Bung Tomo saat ditahan di Wisma Nirbaya, April 1978. Dok. Keluarga
TEMPO.CO, Jakarta - Sutomo alias Bung Tomo baru mulai kuliah pada usia 39 tahun atau pada 1959. Dia menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia karena gusar diejek tak berpendidikan tinggi. Memang, Sutomo hanya lulusan Holland Inlander School atau sekolah rendah untuk kaum pribumi di Surabaya.
Bertekad memiliki gelar sarjana, kuliah Bung Tomo sempat tersendat-sendat. Sembilan tahun setelah menjadi mahasiswa, dia baru memasuki masa prayudisium atau boleh membuat skripsi. “Tesisnya sudah selesai sebelum naik haji,” kata Sulistina, istri Sutomo. Sayang, skripsi bertema pembangunan ekonomi di pedesaan itu tak pernah diuji.
Bung Tomo wafat saat wukuf di Arafah pada 7 Oktober 1981. Hingga hidupnya berakhir, Sutomo tak juga melepaskan statusnya sebagai mahasiswa. Selama 22 tahun kuliah, Bung Tomo tak berhasil meraih gelar sarjana. Kenapa kuliahnya tak pernah selesai? Agaknya kesibukan dia berbisnis dan aktivitas politik membuat Sutomo keteteran.
Bung Tomo aktif menentang komunisme dan berada di barisan penentang Presiden Sukarno. Setelah berhasil menggulingkan Sukarno, Sutomo tetap kritis dan menentang rezim Orde Baru yang dikuasai Presiden Soeharto. Jadilah dia ditahan setahun di Penjara Nirbaya, Pondok Gede, Jakarta Timur.
Meski jauh dari kesan mahasiswa yang serius belajar, Sutomo tetap dikagumi di kalangan mahasiswa. William H. Frederick, profesor sejarah di Ohio University, Amerika Serikat, dalam tulisannya, In Memoriam: Sutomo, mengatakan Sutomo tak pernah berhenti menyampaikan kritik.
Itulah sebabnya, kata William H. Frederick, banyak mahasiswa yang kemudian mengagumi Bung Tomo. "Banyak mahasiswa mengaguminya. Dia menjadi sangat populer di kalangan kaum muda dan muslim," tulis Frederick.
Siapa sosok Sutomo alias Bung Tomo sesungguhnya? Baca selengkapnya Edisi Khusus Bung Tomo Penyebar Warta Palagan Surabaya di Majalah Tempo Pekan Ini.