Ilustrasi kekerasan terhadap anak. TEMPO/Ary Setiawan
TEMPO.CO, Blitar – Seorang bocah kelas IV, MAH, meninggal bunuh diri. Pihak sekolah dasar Negeri Sukoanyar 02 Kesamben, Kabupaten Blitar, tempat bocah itu bersekolah membantah terjadinya perisakan yang menyebabkan bocah itu gantung diri. Hingga kini penyebab aksi bunuh diri belum terungkap.
Imam Habib, wali kelas IV SDN Sukoanyar 02, mengatakan tak ada yang aneh dari perilaku muridnya sebelum aksi gantung diri itu terjadi, Sabtu, 31 Oktober 2015. Bocah itu terlihat bermain-main dengan teman sekelasnya yang berjumlah 16 anak. “Sesekali dia menggoda anak perempuan,” kenang Imam mengenang pertemuan terakhirnya dengan korban, Selasa, 3 November 2015.
Imam yang mengajar MAH sejak tiga bulan lalu, mengamati adanya peningkatan kemampuan akademik baik pada hasil ujian maupun tugas sekolah. Sebelumnya, MAH kerap melalaikan pekerjaan sekolah maupun lemah di sejumlah mata pelajaran. Peningkatan akademik ini bahkan sempat menjadi perbincangan guru-guru yang mengajarnya di sekolah.
Imam mengherankan informasi yang berkembang bahwa MAH dirisak akibat sepatu yang dia pakai. "Kondisi sepatunya cukup bagus dan tidak dalam keadaan rusak," katanya.
Menurut guru senior, Kus, dia merasa heran kematian MAH dikaitkan dengan perilaku olok-olok oleh temannya soal sepatu. “Tak pernah ada olok-olok soal sepatu,” kata Kus.
Tempat tinggal MAH berjarak sekitar 500 meter dari sekolah. Kus yang sempat mengajar kelas IV pada Sabtu tak menyangka anak didiknya akan melakukan perbuatan itu.