Pelarangan Refleksi G-30-S di Ubud Writers Dikutuk

Reporter

Editor

Juli Hantoro

Sabtu, 24 Oktober 2015 10:50 WIB

Facebook.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya seratus aktivis dari lintas sektor mengutuk tindakan pemerintah daerah dan aparat kepolisian Gianyar, Bali, yang melarang pelaksanaan sejumlah agenda refleksi sejarah tentang pembantaian dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 dalam acara Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2015.

“Bukannya mendorong terjadinya rekonsiliasi, tapi justru negara terlihat masih ketakutan,” kata aktivis dari Komunitas Seni Indonesia, Aquino Hayunta, yang tergabung dalam aksi mengutuk tindakan pembatasan kebebasan berpendapat, saat dihubungi Tempo, Sabtu, 24 Oktober 2015. Menurut dia, sampai saat ini, sikap represif era Orde Baru masih sering dijumpai dalam banyak kasus di Indonesia.

Kejadian pelarangan tiga agenda UWRF di Bali, ucap Aquino, menunjukkan pemerintah sangat represif. Padahal, jika dilihat konteksnya, semua kegiatan tersebut dilakukan untuk membuka sejarah bangsa. Terlepas itu luka lama atau tidak, ujar dia, kebenaran harus ditunjukkan kepada anak-cucu bangsa.

Dia juga tidak melihat adanya proses penanaman ideologi komunisme dalam kegiatan tersebut. Jadi, alasan pemerintah, kepolisian, dan TNI melarang kegiatan tersebut tak masuk akal. “Kami mendesak agar acara tersebut diberi izin untuk diselenggarakan,” tuturnya.

Bersama berbagai aktivis dari berbagai kalangan, seperti seniman, wartawan, dan penulis, Aquino mengaku saat ini intensitas penyerangan terhadap kebebasan berekspresi kian tinggi. Ada upaya dari pemerintah secara intens selayaknya rezim Orde Baru.

Dari catatannya, ada sejumlah kasus pembungkaman kebebasan berpendapat dalam seminggu terakhir. Di antaranya kasus Tom Iljas di Sumatera. Tom mendapatkan teror dari pemerintah lantaran mengunjungi makam ayahnya yang menjadi salah satu korban pembantaian.

Tak berapa lama, mencuat kasus penarikan majalah Lentera di Salatiga, Jawa Tengah, yang dilakukan kepolisian setempat. Majalah yang diterbitkan lembaga pers mahasiswa ini dibredel setelah mengangkat topik G-30-S. “Ada juga peristiwa lain yang menyangkut kebebasan berekspresi,” katanya.

Karena itu, ia meminta Presiden Joko Widodo melakukan perlindungan dan menjamin para korban intimidasi. Ia juga meminta pengkajian dan penyelidikan tragedi G-30-S sebagai ujung rekonsiliasi sejarah. “Keluarga korban pembantaian juga harus mendapat keadilan.”

AVIT HIDAYAT




Berita terkait

Atlet asal Gianyar Dapat 3 Medali Emas dalam Kejuaraan Dansa di Malaysia

11 Juni 2021

Atlet asal Gianyar Dapat 3 Medali Emas dalam Kejuaraan Dansa di Malaysia

Atlet dansa asal Kabupaten Gianyar berhasil meraih tiga medali emas dalam kejuaraan internasional di Negeri Sembilan, Malaysia.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Kabupaten Gianyar Menekuni Seni dan Kerajinan

22 April 2019

Masyarakat Kabupaten Gianyar Menekuni Seni dan Kerajinan

Sebagian besar masyarakat Kabupaten Gianyar menekuni bidang seni dan kerajinan

Baca Selengkapnya

Kabupaten Gianyar Dinilai Mengangkat Pariwisata Bali

22 April 2019

Kabupaten Gianyar Dinilai Mengangkat Pariwisata Bali

Kabupaten Gianyar dan khususnya Ubud yang telah menyandang sebagai kota kerajinan dunia dinilai telah mengangkat pariwisata Bali

Baca Selengkapnya

Kabupaten Gianyar Raih Predikat Kota Kerajinan Dunia

22 April 2019

Kabupaten Gianyar Raih Predikat Kota Kerajinan Dunia

World Craft Council menetapkan Kabupaten Gianyar, Bali, sebagai kota kerajinan dunia pertama di Indonesia

Baca Selengkapnya

Mau Sarapan Pedas? Cobalah Bubur Bali

8 Juli 2018

Mau Sarapan Pedas? Cobalah Bubur Bali

Bubur sebagai salah satu menu sarapan yang umum ditemukan di berbagai kota. Di Bali, bubur tampil sedikit berbeda, ada urap dengan rasa pedas.

Baca Selengkapnya

Di Tegalalang Gianyar, Parade Ogoh-ogoh Digelar Agak Berbeda

16 Maret 2018

Di Tegalalang Gianyar, Parade Ogoh-ogoh Digelar Agak Berbeda

Ratusan warga Desa Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali, mengikuti parade Ogoh-ogoh.

Baca Selengkapnya

Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

29 September 2017

Polisi Sita Bendera Berlogo Palu Arit di Kafe Garasi 66

Meski pemiliknya menyatakan tak bertujuan menyebarkan komunisme dengan memasang bendera berlogo palu arit aparat tetap memintanya mencopot

Baca Selengkapnya

Yang Menarik Perhatian Michelle Obama di Pura Tirta Empul Bali

27 Juni 2017

Yang Menarik Perhatian Michelle Obama di Pura Tirta Empul Bali

Saat berkunjung ke Pura Tirta Empul, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Michelle Obama sempat bertanya soal sumber mata air di area mandala.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Tunjukkan di Mana Ada PKI, Detik Ini Juga Saya Gebuk!

3 Juni 2017

Jokowi: Tunjukkan di Mana Ada PKI, Detik Ini Juga Saya Gebuk!

Jokowi tidak terima dirinya dikait-kaitkan dengan PKI, apalagi dituding melindungi komunisme.

Baca Selengkapnya

Liga 1: Lawan Bali United, Pelatih Persib Pasang Target Minimal

30 Mei 2017

Liga 1: Lawan Bali United, Pelatih Persib Pasang Target Minimal

Persib mengincar minimal hasil imbang saat melakukan laga tandang kontra Bali United. Hingga pekan ke-7, Persib belum terkalahkan.

Baca Selengkapnya