Peringati Suro, Adik Sultan HB X Kembali Bahas Sabda Raja  

Reporter

Editor

Grace gandhi

Kamis, 15 Oktober 2015 12:28 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X, raja Kasultanan Yogyakarta, membacakan Sabda Tama (pernyataan raja) di Bangsal Kencono, Kompleks Kraton Yogyakarta, Kamis (10/05). Dalam pernyataannya, Sultan menegaskan bahwa Kraton Yogyakarta dan Kraton Puro Pakualaman merupakan satu kesatuan yang utuh, dan bahwa Yogyakarta memiliki tata peraturannya sendiri meskipun telah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Adik tiri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Bendoro Pangeran Hario (GBPH) Prabukusumo, menjadi perwakilan keraton yang menyampaikan pengantar peringatan 1 Suro di komplek Keben Bangsal Ponconiti, Rabu petang, 14 Oktober 2015.

Di hadapan ribuan warga yang hadir, juga kerabat dan keluarga HB X, momen peringatan Suro kali ini oleh Prabukusumo digunakan untuk kembali membahas soal Sabdaraja HB X, yang sempat menjadi sumber kisruh internal keratin, antara HB X dan para adik kandung juga tirinya. (Lihat video Cara Meriahkan Tahun Baru Islam)

Prabukusumo membahas poin-poin Sabdaraja HB X yang menjadi kontroversi, terutama yang dinilai bertentangan dengan tata adat istiadat keraton turun temurun atau Paugeran. Seperti soal penghapusan gelar khalifatulah, juga soal raja laki-laki.

Sabdaraja HB X yang keluar pada pertengahan tahun ini, dituding para adik Sultan dan kerabat sebagai upaya merombak tradisi. Seperti pergantian nama Hamengku Buwono menjadi Hamengku Bawono. Juga soal upaya pergantian kekuasaan raja yang biasa dari kalangan laki-laki menjadi perempuan. Kebetulan, seluruh anak HB X perempuan.

"Penggantian paugeran itu tak boleh dilakukan, yang boleh hanya pranata (aturan teknis)," ujar Prabukusumo.

Prabukusumo kembali menyindir Sabdaraja HB X yang salah satunya hendak menghilangkan gelar khalifatullah. Menurut Prabu, arti khalifatulah sendiri, yakni umat laki-laki Islam. Khalifatullah tak lain umat laki-laki Allah yang bertugas melakukan syiar agama.

Dia menyebut pula kaum perempuan sudah diberi tugas mulia oleh Allah, yakni mengandung dan melahirkan. "Ini harus dipahami, mengganti nama tak masalah, tapi jangan gelar," ujarnya.

Saat Prabukusumo bercerita panjang lebar ihwal paugeran itu, kerabat keraton lain hanya menyimak santai, termasuk menantu Sultan yang juga anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DIY, Kanjeng Pangeran Hario Purbodiningrat.

"Tak ada yang perlu dikomentari," ujar Hario Purbodiningrat soal ceramah Prabukusumo itu.

Purbodiningrat mengatakan ia hadir sebagai perwakilan keraton atas titah sinuhun Ngarso Dalem HB X.

"Kan memang perwakilan ditunjuk laki-laki, kebetulan semua anak mantu masih di luar negeri, bekerja dan sekolah, tinggal saya," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO




Berita terkait

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

6 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

9 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

13 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

15 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

21 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

24 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

24 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

45 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

45 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

46 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya