Bendungan Alami di Lereng Merbabu Ini Terancam Ambrol  

Reporter

Jumat, 16 Oktober 2015 14:52 WIB

Sejumlah titik-titik api kebakaran hutan lereng Gunung Merbabu terlihat dari Kecamatan Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, 21 Agustus 2015. Kebakaran hutan di lereng Gunung Merbabu meliputi daerah Dukuh Bentrokan, dan Dukuh Denokan Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. TEMPO/Pius Erlangga

TEMPO.CO, Boyolali - Pemerintah Kabupaten Boyolali belum mempunyai solusi untuk mencegah kemungkinan ambrolnya Bendungan Sipendok di lereng Gunung Merbabu sisi timur.


“Medannya sangat ekstrem. Bagaimana cara membawa alat-alat ke sana kalau jalan kaki saja sudah begitu berat?” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum Boyolali, Suyono, di kantornya pada Jumat, 16 Oktober 2015.

Suyono adalah anggota tim yang mendaki ke Bendungan Sipendok pada Kamis lalu. Dia mendaki bersama sekitar 20 anggota tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Komando Distrik Militer, Kepolisian Resor, dan Relawan Merbabu Pecinta Alam Boyolali.

Bendungan Sipendok terbentuk secara alami dari batu dan tanah yang longsor dari dua bukit, yang mengapit Sungai Sipendok, yang berhulu di Sungai Serang. Bendungan dengan tinggi 100 meter dan lebar sekitar 25 meter itu hanya dapat diakses dengan jalan kaki selama sekitar 2,5 jam dari Dukuh Guwolelo dan Dukuh Ngagrong di Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, Boyolali.

Bendungan Sipendok dikhawatirkan ambrol karena tidak kuat menampung limpasan air hujan dari dua bukit yang mengapitnya. Bukit dengan ketinggian sekitar 100 meter itu kondisinya gundul akibat kebakaran hutan pada 27 September.

Saat ini, bendungan tersebut diperkirakan menampung ratusan ribu meter kubik air dengan kedalaman mencapai 35 meter. “Bukit-bukit itu tanahnya sangat labil dan sebagian sudah longsor. Materialnya berguguran hanya karena gema suara teriakan saja,” kata Suyono.

Komandan Komando Rayon Militer Ampel Kapten (Arm) Joko Priyanto mengatakan warga di sejumlah desa yang dilintasi Sungai Sipendok khawatir bendungan itu longsor saat musim hujan. “Pada 1987, pernah terjadi longsor batu-batu besar dari Sipendok. Saat itu, ada batu seukuran mobil yang menggelinding sampai Jalan Raya Sruwen, Ampel,” kata Joko.

Menurut Suyono, Bendungan Sipendok saat ini tersusun dari batuan pecah, bukan batuan bulat. “Batuan pecah itu bisa diibaratkan seperti batako. Jadi, longsoran material dari longsoran bukit yang mengapitnya justru bisa menambal celah antarbatuan pecah sehingga dapat menguatkan struktur bendungan alami tersebut,” kata Suyono.

Dari kajiannya, Suyono optimistis Bendungan Sipendok mampu bertahan dari luapan air hingga berakhirnya musim hujan 2016. “Tetapi, kami tidak dapat memastikan kondisi alam. Kami hanya bisa berharap semoga tidak terjadi apa-apa,” ujar Suyono.



DINDA LEO LISTY







Advertising
Advertising

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

8 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

16 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

41 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

45 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

46 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

46 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

46 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

47 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

51 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

58 hari lalu

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya