Polisi Jadi Incaran Rekrutmen Teroris

Reporter

Editor

Zed abidien

Kamis, 27 Agustus 2015 15:30 WIB

Petugas kepolisian berjaga di ring tiga lokasi penggerebekan teroris di Jl Hasan Hasan Rt05/ Rw07, Kampung Sawah Lama, Ciputat, Tangerang Selatan, (31/12). Tempo/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Malang - Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Achmad Basarah, mengatakan saat ini pelaku terorisme mengincar aparat kepolisian untuk bergabung dan melakukan aksi terorisme. Polisi yang awalnya disersi atau meninggalkan tugas ternyata bergabung dengan jaringan terorisme.

"Ada sejumlah polisi yang terlibat terorisme. Teroris melakukan berbagai cara dan modus," kata Achmad Basarah dalam dialog penanggulangan terorisme di Universitas Brawijaya, Malang, Kamis, 27 Agustus 2015.

Jika polisi saja bisa terpengaruh, menurut Achmad, elemen lain juga harus dilibatkan dalam menangkal gerakan terorisme. Basis intelektual menjadi modal teroris untuk memperkuat jaringannya. "Polisi yang ditempa dengan ideologi dan mental yang kuat saja jebol, apalagi mahasiswa," ujarnya.

Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigadir Jenderal Hamidin menegaskan bahwa program deteksi dini dan penangkalan terorisme seharusnya melibatkan semua pihak. Termasuk aparat kepolisian, pemerintah daerah, dan perguruan tinggi. "Polisi punya program deteksi dini dan penangkalan terorisme," ujarnya.

Gerakan dan jaringan terorisme terus berubah, termasuk menggunakan teknologi canggih, seperti senjata kimia, biologi radiologi, dan nuklir. Pelaku terorisme mengakses informasi mengenai penggunaan senjata berbahaya tersebut melalui Internet. "Semakin berbahaya. Mereka mudah mengakses senjata berbahaya," tuturnya.

Untuk mencegah itu, dilakukan kerja sama dan penanganan bersinergi dengan TNI Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan Angkatan Udara. "Jika ada pembajakan pesawat, TNI Angkatan Udara bergerak; ada teroris di laut, diturunkan TNI Angkatan Laut; dan serangan di darat dibantu TNI Angkatan Darat," ucapnya.

Model serangan terorisme juga berubah. Jika sebelumnya serangan bom bunuh diri dengan sasaran korban lebih besar, kini mereka menargetkan mengebom 2.000 gereja karena balas dendam muslim di Poso dan bom di Kedutaan Besar Filipina untuk membalas dendam setelah kamp latihan Jamaah Islamiyah dihancurkan.

"Sekarang polisi juga menjadi incaran teroris," kata Hamidin. Dengan demikian, penanganan dan penangkalan terorisme juga berubah. Sebelumnya, pada Orde Lama dan Orde Baru, digunakan pendekatan militeristis. Namun pendekatan kekerasan ini justru menimbulkan kelompok baru terorisme. Jadi, sejak Reformasi, dilakukan pendekatan hukum. "Termasuk usaha deradikalisasi agar tak kembali melakukan tindakan teror."

EKO WIDIANTO

Berita terkait

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

2 jam lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

15 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

16 jam lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

22 jam lalu

Soal Kematian Brigadir RAT, Kompolnas Ungkap Sejumlah Kejanggalan

Kompolnas menilai masih ada sejumlah kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir RAT.

Baca Selengkapnya

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

1 hari lalu

Kata Komnas HAM Papua soal Permintaan TPNPB-OPM Warga Sipil Tinggalkan Kampung Pogapa: Wajar Demi Keselamatan

Komnas HAM Papua menyatakan permintaan TPNPB-OPM bukan sesuatu yang berlebihan.

Baca Selengkapnya

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

1 hari lalu

Korlantas Polri Tegaskan Pelat Dinas Berkode ZZ Harus Patuhi Aturan Ganjil Genap

Korlantas Polri memastikan pelat nomor khusus kendaraan dinas berkode 'ZZ' harus tetap mematuhi aturan ganjil genap.

Baca Selengkapnya

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

1 hari lalu

Korlantas Ungkap Banyak Lembaga Negara Buat Pelat Dinas Tapi Tak Tercatat di Database Polri

Korlantas Polri mengungkap, terdapat banyak lembaga negara yang membuat pelat kendaraan dinas dan STNK khusus sendiri.

Baca Selengkapnya

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

1 hari lalu

Komnas HAM Inisiasi Penilaian untuk Kementerian dan Lembaga, Ini Kategori Hak yang Dinilai

Komnas HAM menggunakan 127 indikator untuk mengukur pemenuhan kewajiban negara dalam pelaksanaan HAM.

Baca Selengkapnya

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

1 hari lalu

TNI-Polri Bahas Penyalahgunaan Plat Kendaraan hingga Konflik Antaranggota

Yusri juga berharap, TNI dan Polri memiliki frekuensi yang sama dalam mengatasi berbagai permasalahan itu.

Baca Selengkapnya

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

1 hari lalu

TPNPB Klaim Tembak Mati Empat Anggota TNI-Polri dan Bakar Sekolah di Enarotali

TPNPB-OPM menyatakan menembak empat anggota aparat gabungan TNI-Polri. Penembakan itu terjadi pada Rabu, 1 Mei 2024. Keempat orang itu ditembak saat mereka sedang berpatroli.

Baca Selengkapnya