Niat Terakhir Penderita Kanker Ganas: Menggembala Kambing  

Reporter

Editor

Kurniawan

Jumat, 19 Juni 2015 05:54 WIB

Cepi Wahdan, penderita tumor akut warga Desa Pasir Jambu, Purwakarta, Jawa Barat, menerima bantuan tiga ekor kampung dan uang tunai dari Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, 18 Juni 2015. TEMPO/Nanang Sutisna

TEMPO.CO, Purwakarta - Cepi Wahdan, 12 tahun, warga Kampung Cisuren, Desa Pasir Jambu, Kecamatan Maniis, Purwakarta, Jawa Barat, tampak duduk bersila di atas gelaran tikar yang sudah lusuh di ruang tengah rumah neneknya, Ijah, yang berukuran 7 x 6 meter dan baru setengah jadi itu.

Bagian kepalanya yang ditutupi peci hitam butut terus ditekuknya. Mukanya, yang penuh bintik hitam, juga terus "disembunyikannya". Mulutnya tak henti berkomat-kamit memanjatkan doa di hari pertama Ramadan yang penuh hikmah.

Ia tak sedang sedih, melainkan merasa rendah diri karena memiliki wajah dan sekujur tubuhnya yang tak jamak. "Dia malu karena sekujur tubuhnya ditumbuhi bintik-bintik hitam," kata ayahnya, Opa, ketika ditemui Tempo, Kamis, 18 Juli 2015.

Bintik hitam itu mulai tumbuh sejak usianya masih tiga tahun. "Awalnya dia menderita turuwisen (benjolan kecil di bagian bibir mata kiri), tapi tak keburu diobati, kemudian panas sekujur tubuhnya dan langsung muncul bintik-bintik hitamnya itu," Opa mengisahkan.

Opa mengaku sudah mengobati anak keempat dari lima saudara itu ke beberapa puskesmas dan rumah sakit, termasuk melakukan pengobatan alternatif. Tetapi, tak ada hasilnya. Akhirnya ia angkat tangan karena kehabisan biaya.

Hingga Cepi menginjak usia 10 tahun, pangkal penyakit bernama turuwisen yang dideritanya itu terus membengkak hingga berdiameter 10 sentimeter. Bintik-bintik hitamnya pun makin menjalar ke mana-mana dan terasa gatal dan perih jika terkena keringat.

Keluarganya nyaris putus asa. Tetapi, pada tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Purwakarta turun tangan mengatasi penderitaan anak yang harus rela putus sekolah di bangku kelas II SD tersebut. Cepi berhenti sekolah karena merasa rendah diri atas penyakitnya tak kunjung sembuh.

Setelah diperiksa intensif di rumah sakit khusus mata Cicendo dan rumah sakit umum Hasan Sadikin, Bandung, barulah diketahui bahwa penyakit yang diderita Cepi adalah kanker kulit ganas. Keputusan pun diambil. Benjolan di bagian mata kirinya yang sudah menutupi penglihatannya itu harus disingkirkan lewat bedah.

Sebelum melakukan operasi, Cepi harus menjalani masa perawan intensif selama sebulan lebih, "Agar segala sesuatunya berjalan mulus," kata Wahyudin, kepala puskesmas yang terus mendampingi Cepi selama menjalani pengobatan di rumah sakit Hasan Sadikin.

Dan saat operasi dilakukan, semuanya berjalan dengan baik. Akan tetapi, bintik-bintik hitam di sekujur tubuhnya tetap tak bisa disembuhkan. Bahkan, kini, dua tahun setelah operasi, benjolan yang sama muncul pada tengkuk lehernya. Besar benjolannya baru sebesar bola pingpong.

Cepi pada Selasa, 16 Juni 2015, meminta kepada bapaknya untuk dipertemukan dengan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Alasannya, di sisa umurnya yang diperkirakan tak panjang lagi itu ia ingin melihat, mengobrol, dan bersalaman langsung dengan bupati yang selalu berpakaian nyentrik khas Sunda yang diidolakannya itu.

"Saya juga ingin meminta kambing dan menggembalannya agar saya tidak terus mengurung diri di rumah," kata Cepi dengan mata berkaca-kaca.

Dedi, yang mendapat laporan stafnya dua hari kemudian, merespons semua keinginan Cepi. Dia datang sendiri ke rumah Cepi sambil membawa tiga kambing seperti dipesan Cepi.

Dedi juga menyerahkan uang tunai sebesar Rp 5 juta dan berjanji untuk membedah kembali tumor ganas yang tumbuh di tengkuk leher Cepi secara gratis melalui operasi di rumah sakit Hasan Sadikin. "Pokoknya semua biayanya kami tanggung," ujar Dedi.

Dedi mengaku mengagumi Cepi karena dengan ketidakberdayaannya dia masih memiliki secercah harapan yang disongsongnya dengan penuh semangat. "Kami berharap Allah memanjangkan umurnya dan menyembuhkan penyakit kanker akutnya itu dengan berkah Ramadan," Dedi menyanjungkan doanya.

Cepi tampak menahan rasa bungahnya dengan terus menundukkan kepala seraya kembali memanjatkan doa-doanya. "Alhamdulillah akhirnya nazar saya kesampaian," Cepi bersyukur sambil menengadahkan tangannya. "Saya pun bisa menggembala kambing."

NANANG SUTISNA

Berita terkait

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

1 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

3 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

5 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

6 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

8 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

12 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

13 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

13 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

16 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

18 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya