Surakarta mempunyai basis santri. "Ini menjadikan komunisme Islam lebih bahaya bagi Belanda, sulit dikontrol," katanya.







EDI FAISOL

Berita terkait

10 Makanan Khas Kota Semarang yang Wajib Dicoba: Yang Manis Hingga Asin

2 hari lalu

10 Makanan Khas Kota Semarang yang Wajib Dicoba: Yang Manis Hingga Asin

Wingko babat merupakan makanan tradisional dari area Kota Semarang. Kudapan dari parutan kelapa, tepung beras ketan dan gula ini cocok buat ngeteh.

Baca Selengkapnya

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

3 hari lalu

Berusia 477 Tahun, Berikut Sejarah Kota Semarang Hingga Peristiwa Pertempuran Lima Hari

Sejarah Kota Semarang bermula pada abad ke-8 M, bagian dari kerajaan Mataram Kuno bernama Pragota, sekarang menjadi Bergota menjadi pelabuhan.

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

4 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

23.000 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

13 hari lalu

23.000 Visa Jemaah Haji Reguler Indonesia Sudah Terbit

Kementerian Agama sedang menyiapkan dokumen dan memproses visa jemaah haji regular Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kemenag Bentuk Tim Percepatan Pengembangan Zakat dan Wakaf

14 hari lalu

Kemenag Bentuk Tim Percepatan Pengembangan Zakat dan Wakaf

Tim ini dibentuk sebagai upaya Kemenag dalam mengoptimalkan pemanfaatan potensi besar yang terdapat dalam zakat dan wakaf.

Baca Selengkapnya

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

16 hari lalu

Datang ke Semarang Jangan Lupa Beli 10 Oleh-oleh Khas Ini

Selain terkenal destinasi wisatanya, Semarang memiliki ikon oleh-oleh khas seperti wingko dan lumpia. Apa lagi?

Baca Selengkapnya

Idul Fitri 1445 H, Kapolri Singgung soal Toleransi

25 hari lalu

Idul Fitri 1445 H, Kapolri Singgung soal Toleransi

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengucapkan selamat Idul Fitri 1445 H. Ia menyinggung tentang toleransi.

Baca Selengkapnya

Simak Perbedaan Metode Hilal dan Hisab Penentu 1 Syawal Hari Idul Fitri atau Lebaran 2024

26 hari lalu

Simak Perbedaan Metode Hilal dan Hisab Penentu 1 Syawal Hari Idul Fitri atau Lebaran 2024

Menentukan 1 syawal Idul Fitri atau lebaran terdapat metode hisab dan rukyatul hilal. Apa perbedaan kedua sistem itu?

Baca Selengkapnya

Sidang Isbat Menjelang Lebaran, Diadakan pada 9 April 2024 hingga Pemantauan Hilal di 120 Lokasi

27 hari lalu

Sidang Isbat Menjelang Lebaran, Diadakan pada 9 April 2024 hingga Pemantauan Hilal di 120 Lokasi

Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Pemaparan Posisi Hilal oleh Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama

Baca Selengkapnya

Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul Sudah Rayakan Idul Fitri, Begini Asal Usul Jemaah Mbah Benu

28 hari lalu

Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul Sudah Rayakan Idul Fitri, Begini Asal Usul Jemaah Mbah Benu

Jemaah Masjid Aolia di Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta telah merayakan Idul Fitri. Bagaimana asal usul jemaah asuhan Mbah Benu ini?

Baca Selengkapnya