Kucing Hutan: Meong Congkok yang Ramai di Media Sosial  

Reporter

Rabu, 21 Oktober 2015 03:59 WIB

Halaman akun Facebook Achmad Yusuf asal Banyuwangi yang mengunggah gambar perlakuan sadisnya terhadap dua kucing hutan. Foto ini diunggah pada Rabu 14 Oktober 2015. Facebook.com

TEMPO.CO, Jakarta - Ida Tri Susanti, mahasiswi jurusan matematika Fakultas MIPA Universitas Jember, harus berurusan dengan polisi setelah memamerkan foto kucing hutan dalam kondisi terikat tali di Facebook-nya.

Ida terancam hukuman penjara maksimal 5 tahun karena ada larangan berburu dan memperdagangkan kucing hutan. Kabarnya, satwa ini diperoleh Ida dari hasil buruan di Hutan Gumuk Topi.

"Kami akan mendatangi Hutan Gumuk Topi di Kabupaten Jember," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Sunandar Trigunajasa pada Senin, 19 Oktober 2015.


Selain Ida, sejumlah orang memamerkan perlakuan sadisnya terhadap kucing hutan. Nama latin satwa ini adalah Felis bengalensis. Persebaran kucing hutan membentang dari Asia Tengah, yakni di Afganistan dan Pakistan, lalu Asia Tenggara hingga Asia Timur, di Korea dan Cina.


Animaldiversity.org mencatat kucing hutan tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Orang Jawa menyebutnya blacan, sedangkan orang Sunda memanggilnya meong congkok.

Bentuk kucing hutan hampir sama dengan kucing yang sering dipelihara orang. Kebanyakan kucing hutan, yang bulunya berwarna cokelat, memiliki berat badan antara 3 sampai 7 kg.

Badan dan ekor bercorak, seperti mawar, dan ekor berbentuk cincin. Panjang kucing hutan berkisar 44,5-107 cm, dan ekor mereka berkisar 23-44 cm.

Corak warna kucing hutan berbeda di sebagian daerah. Pada habitat bersalju, kucing memiliki bulu lebih ringan dibanding dengan yang hidup di hutan. Corak lebih gelap banyak ditemukan pada kucing yang hidup di hutan.

Satwa ini hidup di hutan dengan iklim tropis dan subtropis, hutan konifer (pohon berbentuk jarum seperti cemara dan pinus), habitat semak, dan padang rumput. Tempat paling tinggi yang dapat ditinggali Felis bengalensis ini sampai 3.000 meter.

Kucing hutan mempunyai rentang waktu masa kehamilan 65 sampai 72 hari. Januari sampai Maret memasuki masa melahirkan. Setelah melahirkan, musim kawin berlangsung cepat, yakni hanya empat bulan setelah melahirkan.

Cepatnya perkembangbiakan satwa ini ditunjang tersedianya pasokan makanan. Hewan ini memangsa vertebrata darat kecil, seperti tikus dan kadal. Tapi, hewan lain pun jadi makanannya, seperti kelelawar, ular, dan ayam.




EVAN | PDAT | ANIMALDIVERSITY


Advertising
Advertising

Berita terkait

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

1 hari lalu

Ratusan Paus Pilot Terdampar di Australia Barat, Apa Keunikan Paus Ini?

Sekitar 140 paus pilot yang terdampar di perairan dangkal negara bagian Australia Barat. Apakah jenis paus pilot itu?

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

16 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia Tinggi, BBKSDA NTT Desak Pemulihan Hutan Mangrove

Sepanjang tahun lalu, 5 warga Timor mati digigit buaya dan 10 luka-luka. Tahun ini sudah satu orang yang tewas.

Baca Selengkapnya

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

28 hari lalu

Gerombolan Monyet Ekor Panjang ke Pemukiman Daerah Soreang Bandung

Setelah Kota Bandung, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

29 hari lalu

Teralihkan Covid-19, Sehelai Rambut Harimau Jawa Sempat Mendekam 3 Tahun di Bandung

Lewat publikasi ilmiah, sampel sehelai rambut itu dipastikan dari seekor harimau jawa.

Baca Selengkapnya

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

34 hari lalu

Penyebab Harimau Sumatera Masuk Kampung dan Timbulkan Konflik Manusia dan Satwa Liar

Ekolog satwa liar Sunarto menjelaskan konflik Harimau Sumatera dengan manusia akibat beberapa faktor termasuk kondisi individual dan habitatnya.

Baca Selengkapnya

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

34 hari lalu

Lebih Dekat Ihwal Harimau Sumatera yang Dilaporkan Berkeliaran di Pasaman Barat Sumbar

Setelah dikonfirmasi BKSDA kembali, satwa dilindungi harimau sumatera itu diketahui sudah keluar dari saluran air namun masih sempat berkeliaran.

Baca Selengkapnya

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

36 hari lalu

Harimau Terlihat di Pasaman Barat, BKSDA Sumatera Barat Turunkan Tim

BKSDA Sumatera Barat melaporkan adanya harimau Sumatera di bak penampung di Desa Kajai Selatan, Kecamatan Talamau, Pasaman Barat.

Baca Selengkapnya

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

45 hari lalu

Mengira Biawak, Warga Temukan Anak Buaya Berkeliaran di Tengah Sawah

Temuan anak buaya ini cukup mengejutkan warga Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Tulungagung. Dari mana asalnya?

Baca Selengkapnya

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

54 hari lalu

Empat Satwa Kunci Aceh Terancam Deforestasi

BKSDA Aceh mengkhawatirkan dampak deforestasi terhadap satwa liar. Ancaman tertinggi dihadapi empat satwa kunci di hutan Aceh.

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

54 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya