Misteri 3 Hari Semeru: Raib, Tertimpa Batu, dan Patah Kaki
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Kamis, 13 Agustus 2015 10:23 WIB
TEMPO.CO, Lumajang - Peristiwa demi peristiwa tragis terjadi dalam kegiatan pendakian di puncak Mahameru, Gunung Semeru, Jawa Timur, dalam tiga hari terakhir ini. Mulai dari kejadian pendaki hilang, tewas, patah tulang, hingga hipotermia.
Berdasarkan data yang dihimpun Tempo, terdapat empat kecelakaan yang menimpa para pendaki gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut itu.
Kejadian pertama adalah ketika seorang pendaki asal Bogor bernama Daniel Saroha raib seusai turun dari puncak Mahameru, Rabu, 12 Agustus 2015. Daniel, 31 tahun, warga Kampung Bojong Jengkol, Desa Cilebut Barat, Bogor, mendaki bersama 20 orang anggota rombongan pada Sabtu pekan lalu, 8 Agustus 2015. Namun ia terpisah dari rombongan sejak Senin siang.
Hingga Rabu malam, Daniel belum ditemukan. Dia terakhir tampak di batas vegetasi. Untuk mencari keberadaan pendaki tersebut tim SAR Kabupaten Lumajang melakukan penyisiran dari Tawon Songo sejak Rabu pagi. Operasi SAR secara terbuka mulai digelar Kamis pagi ini, 13 Agustus 2015. (Baca: Tim SAR Lacak Pendaki Hilang, Jalur ke Puncak Semeru Ditutup)
Peristiwa kedua menimpa pendaki perempuan bernama Dania Agustina Rahman, 19 tahun. Warga Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu meninggal setelah tertimpa batu pada Rabu pagi. Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Ayu Dewi Utari mengatakan korban kejatuhan batu berukuran diameter 80 sentimeter di 200 meter sebelum puncak Mahameru.
Korban mengalami luka di bahu kiri serta belakang telinga. Jenazah korban dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Umum dr Haryoto, Lumajang, Rabu malam.
Kejadian berikutnya menimpa M. Rendika, 20 tahun, warga Desa Kenanga Baru, Kecamatan Pecut Sei Tuan, Deliserdang, Medan, Sumatera Utara. Rabu malam, pukul 20.20 WIB, korban dirujuk ke RS Saiful Anwar, Malang, karena mengalami patah kaki.
Pendakian di Gunung Semeru sebenarnya dibatasi hingga Kalimati. Hal ini berdasarkan hasil rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi dengan tujuan agar pendaki tidak melewati batas bahaya.
DAVID PRIYASIDHARTA
VIDEO TERKAIT: