Yogya Gelar Pesta Sains, Bicarakan Perubahan Iklim  

Reporter

Selasa, 22 September 2015 17:35 WIB

Pengunjung antri di depan sebuah wahana di Taman Pintar Yogyakarta, (Selasa, 23/06). Tempo/Arif Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kota Yogyakarta menjadi salah satu kota terpilih untuk menghelat Pesta Sains 2015 bertema Perubahan Iklim. Acara berupa pameran yang berlangsung mulai 21 September hingga 4 Oktober 2015 itu dipusatkan di wahana keluarga Taman Pintar Yogyakarta.

Pesta Sains merupakan hasil kerja sama Kedutaan Besar Perancis dengan seluruh jaringan kerjasama kebudayaan di Indonesia (Institut Francais dan Alliances Francaises). Pameran di Yogyakarta merupakan rangkaian kegiatan serentak yang dilangsungkan sejak Agustus sampai Desember mendatang dengan kota berbeda seperti Surabaya, Bandung dan Jakarta.

Taman Pintar mendapat jatah berupa pameran interaktif bertajuk Iklim Berubah dan Kita?. Materi pameran disiapkan sebuah lembaga asal Perancis, Espace Mendes France, yang merupakan pusat sains, teknik dan industri yang berbasis di Kota Poitiers berkolaborasi dengan Meteo-France dan Universite de Poitiers.

“Pameran ini semakin melengkapi sejumlah wahana pembelajaran tentang iklim yang selama ini sudah dimiliki Taman Pintar,” ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Pintar, Yunianto Dwi Sutono, Senin, 21 September 2015.

Dalam pameran itu pengunjung bisa menyaksikan sejumlah video, foto, maket, alat peraga dan panel penjelasan dalam bahasa Indonesia. Salah satunya video yang menjelaskan pemetaan dan perkembangan area bumi yang terdampak akibat efek pemanasan global yang mkain parah karena polusi dan kerusakan lingkungan.

Yunianto menuturkan, pameran keliling dunia bertema sama yang sebelumnya dihelat di Chile, Maroko, dan sekitar 40 institusi lainnya di Perancis itu sangat mendukung keberadaan Zona Cuaca, Iklim dan Gempa Bumi yang telah dimiliki Taman Pintar. “Dengan tujuan sama, mengkampanyekan pentingnya keseimbangan dan kelestarian lingkungan untuk mengantisipasi bencana bagi manusia,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Yogyakarta Halik Sandera mengakui sampai sekarang kampanye untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim, cukup sulit mendapatkan respon publik.

“Agar efektif, warga perlu mendapat teladan dari adanya penegakan regulasi soal lingkungan baik yang diterbitkan pemerintah daerah sampai pusat,” ujar Halik. Halik menuturkan, sejak munculnya istilah fenomena efek rumah kaca, negara-negara industri penghasil polusi karbon besar memberikan donasi bagi negara berkembang sebagai kompensasi.

“Namun negara-negara itu tak menghentikan tindakannya dan terus menyumbang polusi dalam skala besar yang merusak bumi, pemerintah pusat dan daerah bisa membentuk regulasinya guna mengendalikan polusi itu agar tak terjadi,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

2 hari lalu

Sampah Menyebar di Beberapa Titik Jalan usai Libur Panjang, Begini Pengolahan Limbah di Yogyakarta

Sampah yang masuk ke TPS 3R Nitikan Yogyakarta akan diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).

Baca Selengkapnya

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

4 hari lalu

Tragedi SMK Lingga Kencana, Pemkot Yogyakarta Ungkap Syarat Ketat Study Tour

Salah satu syarat study tour adalah pemilihan bus atau kendaraan, usianya tak boleh lebih dari enam tahun dan harus lolos uji KIR.

Baca Selengkapnya

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

4 hari lalu

Usai Libur Panjang, Yogyakarta Diwarnai Sejumlah Aksi Ricuh Konvoi Lulusan Sekolah

Aksi ricuh pelajar yang masih berseragam sekolah itu membuat lalu lintas di sejumlah Kota Yogyakarta tersendat.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

9 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

10 hari lalu

Masalah Sampah di Yogyakarta Tak Kunjung Tuntas, Sultan Beri Pesan Ini ke Kepala Daerah

Yogyakarta sebagai destinasi wisata turut tercoreng oleh masalah sampah yang belum terselesaikan setelah TPA Piyungan tutup.

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

11 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

14 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

16 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

17 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

17 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya