Pesantren Millinium Bantah Telantarkan Santri
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Selasa, 7 Juli 2015 21:03 WIB
TEMPO.CO, Sidoarjo - Pengasuh Pondok Pesantren Millinium Rodlotul Jannah, KH Muhammad Khoirul Saleh Efendi atau biasa dipanggil Gus Mad, membantah telah menelantarkan santri-santrinya, terutama santri balita. Tuduhan itu disebutnya ramai datang setelah sebuah foto seorang perempuan memandikan santri balita dengan cara yang tidak wajar beredar di situs jejaring sosial.
Foto tersebut mendapat respons negatif dari netizen. Sebagian besar menuduh Gus Mad menelantarkan santri balitanya tersebut.
Menurut Gus Mad, foto yang tersebar di dunia maya itu merupakan foto yang diambil pada 2010. "Perempuan yang memandikan itu adalah ibu si balita sendiri," katanya kepada wartawan di Ponpes Millinium, Desa Tenggulunan, Kecamatan Candi, Sidoarjo, Selasa, 7 Juli 2015.
Gus Mad bercerita, dulu perempuan itu hamil di luar nikah dan bersedia merawat anaknya di pondok pesantren yang diasuhnya itu. Karena kehamilan dan kehadiran si anak tidak diterima masyarakat, menurut Gus Mad, si ibu sempat punya pikiran mengakhiri hidup si anak. "Si anak saat ini sudah masuk kelas 0 besar taman kanak-kanak," katanya.
Gus Mad berharap orang yang menyebarkan foto tersebut dibukakan hatinya dan mau mengetahui keadaan sebenarnya santri di pesantrennya. "Justru sejak awal saya ingin Pondok Millinium ditempati anak-anak telantar," kata Gus Mad, yang mengaku masa kecilnya sama dengan santri-santrinya.
Sementara itu, saat disinggung ihwal kabar bahwa dia melarang orang lain mengadopsi santri-santrinya, dia beralasan kebanyakan orang hanya mengadopsi santri yang normal, tampan, dan cantik. "Sedangkan yang tidak normal tidak ada yang mau," katanya.
Ponpes Millinium berdiri pada 1989. Untuk menghidupi santri-santrinya, Gus Mad mengaku tidak pernah mencari sumbangan, tapi donatur datang sendiri ke ponpesnya. Sampai saat ini ada sekitar 200 lebih santri bayi, balita, dan remaja dengan dominasi santri balita.
Di pondok pesantren ini pula puluhan santri balita diberi nama unik, yakni mengambil nama para tokoh dalam maupun luar negeri. Sebut saja Megawati, Prabowo, dan Obama. "Jokowi dulu ada, tapi sudah meninggal ketika masih umur beberapa hari," kata Mahmudi, santri pengasuh.
NUR HADI