Di Boyolali, Air Bersih Dijual Rp 500 Ribu Per Tangki

Reporter

Kamis, 10 September 2015 18:33 WIB

Kekeringan melanda sejumlah desa di KabupatenTegal, karena hujan sudah tidak mengguyur sejak sekitar dua bulan lalu. Suradadi, Tegal, 30 Juni 2015. TEMPO/Dinda Leo Listy

TEMPO.CO, Boyolali - Jauhnya lokasi daerah yang mengalami kekeringan serta beratnya medan yang harus ditempuh menyebabkan ongkos pengiriman bantuan air bersih di Kabupaten Boyolali membengkak hingga Rp 300-500 ribu per tangki. Setiap tangki berkapasitas 5.000 liter.

“Padahal harga air bersih per tangki kurang dari Rp 100 ribu,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali Nur Khamdani di kantornya, Kamis, 10 September 2015. Nur mengatakan biaya pengiriman bantuan air bersih paling mahal untuk Kecamatan Juwangi yang mencapai Rp 500 ribu per tangki.

Sebab, jarak kecamatan yang berada di ujung utara itu sekitar 95 kilometer dari Kabupaten Boyolali. Kondisi jalannya sarat tanjakan dan tikungan. Untuk sekali jalan, berangkat dan pulang, satu mobil tanki membutuhkan bahan bakar sekitar 40 liter. “Masih ditambah ongkos sopirnya dan biaya lain-lain,” katanya.

Sedangkan untuk Kecamatan Musuk, yang berada di lereng Gunung Merapi sisi timur, pengiriman air bersih per tangki menghabiskan biaya Rp 120-150 ribu. Nur mengatakan, setiap memasuki musim kemarau, sekitar 75 persen wilayah Boyolali mengalami kekeringan. Namun hanya 42 desa dari enam kecamatan yang benar-benar dilanda krisis air bersih.

Enam kecamatan yang berada di daerah dataran tinggi itu adalah Musuk, Wonosegoro, Kemiri, Juwangi, Karanggede, dan Ngandong. Musuk terbilang paling parah karena sama sekali tidak memiliki sumber mata air. Kondisinya berbeda jauh dengan Selo dan Cepogo, dua kecamatan di bawah lereng Gunung Merbabu yang kaya sumber mata air.

“Totalnya ada 3.694 keluarga atau sekitar 11.900 orang yang sejak Agustus lalu membutuhkan bantuan air bersih,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali Purwanto. Sejak awal Agustus hingga 7 September, Purwanto berujar, sudah ada 323 tangki yang didistribusikan ke 42 desa yang kekeringan.

Menurut Purwanto, mahalnya ongkos transportasi bukanlah kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Boyolali untuk mendistribusikan bantuan air bersih. “Soal anggaran, cukuplah. Yang jadi masalah itu jumlah armada tangki yang terbatas (kurang dari sepuluh truk),” katanya.

Di samping itu, sebagian besar desa juga belum memiliki bak penampungan air. Walhasil, proses pemberian bantuan memakan waktu lama karena air bersih dari tangki harus disalurkan ke ember atau jeriken satu per satu.

Karena Boyolali sering mengalami kekeringan tiap tahun, BPBD mengusulkan kepada pemerintah daerah agar diadakan bak penampungan air di tiap dukuh atau desa. “Jadi lebih efisien waktu. Setelah memindahkan air ke bak di desa, truk tangki bisa segera kembali mengambil air,” kata Nur.

DINDA LEO LISTY

Berita terkait

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

36 hari lalu

Kominfo Siapkan Jaringan dalam World Water Forum, Harapkan Solusi Pengelolaan Air

Kominfo bertugas memastikan jaringan telekomunikasi di Forum Air Sedunia pada 18-25 Mei 2024 di Bali.

Baca Selengkapnya

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

42 hari lalu

Kajian Peneliti BRIN Ihwal Kekeringan Ekstrem di Kalimantan, Greenpeace: Dipicu Deforestasi

Wilayah yang paling terdampak risiko kekeringan ekstrem, adalah Ibu Kota Negara atau Nusantara.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

46 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

48 hari lalu

Imbas Banjir dan Longsor, 874 Hektare Sawah di Jawa Barat Gagal Panen

Bencana akibat krisis iklim membuat 874 Ha sawah di Jawa Barat gagal panen pada musim tanam 2023/2024. Lahan tergerus banjir, kering, dan longsor.

Baca Selengkapnya

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

59 hari lalu

Destinasi Liburan di Spanyol Ini Terancam Mengalami Kekeringan

Kepulauan Canary, khususnya Pulau Tenerife, di Spanyol menghadapi kekeringan parah yang semakin memburuk,

Baca Selengkapnya

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

29 Februari 2024

Selain Indonesia, Ini Daftar Negara Lain yang Masih Alami El Nino

Berbagai pihak menyebut fenomena El Nino masih akan berlanjut. Berikut ini daftar negara yang masih mengalami El Nino, selain Indonesia.

Baca Selengkapnya

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

8 Februari 2024

Meski El Nino Melemah, Tren Bulan-bulan Terpanas Tak Patah di Januari 2024

Walau fenomena El Nino sudah melemah, peningkatan suhu permukaan laut global masih tercatat tinggi dan melampaui rekor global.

Baca Selengkapnya

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

24 Januari 2024

Jokowi Beri Bantuan Rp 8 Juta per Hektare ke Petani Korban El Nino, Begini Penjelasan BNPB

BNPB memberi penjelasan soal bantuan Jokowi sebesar Rp 8 juta per hektare yang diberikan untuk petani terdampak banjir dan El Nino.

Baca Selengkapnya

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

5 Januari 2024

BMKG Prediksi 5 Wilayah Indonesia Kekeringan di 2024 akibat Curah Hujan Rendah

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi di tahun 2024 curah hujan berada di kondisi normal.

Baca Selengkapnya

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

22 Desember 2023

Kajian Save the Children, Kekeringan dan Rawan Pangan Ancam Anak di Indonesia Timur

Banyak anak di daerah yang terdampak itu mengalami infeksi saluran pernapasan akut selama kekeringan berkepanjangan.

Baca Selengkapnya