Hari Badak Internasional, Begini Cara Memotret Badak Liar

Reporter

Sabtu, 26 September 2015 07:05 WIB

Pada foto yang dirilis oleh Taman Nasional Ujung Kulon, seekor badak Jawa jantan tertangkap kamera di Taman Nasional Ujung Kulon, Jawa Barat. AP/Ujung Kulon National Park

SWA.CO.ID, Jakarta - Hari Badak Internasional yang jatuh pada 22 September lalu dirayakan oleh WWF dengan mengadakan diskusi bertajuk Fotografi Alam Liar yang berfokus pada fotografi badak.

Acara yang merupakan hasil kerja sama antara WWF dengan mahasiswa dan pengajar biologi Universitas Nasional ini tidak hanya membahas mengenai fotografi, tetapi juga membahas kelangsungan hidup badak, terutama di Indonesia.

Menurut Sunarto, Wildlife Specialist WWF Indonesia, kehidupan badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon semakin membaik dan jumlahnya baru saja bertambah menjadi 60 ekor dengan lahirnya seekor bayi badak jawa baru-baru ini.

Kelahiran bayi badak Jawa ini merupakan kabar yang sangat menggembirakan bagi pemerhati alam liar. Pasalnya, badak adalah hewan yang soliter. Mereka termasuk hewan yang pemalu dan tidak begitu sosial. Ini menyebabkan jumlah perkawinan mereka tergolong lebih jarang jika dibandingkan dengan hewan yang hidup di dalam kawanan, seperti gajah. Bahkan, badak yang sudah ditempatkan di dalam sanctuary juga terkadang masih termasuk sulit untuk melakukan perkawinan.

“Di Sumatera, kelangsungan hidup badak masih lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan di Ujung Kulon. Ada tempat cagar alam di sana yang pemburu bahkan masih bisa masuk. Belum lagi kebakaran hutan di mana-mana membuat habitat badak makin berkurang. Di alam liar, biasanya pada saat musim cempedak, itu juga adalah musim kawin badak. Ini karena saat cempedak itu berbuah dan jatuh, wanginya menarik bagi para badak. Jadi yang jantan maupun betina bisa bertemu dan makan buah itu bersama-sama. Karena buah cempedak ini kaya nutrisi dan protein, ini membuat pejantan dan betinanya jadi mudah terangsang, kawin itu mereka. Nah, kalo sekarang mana ada tempat yang mereka bisa bertemu di alam liar dalam keadaan damai dan tenang,” jelas Alain Compost, fotografer profesional alam liar.

Compost menambahkan, sanctuary memang berfungsi melindungi badak, tetapi belum tentu bisa menjamin terjadi perkawinan badak didalamnya.

Mengenai fotografi, Compost menjelaskan, sebelum menjadi fotografer alam liar seperti sekarang ini dia sempat bekerja sebagai pengurus binatang di kebun binatang di Perancis. Dia menjelaskan bahwa dulu tergerak menjadi fotografer alam liar karena merasa kasihan pada badak yang terkurung di dalam kandang. Dia pun merasa harus melakukan sesuatu untuk alam dan Compost menegaskan bahwa dengan jadi fotograferlah ia bisa memberikan kontribusi.

Alain Compost memberikan beberapa tips dalam memotret hewan di alam liar, terutama badak. “Badak memiliki mata yang rabun tapi penciumannya tajam. Kalau kita bisa memperhatikan arah angin, kita bisa dengan mudah memotret mereka. Saat memotret badak, usahakan jangan berisik karena mereka mudah terganggu, kalau merasa terancam di situ, dia memang akan lari tapi tidak jauh. Intinya, jangan sampai kita membuat kedamaiannya terganggu,” ujar Compost.

SWA.CO.ID

Berita terkait

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

30 Oktober 2023

Lumba-lumba Air Tawar Sangat Langka Mati di Tempat Baru di Sungai Amazon

Lumba-lumba air tawar yang sangat langka mati di tempat baru di sepanjang Sungai Amazon.

Baca Selengkapnya

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

28 Januari 2021

Polisi Buru Komunitas Pecinta Satwa Dalam Kasus Penjualan Hewan Langka di Bekasi

Tersangka kasus penjualan hewan langka YI mengaku mendapatkan orangutan dari temannya di komunitas pecinta satwa di media sosial.

Baca Selengkapnya

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

26 September 2019

Hewan Langka: Mirip Ikan, Ular Laut Ini Bernapas dari Dahi

Keberadaan binatang langka atau unik, Hydrophis cyanocinctus, ular laut yang bernapas dari dahinya bernama, dipublikasikan oleh The Conversation.

Baca Selengkapnya

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

7 Februari 2019

Kebun Binatang Gembira Loka Terima Bulus Jumbo Langka

Seekor bulus sepanjang 1 meter dititipkan dan dirawat di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.

Baca Selengkapnya

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

19 September 2018

Anjingnya Mati, Wanita Ini Gugat Dokter Hewan Rp 1,3 Miliar

Seorang wanita, Nadhila Utama, mengajukan gugatan perdata Rp 1,3 miliar terhadap dokter hewan ke Pengadilan Tangerang karena anak anjingnya mati.

Baca Selengkapnya

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

6 Maret 2018

Kisah Harimau Sumatera yang Mati Dibunuh Warga Mandailing Natal

Harimau Sumatera yang mati ditombak warga di Mandailling Natal ternyata sudah tak utuh lagi. Beberapa bagian tubuh Harimau Sumatera itu hilang.

Baca Selengkapnya

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

28 Januari 2018

Diburu di Tasikmalaya, Aktivis Bebaskan Kukang Jawa Hasil Rehab

Pada peringatan Hari Primata Indonesia, IAR akan melepasliarkan 15 ekor kukang jawa di Gunung Sawal, pada Selasa 30 Januari 2018.

Baca Selengkapnya

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

7 Juli 2017

Nelayan Temukan Lumba-lumba Langka Berkepala Dua

Sekelompok nelayan menemukan bayi porpoise (mamalia mirip lumba-lumba) berkepala dua.

Baca Selengkapnya

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

26 Juni 2017

Bayi Lutung Perak Ini Bakal Jadi Pusat Perhatian Baru di Ragunan

Bayi lutung perak berusia 1 bulan ini masih disusui induknya dan bakal berubah warna dalam setahun.

Baca Selengkapnya

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

11 Mei 2017

30 Kukang Hasil Sitaan Dibebaskan di Gunung Ciremai

Sebanyak 30 kukang hasil sitaan dari pedagang online akhirnya dikembalikan ke alam liar BBKSDA wilayah Jawa Barat di Taman Nasional Gunung Ciremai.

Baca Selengkapnya