Perubahan Iklim Dapat Pengaruhi Jenis Kelamin Kura-kura  

Reporter

Senin, 19 Oktober 2015 12:09 WIB

Dua ekor penyu saling berkejaran di pantai, untuk menuju laut. Kegiatan pelepasan penyu ini dihadiri puluhan pengunjung, mereka memadati bibir pantai untuk melihat secara langsung pelepasan penyu. Isle of Palms, Carolina Selatan, 14 Mei 2015. Richard Ellis / Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Kura-kura air laut meletakkan telur-telurnya di dalam sarang-sarang bawah pasir, di mana telur menetas tanpa perlu dijaga induknya.

Suhu udara masa inkubasi bervariasi, bergantung pada kondisi lingkungan, termasuk curah hujan, sinar matahari, awan, dan jenis pasir. Suhu udara saat masa inkubasi mempengaruhi rata-rata pertumbuhan, penetasan, dan suksesnya kelahiran serta penentuan jenis kelamin embrio.

Meskipun kura-kura tempayak sudah ada lebih dari 60 juta tahun, kekeringan, hujan lebat, dan perubahan iklim mempengaruhi rasio jenis kelamin telur. Hal ini juga mempengaruhi masa depan reproduksi karena kura-kura tidak mempunyai kromosom X atau Y. Jenis kelamin mereka ditentukan selama masa perkembangan oleh lingkungan inkubasi.

Situs Sciencedaily.com melansir, kondisi yang lebih hangat akan memproduksi kura-kura betina. Sedangkan kondisi lebih dingin akan memproduksi kura-kura jantan.

Para peneliti dari Universitas Florida Atlantic baru saja menerbitkan hasil penelitian selama empat tahun terhadap efek suhu sarang kura-kura dan suhu pasir serta pada jenis kelamin telur. "Perubahan pada iklim kita juga mengubah kura-kura. Sebab, seiring dengan berubahnya temperatur sarang, maka berubah pula pola reproduksi mereka," kata Jeanette Wyneken, Ph D, profesor biologi dari FAU Charles E. Schmidt College of Science.

“Pantai tempat bertelur di sepanjang garis pantai Florida penting karena mereka memproduksi mayoritas telur kura-kura tempayak yang akan masuk ke Samudra Atlantik bagian barat laut,” ujarnya.

Kura-kura tempayak telah berjuang keras untuk hidup, mengingat hanya 1 dari 2.500-7.500 kura-kura laut yang berhasil tumbuh dewasa.

Umumnya, kura-kura tempayak akan memproduksi 105 telur setiap musim kawin dan akan menetaskan lebih dari sepuluh musim kawin dari 20-30 tahun usia hidupnya untuk menggantikannya dan kemungkinan hanya satu pasangan. Jika jumlah pejantan tidak cukup diproduksi karena perubahan iklim, akibatnya akan mengerikan bagi spesies ini.

"Jika perubahan iklim terus terjadi sehingga menyebabkan rasio jenis kelamin kura-kura tempayak berat sebelah, kita akan kehilangan perbedaan kura-kura laut. Demikian juga kemampuan keseluruhan mereka untuk bereproduksi secara efektif. Rasio jenis kelamin saat ini sudah sangat didominasi oleh betina," tutur Jeanette. "Itulah sebabnya penting untuk memahami bagaimana faktor lingkungan, khususnya suhu udara dan curah hujan, mempengaruhi rasio jenis kelamin telur."

ANTARA


Berita terkait

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

2 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

4 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

5 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

6 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

13 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

17 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

17 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

17 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

22 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya