Kabut Asap di Jawa, Kata LAPAN Ini Sumbernya

Reporter

Senin, 26 Oktober 2015 22:28 WIB

Kebakaran yang menimbulkan asap putih di kawasan hutan Gunung Lawu di Cemoro Sewu, Jawa Timur, 26 Oktober 2015. Bram Selo Agung/Tempo

TEMPO.CO, Bandung - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin mengatakan, kabut di beberapa kota di Jawa hasil campuran asap kebakaran hutan di Jawa dan polusi udara. Kabut itu akhir pekan lalu sejak Jumat hingga Ahad, terpantau di Jakarta, Bandung, dan Semarang. "Pada Jumat, 23 Oktober lalu cenderung lebih tebal, sekarang menipis," katanya kepada Tempo, Senin, 26 Oktober 2015.

Thomas membandingkan data citra satelit luar dan dalam negeri soal sebaran asap. Hasilnya menunjukkan adanya awan tipis di Pulau Jawa bagian barat pada 23-25 Oktober, dan makin menipis pada Senin, 26 Oktober 2015. "Polanya hampir sama, sumber kabut asap berasal dari Jawa sendiri," ujarnya.

Sumber lain kabut itu polusi udara hasil emisi kendaraan dan cerobong pabrik, serta pembakaran sisa pertanian yang tersebar. Gas karbondioksida itu tertiup angin dari arah timur-tenggara atau Samudera Hindia, lalu bertemu dengan angin dari Laut Jawa (konvergensi). "Jadi asap seperti dikumpulkan ke arah Pulau Jawa, biasanya diarahkan ke laut sehingga tidak berdampak ke daratan," ujarnya.

Daerah pertemuan kedua angin tersebut, berada di bagian tengah Jawa Tengah, serta bagian tengah dan selatan Jawa Barat. Sebelumnya diberitakan, sejumlah peneliti dari ITB dan BMKG mengatakan kabut pagi hingga siang Jumat pekan lalu akibat asap kebakaran hutan di Jawa Timur, proses alami, atau kabut dari polusi udara.

Data dari BMKG menyebutkan, titik api di Pulau Jawa tercatat ada 28 titik. Hampir semuanya berada di wilayah Jawa Timur. Hutan Gunung Ijen dilaporkan terbakar, begitu pula Gunung Penanggungan, Lawu, dan Semeru.

Dibanding Jakarta dan Semarang, Bandung dengan kondisi wilayah berbentuk cekungan atau baskom, mempengaruhi dinamika atmosfer. Kabut asap dan polutan sulit terbuang keluar. Kabut tersebut, kata Thomas, berada di ketinggian 3.000 meter dari permukaan. "Pada malam hari, kabut relatif dekat dengan permukaan," ujarnya.

Thomas mengatakan, kondisi tersebut belum menandakan masuknya musim hujan yang didahului musim pancaroba. Musim peralihan dari kemarau itu ditandai dengan bertiupnya angin dari utara ke selatan. "Sekarang belum terjadi, pola hujan mulai dari Sumatera pada November, lalu Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua sekitar Desember," ujarnya.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

7 hari lalu

Keunikan Stadion Siliwangi, Lokasi Konser Sheila on 7 di Bandung, Pernah jadi Markas Tim Sepak Bola Militer Belanda

Di Bandung, Sheila on 7 akan mangung di Stadion Siliwangi. Awalnya stadion itu bernama lapangan SPARTA, markas tim sepak bola militer Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

17 hari lalu

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita di Apartemen Jardin Bandung yang Kabur ke Jakarta

Seorang wanita ditemukan tewas di Apartemen Jardin, Kota Bandung, diduga dibunuh pelanggannya

Baca Selengkapnya

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

22 hari lalu

Rekomendasi 5 Tempat Wisata Air di Bandung untuk Menghabiskan Waktu Libur Lebaran

Salah satu aktivitas rekreasi yang bisa dilakukan bersama dengan keluarga ketika masa libur lebaranadalah berenang.

Baca Selengkapnya

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

27 hari lalu

Penumpang Terminal Leuwipanjang Bandung Naik 20 Persen Selama Arus Mudik Lebaran

Kepala Terminal Leuwipanjang Kota Bdung Asep Hidayat mengatakan, kenaikan jumlah penumpang di arus mudik Lebaran terpantau sejak H-7.

Baca Selengkapnya

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

53 hari lalu

Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

4 Maret 2024

Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

Macaca Fascicularis atau di Indonesia lebih dikenal monyet ekor panjang kerap bertindak agresif pada manusia, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

3 Maret 2024

Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

Monyet turun gunung, termasuk monyet ekor panjang ini disebut-sebut menjadi pertanda akan terjadi suatu peristiwa, apa itu?

Baca Selengkapnya

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

29 Februari 2024

4 Dugaan Sebab Monyet Berkeliaran di Kota Bandung Beberapa Hari Ini

Sekelompok monyet ekor panjang berkeliaran di atap-atap rumah warga di Kota Bandung beberapa hari belakangan. Tanda bencana alam?

Baca Selengkapnya

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

17 Februari 2024

Ketua KPPS di Kota Bandung Meninggal Usai Pemilu, Diduga Kelelahan

Selama pemilu, ada 345 orang petugas, termasuk KPPS yang terlibat proses pemilu mendapat pelayanan kesehatan selama pemilu berlangsung.

Baca Selengkapnya

Kelelahan, 183 Petugas KPPS di Kota Bandung Dirawat

15 Februari 2024

Kelelahan, 183 Petugas KPPS di Kota Bandung Dirawat

Seluruh petugas KPPS yang kelelahan tersebut ada yang mendapatkan perawatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Bandung.

Baca Selengkapnya