Pengukuhan Prabukusumo: Gawat, Kini Yogya Punya Dua Raja?

Reporter

Selasa, 14 Juli 2015 07:59 WIB

Sri Sultan Hamengku Bawono (kanan) bersama dengan istri GKR Hemas (kedua dari kanan) pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Jumenengan Dalem adalah peringatan akan peristiwa naik tahta Sultan HB X di keraton Yogyakarta. TEMPO/Pius Erlangga.

TEMPO.CO, Yogyakakarta -Pengukuhan Gusti Bendara Pangeran Haryo Prabukusumo sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono XI oleh sekelompok orang yang menamakan diri Paguyuban Trah Ki Ageng Giring-Ki Ageng Pemanahan pada Ahad lalu ditentang banyak pihak. Penghageng Tepas Dwarapura Keraton Yogyakarta, Kanjeng Raden Tumenggung Jatiningrat, mengatakan pengukuhan tersebut tak lebih dari upaya adu domba.

“Kalau ada yang menobatkan Gusti Prabu sebagai raja tanpa kehadirannya, kan jadi tanda tanya. Maksudnya apa?” tanya cucu Hamengku Buwono VIII yang biasa disapa Romo Tirun itu saat ditemui Tempo di Tepas Dwarapura Keraton, 13 Juli 2015.

Dia mempertanyakan tempat pengukuhan yang bukan di Sitihinggil keraton, melainkan di petilasan Keraton Ambarketawang di Kecamatan Gamping, Sleman. “Unsur-unsur memecah-belah dan mengadu domba sudah tampak,” ucap Romo Tirun.

Baca juga:
Heboh Pohon Uang, Duit Rp 2,6 M Mendadak Jatuh Bak Daun!
Majikan Tergoda Rayuan Pembantu, Rp 51 Juta Raib

Romo menyatakan tidak mengenal paguyuban Trah Ki Ageng Giring-Ki Ageng Pemanahan serta pemimpinnya, Satrio Djojonegoro. Menurut Romo Tirun, semua keluarga keraton adalah keturunan Ki Ageng Pemanahan. Lantaran anaknya, yaitu Panembahan Senopati, adalah Hamengku Buwono I, yang selanjutnya menurunkan raja-raja Keraton Yogyakarta “Lha, ini yang mengukuhkan malah muda-muda. Siapa mereka?” ujarnya.

Pihak di luar keraton juga menentang pengukuhan Prabukusumo tersebut. Aktivis Sekretariat Bersama (Sekber) Keistimewaan, Agung Nurharjanto, menilai penobatan tersebut bisa membuat konflik di keraton kian meruncing. Sekber Keistimewaan menuding kelompok tersebut sengaja ingin memperkeruh suasana. “Mereka orang yang tak punya otoritas apa pun soal penobatan, kami tak pernah kenal orang-orang ini,” ujar Agung.

Selanjutnya: Komandan organisasi...


Berita terkait

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

50 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

51 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

27 Februari 2024

Mengenal Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta untuk Sambut Ramadan

Tradisi Ngapem Ruwahan di Yogyakarta mengajak saling memaafkan dan persiapan mental sebelum ibadah puasa Ramadan.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

12 Februari 2024

Yogyakarta Gelar Tradisi Labuhan Gunung Merapi dan Pantai Parangkusumo

Upacara adat yang digelar Keraton Yogyakarta ini merupakan tradisi ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan alam

Baca Selengkapnya

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

11 Februari 2024

Menelusuri Lokasi Serbuan Tentara Inggris ke Keraton Yogyakarta, Ini Jadwal dan Tiketnya

Dua abad lalu, Keraton Yogyakarta pernah dijarah tentara Inggris, tapi keraton tidak hancur dan mash bertahan sampai saat ini.

Baca Selengkapnya

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

7 Februari 2024

Momen Alam Ganjar Bareng Cucu Sultan HB X Berwisata Keliling Keraton Yogyakarta

Alam Ganjar menuturkan lawatan ke Keraton Yogyakarta ini menjadi kunjungannya kembali setelah sekian lama tak menyambanginya.

Baca Selengkapnya