Kerabat Keraton Yogyakarta Menolak Netral pada Pilkada

Reporter

Selasa, 18 Agustus 2015 20:03 WIB

Wakil gubernur DI. Yogyakarta, KGPAA Paku Alam IX berbincang dengan adik Sultan, KGPH Prabukusumo saat melangsungkan ritual Ngabekten kepada raja jawa Sri Sultan Hamengkubuwono X di Bangsal Kencono, Keraton Yogyakarta, Kamis (8/8). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kerabat Keraton Yogyakarta, Gusti Bendoro Pangeran Hario Prabukusumo menyatakan pihaknya secara pribadi tak akan bersikap netral dalam pemilihan kepala daerah serentak yang akan dihelat di Yogyakarta Desember 2015.

“Keraton sebagai institusi netral, tapi sebagai pribadi kami mungkin tidak netral,” ujar Prabukusumo kepada Tempo usai menghadiri diskusi edisi khusus Majalah Tempo Teladan Sultan Hamengku Buwono IX Selasa, 18 Agustus 2015.

Adik tiri Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X itu menuturkan, jika pada pilkada Kota Yogyakarta 2011 silam kerabat keraton sebagian besar mendukung pasangan Haryadi Suyuti-Imam Priyono yang mendukung opsi penetapan gubernur-wakil gubernur sebagai bagian keistimewaan DIY. Kini isu utama yang diusung soal paugeran keraton. “Saya pribadi akan mendukung partai-partai atau kandidat yang tetap menghormati paugeran sebagai benteng tata istiadat keraton Yogya secara turun temurun,” ujarnya.

Ihwal paugeran keraton ini menjadi isu hangat setelah munculnya dua sabda dari Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X medio Mei lalu. Sabda raja yang dikeluarkan HB X dianggap hampir seluruh kerabat keraton menyalahi paugeran. Karena memuat opsi penggantian gelar jabatan raja hingga tudingan dugaan penerusan tahta bagi keturunan perempuan.

Melalui Sabda Raja Sultan HB X juga menangkat putri sulungnya sebagai putri mahkota dan mengganti gelarnya dari Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pembayun menjadi GKR Mangkubumi. Kerabat keraton pun terbelah menjadi dua kubu, antara yang setuju dengan Sabda Raja dan menolak.

Meski akan mendukung kandidat dan partai yang mendukung paugeran, namun Prabukusumo belum mau mengungkapkan siapa saja mereka yang hendak didukung kerabat keraton. Prabukusumo juga belum memutuskan bilamana ia didapuk menjadi juru kampanye untuk salah satu kandidat.

“Tunggu tanggal mainnya, yang jelas saya akan mendukung yang mendukung paugeran dijaga, “ujarnya.

Menurut Prabu, paugeran keraton tak hanya melingkupi seputar tata adat istiadat di keraton saja, namun mewakili nilai-nilai cultural yang selama ini menjadi panutan masyarakat. “Sehingga kepala daerah juga perlu menghargainya sebagai warisan budaya,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Berita terkait

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

20 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

51 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

52 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

52 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.

Baca Selengkapnya