AMAN Curiga Dokumen Perubahan Iklim Disusun Carbon Cowboy  

Reporter

Selasa, 15 September 2015 07:20 WIB

Kawasan Hutan Taman Nasional Kutai daerah Kaba, Kalimantan Timur. TEMPO/ Rizal Effendi

TEMPO.CO , Jakarta: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) kecewa dengan kertas posisi terhadap draft final Intended Nationally Determined Contribution (INDC) Pemerintah Indonesia.

"Draft itu mengingkari masyarakat adat di Indonesia dengan tidak menggunakan istilah indigenous peoples sebagaimana tertuang dalam Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat," kata Sekjen AMAN Abdon Nababan dalam konferensi pers di Jakarta, 14 September 2015.

INDC merupakan dokumen komitmen negara-negara di dunia untuk mengatasi perubahan iklim pasca tahun 2020. Dokumen ini harus disampaikan ke The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada bulan Oktober, atau sebelum penyelenggaraan Conference of Party 21 di Paris pada awal Desember 2015.

Sejak awal 2015, Bappenas menyusun dokumen INDC dengan mengundang sejumlah pakar, perguruan tinggi dan kementrian/lembaga. Namun dua pekan lalu, Dewan Pengarah Perubahan Iklim, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang diketuai Sarwono Kusumaatmadja menyusun kembali dokumen itu.

Pada 31 Agustus 2015, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Utusan Khusus Bidang Perubahan Iklim Rachmat Witoelar, dan Sarwono Kusumatmadja menemui Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Mereka menyerahkan draft INDC itu kepada Preisden.

Dalam dokumen itu, tidak ada sebutan indigenous peoples, yang ada adalah adat communities. Abdon Nababan menjelaskan ini kemunduran dan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Pemerintah Indonesia belum sepenuhnya mengakui hak-hak komunitas masyarakat adat. Kalau memang demikian, kata Abdon, AMAN bakal terus berkonflik dengan pemerintah ketika membahas soal perubahan iklim

Menurut Abdon, pendekatan adat communities adalah individu sedangkan indigenous peoples adalah komunitas. Dalam dokumen letter of intent antara Norwegia dan Indonesia (yang ketika itu ditandatangani Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa) ditegaskan soal peran indigenous peoples. Kesepakatan dua negara yang ditandangani tahun 2010 ini terkait pengurangan emisi gas rumah kaca dari deforestrasi dan degradasi hutan.

Abdon menilai penyusun dokumen INDC ingin mengarahkan dan mengkerdilkan masyarakat adat ke dalam hak-hak individual. Selain itu, bukan lagi sebagai pelaku REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation atau pengurangan emsisi dari deforestasi dan degradasi hutan).

Ada upaya terselubung, katanya, seluruh program REDD+ hanya dilakukan perusahaan swasta atau korporasi yang ingin berbisnis karbon hutan. Pengusaha dalam dan luar negeri ini antre mengajukan izin ke pemerintah melalui skema restorasi ekosistem. "Saya curiga carbon cowboy atau pebisnis karbon ini berada di balik tim penyusun INDC," katanya.

Menteri Siti Nurbaya menjelaskan dalam dokumen INDC yang disusun melibatkan stakeholders, ada perubahan proporsionalitas penurunan emisi. Jika sebelumnya 26 persen dengan usaha nasional sendiri atau 41 persen dengan dukungan global, maka pada sekitar 2030, Indonesia akan menurunkan emisi 29 persen. “Maka 2030 kita proyeksikan akan besar di sector energi,” katanya.

Sarwono Kusumaatmadja menjelaskan posisi Indonesia memang unik dalam perubahan iklim ini. Kita, kata mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup ini, bukan hanya sebagai korban, tapi sebagai pihak yang menentukan sukses atau tidaknya dunia melakukan stabilisasi iklim ini.

Rachmat Witoelar menjelaskan dokumen INDC nantinya akan dikembalikan kepada masing-masing negara. "Karena itu kita harus berhati-hati dalam menghitungnya,” ujar Rachmat, mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup.

UNTUNG WIDYANTO

Berita terkait

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

19 jam lalu

Tertarik Pengelolaan Air di Proyek IKN, Pemerintah Belanda Kumpulkan LSM-LSM

Pemerintah Belanda mengumpulkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk meminta pandangan mereka tentang proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

1 hari lalu

Cegah Krisis Iklim, Muhammadiyah Luncurkan Program 1000 Cahaya

Program ini berupaya membangun 'Green Movement' dengan memperbanyak amal usaha Muhammadiyah untuk mulai memilah dan memilih sumber energi bersih di masing-masing bidang usaha.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

4 hari lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

6 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

7 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

8 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

15 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

19 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

19 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya