Tambang Pasir Berdarah di Lumajang, Ada 15 Konflik Serupa

Reporter

Senin, 28 September 2015 13:47 WIB

Penambangan pasir Gunung Semeru di Curah Kobokan Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. TEMPO/David Priyasidharta

TEMPO.CO, Banyuwangi – Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur Ony Mahardika mengatakan, selama Januari-September 2015, sedikitnya ada 15 konflik sumber daya alam di Jawa Timur. “Itu data yang mengadu kepada kami. Jumlah sebenarnya mungkin lebih banyak,” kata Ony kepada Tempo, Senin, 28 September 2015.

Menurut dia, konflik tersebut merupakan imbas dari banyaknya alih fungsi lahan untuk pertambangan dan industri. Konflik sumber daya alam, antara lain, terjadi di Banyuwangi, Lumajang, dan Malang. Yang terbaru adalah kasus pembunuhan terhadap Salim alias Kancil, petani asal Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, pada Minggu kemarin. Salim dibunuh karena menolak tambang pasir Pantai Watu Pecak. “Kasus Lumajang ini paling keji,” ucapnya.

Menurut Ony, pemerintah daerah Jawa Timur telah mengeluarkan izin usaha pertambangan (IUP) kepada 378 perusahaan dengan total area konsesi seluas 86.904 hektare. Percepatan izin terjadi sejak 2011, saat pemerintah pusat memberlakukan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Keluarnya perizinan tersebut membuat kawasan Jawa Timur telah dikapling-kapling untuk pertambangan pasir besi, emas, dan panas bumi.

Konsesi pertambangan tersebut, ujar dia, sebagian besar mengancam sumber daya alam milik warga, terutama mata air dan lahan. Jadi muncullah konflik warga dengan pemilik IUP pertambangan dan pemegang kawasan industri. Untuk menghentikan laju konflik, Ony mendesak agar pemerintah mencabut semua IUP dan memulihkan kawasan pertambangan untuk kepentingan warga.

Di Banyuwangi, konflik terjadi antara petani Kampung Bongkoran, Kecamatan Wongsorejo dan PT Wongsorejo. Kordinator Organisasi Petani Wongsorejo Banyuwangi (OPWB), Yateno Subandio, menuturkan, selama 15 tahun, mereka hidup di tanah konflik. Lahan permukiman dan pertanian warga seluas 220 hektare awalnya dijadikan hak guna usaha (HGU) perkebunan randu.

Namun HGU yang sejatinya habis pada 2012 ternyata dialihfungsikan menjadi hak guna bangunan (HGB) untuk kawasan industri. “Kalau jadi kawasan industri, kami tak punya lahan untuk bertanam,” kata Yateno.

Pada 2003, salah satu petani OPWB pernah menjadi korban penembakan orang tak dikenal. Bahkan, pada awal tahun lalu, tiga petani ditangkap polisi dan dipenjarakan karena dituduh menganiaya petugas keamanan perusahaan. “Kami berharap Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banyuwangi hadir membantu petani,” ucapnya.

Ketua DPRD Banyuwangi Made Cahya Negara berujar, pihaknya sedang membentuk tim lintas komisi untuk menangani konflik petani OPWB dengan PT Wongsorejo.

IKA NINGTYAS

Berita terkait

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

1 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper Bali, Tersangka Sempat Berupaya Hilangkan Barang Bukti

Tersangka kasus mayat dalam koper di Bali berupaya menghilangkan barang bukti.

Baca Selengkapnya

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

1 hari lalu

Pembunuhan Mayat dalam Koper Terjadi Juga di Bali, Saksi Pergoki Pelaku Penuh Bercak Darah

Selain di Bekasi, kasus pembunuhan mayat dalam koper juga terjadi di Kuta, Bali

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

1 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Polisi Siapkan Tim Khusus Periksa Kejiwaan Tarsum

Tarsum mengakui telah membunuh dan memutilasi istrinya sendiri

Baca Selengkapnya

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

1 hari lalu

Terkuak, Alasan Ayah di Bekasi Hantam Anak Kandung dengan Linggis Hingga Tewas

Seorang ayah di Bekasi berinsial N, 61 tahun, menghantam anak kandungnya sendiri berinisial C, 35 tahun menggunakan linggis hingga tewas.

Baca Selengkapnya

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

1 hari lalu

Polisi Duga Suami Mutilasi Istri di Ciamis Karena Depresi Masalah Ekonomi

Polres Ciamis Jawa Barat, belum dapat memastikan motif pembunuhan dan mutilasi oleh suami ke istri di Dusun Sindangjaya.

Baca Selengkapnya

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

2 hari lalu

Ayah di Bekasi Hantam Anak dengan Linggis Hingga Tewas Gara-gara Cekcok Urusan Menantu

Keributan antara bapak dan anak di Bekasi ini dipicu urusan menantu, atau istri dari korban. Si anak minta ayannya mencari keberadaan sang istri.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

2 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Mayat Perempuan dalam Koper, Pelaku Pembunuhan dan Korban Telah Dua Kali Berhubungan Intim

2 hari lalu

Mayat Perempuan dalam Koper, Pelaku Pembunuhan dan Korban Telah Dua Kali Berhubungan Intim

Pelaku pembunuhan dan korban telah dua kali berhubungan intim. Permintaan korban untuk segera dinikahi membuat pelaku marah.

Baca Selengkapnya

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

2 hari lalu

Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Sempat Bertemu di Kantor Sebelum ke Hotel

Polisi menyatakan kronologi kasus mayat dalam koper bermula ketika pelaku bertemu korban di kantor.

Baca Selengkapnya

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

2 hari lalu

Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Potongan Tubuh Dikumpulkan di Depan Rumah Warga

Seorang suami memutilasi istrinya. Pelaku diduga mengalami gangguan jiwa.

Baca Selengkapnya