Pelukis Djoko Pekik Bicara G30S 1965 dan Adu Domba Rakyat

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 30 September 2015 21:17 WIB

Pelukis Djoko Pekik (kiri) bersama lukisannya berjudul "Go To Hell Crocodile" di Taman Budaya Yogyakarta, 7 Juni 2014. ANTARA/Regina Safri

TEMPO.CO, Yogyakarta - Seniman yang pernah berhimpun di Sanggar Bumi Tarung, Djoko Pekik tidak tahu persis tentang keterlibatan Central Intelligence Agency terhadap peristiwa 1965. Ia menyatakan tragedi kemanusiaan itu sebagai politik pecah belah terhadap Bangsa Indonesia di tahun 1908. Caranya dengan mengadu tokoh-tokoh penting Indonesia.

Ia menilai peristiwa 1965 adalah adu domba terhadap Presiden Sukarno, Partai Komunis Indonesia, dan rakyat. Peristiwa 1965 menunjukkan bagaimana rakyat langsung diadu dengan rakyat. Buruh dan tani dipersenjatai.

Presiden Sukarno orang yang dekat dengan PKI. Partai peraih suara terbanyak urutan keempat pada Pemilihan Umum tahun 1955 itu merasa mendapat dukungan yang kuat dari Sukarno, tokoh besar yang dukungan rakyatnya besar. Di tahun 1960-an itu, dukungan rakyat terhadap PKI juga besar. Dalam rapat-rapat akbar partai menunjukkan PKI partai yang solid dan dukungannya besar. PKI merasa di atas angin sehingga lalai.

“PKI terlena. Bung Karno habis. PKI habis,” kata Djoko Pekik di rumahnya di Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 26 September 2015.

Djoko Pekik merupakan seniman Bumi Tarung yang ditangkap polisi pada 8 November 1965. Pekik ditangkap karena dianggap berhubungan dengan Lekra. Seniman-seniman Bumi Tarung kebanyakan berhimpun ke Lembaga Kebudayaan Rakyat.

Secara struktural, Lekra tidak terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Memang, sebagian besar seniman Lekra bergabung dengan PKI. Joko Pekik adalah contoh seniman Lekra yang tidak bergabung ke dalam PKI.

Joko Pekik menjelaskan Lekra terbentuk karena pada 1950 Presiden Sukarno menganjurkan semua partai memiliki lembaga kebudayaan. Lekra berdiri bukan karena perintah PKI. Pendiri Lekra adalah Amrus Natalsya. Waktu itu Lekra menjadi alat propaganda politik para seniman. Misalnya perlawanan terhadap ideologi kapitalisme.

Sanggar Seni Bumi Tarung, bermula dari sekelompok seniman muda yang juga mahasiswa Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. Sesungguhnya sanggar ini independen dari partai. Namun, sejumlah anggotanya juga berhimpun ke Lekra. Bahkan, ada juga yang secara formal menjadi anggota atau pengurus PKI. Di Sanggar Bumi Tarung, mereka kerap berkumpul untuk berdiskusi tentang seni bertema buruh dan tani. Anggota Gerakan Wanita Indonesia dan Buruh Tani Indonesia, organisasi sayap PKI juga bergabung dalam diskusi itu.

Bumi Tarung, berdiri pada 1961. Anggotanya waktu itu sebanyak sepuluh orang. Sanggar Seni ini menggunakan slogan Lekra, yakni mengabdi kepada buruh tani. Lambat laun jumlah anggota bertambah. Ada 30 seniman yang bergabung.Seniman muda Bumi Tarung yang masuk Lekra tergiur dengan propaganda dan agitasi kerakyatan. Mereka aktif menyampaikan propaganda lewat karya seni. Mereka juga punya gerakan turba (turun ke bawah) bersama buruh dan tani.

Pekik banyak melukis karya-karya anti-kapitalisme dan aktif berdemonstrasi. Karena aktivitiasnya dan kedekatannya dengan Lekra itulah yang membuatnya ditangkap dan ditahan pada 1965 hingga 1972. Ketika peristiwa 30 September 1965 pecah, Pekik berada di Jakarta. Ia berkumpul bersama sejumlah seniman Lekra di Gedung Pendidikan dan Kebudayaan, yang khusus menangani pemberantasan buta huruf di Jalan RA. Kartini No 10, Gunung Sahari, Jakarta. Waktu itu seniman-seniman Lekra sedang membuat dekorasi kota untuk penerimaan tamu negara.

SHINTA MAHARANI


Baca juga:
Kisah Salim Kancil Disetrum Tak Juga Tewas: Inilah 3 Keanehan
Tragedi Salim Kancil: Inilah Indikasi Polisi Diduga Bermain


Video Terkait:



Advertising
Advertising

Berita terkait

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

4 hari lalu

Aktivis Laporkan Pj Wali Kota Yogyakarta ke Gubernur DIY hingga Ombudsman, Ini Alasannya

Koalisi Pegiat HAM dan Anti Korupsi melaporkan Pj Wali Kota Yogyakarta Singgih Rahardjo ke Gubernur DIY, Mendagri, KPK dan Ombudsman

Baca Selengkapnya

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

11 hari lalu

Hari Kartini, Yogyakarta Diramaikan dengan Mbok Mlayu dan Pameran Lukisan Karya Perempuan

Para perempuan di Yogyakarta memperingati Hari Kartini dengan lomba lari dan jalan kaki, serta membuat pameran lukisan.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

15 hari lalu

Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.

Baca Selengkapnya

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

26 hari lalu

Mengintip Wahana Baru di Taman Pintar Yogyakarta saat Libur Lebaran

Dua alat peraga baru di Taman Pintar Yogyakarta di antaranya multimedia berupa Videobooth 360 derajat dan Peraga Manual Pump.

Baca Selengkapnya

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

30 hari lalu

Viral Karcis Parkir Resmi Ditempeli Tambahan Biaya Titip Helm, Dishub Kota Yogyakarta Bakal Bertindak

Dalam foto yang beredar, terdapat tambahan karcis tidak resmi untuk penitipan helm yang membuat tarif parkir di Yogyakarta membengkak.

Baca Selengkapnya

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

50 hari lalu

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

56 hari lalu

Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

58 hari lalu

Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.

Baca Selengkapnya

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

1 Maret 2024

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.

Baca Selengkapnya