Ketua YLKI Memprotes Pernyataan Panglima TNI Soal Tembakau

Reporter

Jumat, 23 Oktober 2015 21:19 WIB

Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo (kanan) memberikan pengarahan kepada prajurit TNI saat upacara pelepasan Satgas Penanggulangan Bencana Asap di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, 10 September 2015. Kualitas udara di Sumatera Selatan memburuk hingga masuk dalam kategori berbahaya. ANTARA/M Agung Rajasa

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi memprotes pernyataan Panglima TNI tentang tembakau. Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut Konvensi Pengendalian Tembakau atau FTCT (Framework Convention on Tobacco Control) sebagai ancaman nasional atau ancaman negara.

Pernyataan itu disampaikan Panglima TNI saat menjadi pembicara seminar yang diselenggarakan Kamar Dagang dan Industri, beberapa hari yang lalu. Panglima TNI menganggap FCTC sebagai proxy war.

YLKI, kata Tulus, melihat pernyataan itu sebagai hal yang absurd. Tulus menilai Gatot berbicara sesuatu di luar kapasitas sebagai Panglima TNI. “Banyak masalah pertahanan dan keamanan yang jauh lebih mengancam yang seharusnya lebih urgen disikapi,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat, 23 Oktober 2015.

Tulus menyesalkan sikap Panglima TNI, yang seharusnya bersikap dan bertindak strategis, dalam menyikapi FCTC terlihat sangat gegabah dan tidak tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Hal ini menunjukkan Panglima TNI hanya menerima masukan dari satu arah, yakni pihak yang berkepentingan langsung dengan industri rokok. “Pola pikir semacam inilah yang justru sangat membahayakan kepentingan nasional,” tuturnya.

Panglima TNI, kata Tulus, tidak melihat kasus FCTC dalam konteks yang lebih luas, baik dalam perspektif hukum internasional maupun dinamika politik internasional. Saat ini FCTC sudah diratifikasi oleh lebih dari 181 negara di dunia.

Menurut dia, hanya Indonesia dan beberapa negara kecil di Afrika yang tidak menandatangani dan belum meratifikasi/mengaksesi FCTC. Justru kondisi inilah yang seharusnya membuat Panglima TNI merasa malu.

Nihilnya Indonesia dengan FCTC dan mengakibatkan mengguritanya industri rokok di semua lini justru menjadi fenomena yang sangat membahayakan kepentingan negara. Apalagi saat ini semua industri rokok kretek nasional telah dimiliki asing.

Secara historis, kata Tulus, yang menginisiasi lahirnya FCTC justru negara-negara berkembang, seperti India, Brasil, Bangladesh, termasuk Indonesia. Negara-negara maju awalnya menolak FCFC karena khawatir akan meruntuhkan industri rokok di negarnya. “Jadi, sangat tidak masuk akal jika kita meratifikasi FCTC akan terjebak pada proxy war seperti yang diklaim Panglima TNI,” tuturnya.

AGUSSUP

Berita terkait

Terpopuler: YLKI Minta Akar Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

7 hari lalu

Terpopuler: YLKI Minta Akar Pinjol Ilegal Diberantas, Menteri Budi Arie Sebut Judi Online Hantu

Berita terpopuler Tempo: YLKI menuntut pemberantasan Pinjol ilegal, Menkominfo Budi Arie sebut judi online seperti hantu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kerugian Kemacetan Jabodetabek Rp 100 Triliun, YLKI: Batasi Kendaraan Pribadi

5 Februari 2024

Jokowi Sebut Kerugian Kemacetan Jabodetabek Rp 100 Triliun, YLKI: Batasi Kendaraan Pribadi

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tanggapi pernyataan Jokowi dan menyarankan pemerintah batasi kepemilikan kendaraan pribadi.

Baca Selengkapnya

YLKI Minta Iklan Rokok Dilarang Total, Apa Alasannya?

25 Januari 2024

YLKI Minta Iklan Rokok Dilarang Total, Apa Alasannya?

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia meminta iklan rokok dilarang total di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jaringan Pegiat Pengendalian Tembakau Sebut Jumlah Perokok Terus Meningkat

6 Desember 2023

Jaringan Pegiat Pengendalian Tembakau Sebut Jumlah Perokok Terus Meningkat

Peraturan Pemerintah 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau sangat lemah.

Baca Selengkapnya

Perokok Meningkat, MTCN Imbau Kerjasama Kendalikan Produk Tembakau di Indonesia

29 November 2023

Perokok Meningkat, MTCN Imbau Kerjasama Kendalikan Produk Tembakau di Indonesia

Hasil survei Global Adult Tobacco Survey (GATS) tahun 2011 dan 2021 mengungkapkan meningkatnya jumlah perokok pasif menjadi 120 juta orang.

Baca Selengkapnya

Alasan KAMI Nonaktifkan Anggotanya yang Dukung Calon di Pilpres 2024

24 November 2023

Alasan KAMI Nonaktifkan Anggotanya yang Dukung Calon di Pilpres 2024

Meski begitu, Gatot Nurmantyo mengatakan pihaknya tidak bisa melarang anggotanya untuk mendukung salah satu pasangan di Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gatot Nurmantyo Tegaskan Tak Mendukung Salah Satu Calon di Pilpres 2024

24 November 2023

Gatot Nurmantyo Tegaskan Tak Mendukung Salah Satu Calon di Pilpres 2024

Gatot Nurmantyo mengatakan aktivis Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia yang dukung mendukung di Pilpres 2024 hari ini mulai dinonaktifkan.

Baca Selengkapnya

Jenderal Agus Subiyanto Panglima TNI ke-6 Masa Pemerintahan Jokowi, Berikut Profil Lainnya

24 November 2023

Jenderal Agus Subiyanto Panglima TNI ke-6 Masa Pemerintahan Jokowi, Berikut Profil Lainnya

Perjalanan kepemimpinan Panglima TNI selama sembilan tahun pemerintahan Jokowi, dari Moeldoko hingga Jenderal Agus Subiyanto.

Baca Selengkapnya

Baru 2 Hari Diresmikan LRT Jabodebek Alami Gangguan, Ini Catatan YLKI untuk Menhub dan PT KAI

1 September 2023

Baru 2 Hari Diresmikan LRT Jabodebek Alami Gangguan, Ini Catatan YLKI untuk Menhub dan PT KAI

YLKI memberikan sejumlah catatan untuk Menhub dan PT KAI soal LRT Jabodebek yang mengalami gangguan dua hari setelah diresmikan.

Baca Selengkapnya

Buntut Rangka eSAF Keropos, YLKI Minta Dirikan Pengawas Produk Otomotif

23 Agustus 2023

Buntut Rangka eSAF Keropos, YLKI Minta Dirikan Pengawas Produk Otomotif

Buntut dari masalah rangka eSAF keropos, YLKI menilai perlu adanya lembaga khusus yang bertugas mengawasi peredaran produk otomotif.

Baca Selengkapnya